2 minggu berlalu namun tak ada kemajuan dari kondisi Aurel, sementara itu Raka, Fikra dan Gani juga pusing memikirkan keberadaan Arka yang menghilang sejak 1 minggu yang lalu.
Tak ada kabar dari laki-laki itu, mereka juga sudah mencarinya ke seluruh penjuru kota ini namun hasilnya nihil.
Sungguh memusingkan, yang satu belum sadar dari komanya yang satu menghilang tiba-tiba. Namun siapa sangka bahwa Arka juga masih belum sadar dari komanya.
Tiba-tiba tubuh Aurel mengalami kejang-kejang, sontak saja ketiga laki-laki itu menjadi panik. Ada yang menekan tombol darurat, ada yang berusaha menyadarkan Aurel dan ada yang berteriak meminta tolong pada dokter.
Bersamaan dengan itu Arka juga mengalami kejang-kejang diruangannya, entah apa yang akan terjadi dengan keduanya semoga saja tuhan masih baik kepada mereka.
Sesaat kemudian dada Arka dan Aurel terangkat, mesin elektrokardiogram itu berbunyi panjang nan nyaring.
tiitttttttt tittttttttttt tttiiiittttttt...
Bunyi terakhir sangat panjang, menandakan sudah tidak ada lagi detak jantung ditubuh mereka.
Raka, Fikra dan Gani yang melihat kondisi Aurel seperti itu langsung melemas. Tanpa mereka ketahui bahwa salah satu sahabat mereka juga sedang mengalami hal yang sama.
Dirumah sakit yang berbeda dan ruangan yang berbeda namun dikeadaan dan masa yang sama.
Dada Aurel dan Arka kembali membusung sampai akhirnya terhempas dibrankar...
JEPP!!
Mata mereka terbuka disaat yang bersamaan.
"Arka" guman Aurel lirih.
"Aurel" guman Arka lirih berbarangan dengan gumanan Aurel.
* * * * *
//DISUATU NEGARA//
"apa kau sudah menemukan identitas tentangnya?" tanya seorang pria dengan nada tegasnya.
"sudah tuan" jawab pria lainnya yang tak lain adalah tangan kanan dari pria itu.
"gadis itu bernama Aurelia Maffisya, berumur 16 tahun, bersekolah di LF School, Jakarta Indonesia saat ini ia duduk dikelas 12" tutur tangan kanannya.
"ada lagi?" tanya tuannya itu datar.
"saat ini dia sedang mengalami koma, karna kecelakaan 2 minggu yang lalu tuan" jawab tangan kanannya itu membuat pria itu menggeram.
"perintah anak buahku untuk menjaga gadis itu" titah pria itu tegas dan diangguki oleh tangan kanannya.
"Lian yang kucari sudah kutemukan" guman pria itu dengan senyum bahagianya.
"baik, silahkan keluar" perintahnya kemudian tangan kanannya itu keluar dari ruangannya.
"aku merindukanmu dear, bahkan namamu masih menjadi ratu dihati ku" gumannya lagi sembari menatap foto seorang gadis dimacbooknya.
* * * * *
"Papa!" teriak seorang gadis menghampiri pria paruh baya yang sedang duduk dikursi kebesarannya dengan wanita yang mengikutinya.
"ada apa Mau? tanya pria itu yang tak lain adalah Jerremy.
"Papa tau? Aurel koma hahaha" ujar Maura dengan tawanya.
"jangan bilang itu karna ulahmu Maura?" tanya Jerremy.
"ah Papa benar sekali" jawab Maura dengan senyumnya.
"jika dia sudah bangun nanti kau harus berhati-hati, Aurel bukan gadis lemah yang bisa dikalahkan begitu saja" nasihat Jerremy.
"dia tidak akan macam-macam padaku Pa" ujar Maura dengan tingkat kePDan yang tinggi.
"kau harus bangga padanya sayang" balas Airin dengan nada yang menjijikan.
"mungkin dia tidak, tapi bagaimana dengan para penjaganya?" tanya Jerremy.
"penjaga?" beo Airin.
"Aurel, gadis itu memiliki seribu penjaga yang bisa kapan saja membantai siapapun yang menganggunya" jelas Jerremy.
"apa maksudmu? siapa penjaga itu?" tanya Airin bingung.
"aku tidak mengetahui siapa dalang dibalik ini semua, tapi selain Aurel yang pandai menjaga dirinya terdapat juga orang yang melindunginya dengan anak buahnya" jawab Jerremy.
"apakah Aurel seberbahaya itu?" bingung Maura.
"bahkan dia bisa lebih berbahaya dear, dia akan melakukan apapun yang dia mau, keras kepala dan tidak mau kalah. Aku memahami sifat itu saat dia kecil" jelas Jerremy.
"benar, orang suruhanku meninggal ditempat dengan bekas pukulan pukulan ditubuhnya" saut Maura.
"jadi kalian berhati-hatilah" ucap Jerremy seraya mengelus puncak kepala Airin.
Cklek!
Pintu terbuka lebar dan munculah Shinta dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"apa ini Jerr?!" bentam Shinta dengan suara parau.
"Shinta dengarkan aku" Jerremy mendekat kearah Shinta dan menggenggam tangan wanita itu.
"kau mengkhianatkku Jerr" lirih Shinta.
"tidak! Ini bukan salahku Shin, ini semua rencana Aurel" ujar Jerremy.
"Aurel? tidak mungkin" jawab Shinta tak percaya.
"dia yang memaksaku untuk mempunyai wanita lain, Shin" jelas Jerremy.
"tapi sudah 2 minggu Aurel menghilang!" bentak Shinta menentang Jerremy yang menuduh Aurel.
"ya, karna dia ingin melarikan diri dari masalah yang sudah dia buat" tutur Jerremy.
"dia benar, Aurel dalang dari semua ini. Dia menjodohkan aku dengan Jerremy" balas Airin.
"itu benar Tan, Aurel menjodohkan Mamaku dengan suami mu. Dan Mamaku sudah menikah dengan suamimu, walaupun siri" ujar Maura diakhiri dengan lirihan.
"apa kau mencintainya Jerr? Kau memilihku atau dia?" tanya Shinta.
"aku-.. Aku-.. Aku tidak bisa memilih Shin" jawab Jerremy.
"jangan bicara padaku saat kau belum memantapkan untuk siapa hatimu itu!" bentak Shinta kemudian pergi dari sana.
"udah si mas ceraiin aja" bujuk Airin seraya bergelayut manja dilengan Jerremy.
"lepas!" bentak Jerremy seraya menyentak tangan Airin.
"keluar!" titah Jerremy tegas.
"mass..."
"keluar jalang!" teriak Jerremy.
"masss!!" Airin memberenggut karna dipanggil jalang oleh Jerremy.
Kemudian dia menarik Maura dan pergi dari kantor Jerremy.
* * * * *
"anterin gue ke makan Farel ya" melas Aurel yang sudah sadar sejak 1 jam yang lalu.
"ga!" tegas Raka yang berdiri disamping brankar Aurel. Gani dan Fikra sedang membeli makan siang untuk mereka, sedangkan Raka menemani Aurel diruangan ini.
"Rakk... Ayolah" pinta Aurel sembari menarik-narik ujung baju Raka.
"engga Aurell" jawab Raka.
"Rakka ihhh!" kesal Aurel.
"lo baru sadar satu jam kok resenya ga ketulungan sih Rel" sebal Raka karna sedari tadi Aurel terus merengek bak anak kecil.
"Raka ngeselin ish!" cibir Aurel dan membelakangi Raka.
"lo belum ikhlasin Farel hm?" tanya Raka sembari mengelus surai hitam Aurel dari belakang.
"gue udah diikhlasin dia Rak, tapi gue ga bisa lupain dia" jawab Aurel dengan suara bergetar.
"hati gue masih sakit kalo inget dia" sambung Aurel.
"jangan liat suatu musibah dari satu sisi Rel, coba lo liat dari sisi lainnya gue yakin ada hal positif yang bakal lo temuin disana" jawab Raka.
"hal positif apa yang gue dapet dari kehilangan dia? Dunia gue berubah 180° sejak dia pergi Rak!" balas Aurel yang langsung duduk dan menatap Raka.
"itu karna lo yang ubah dunia lo sendiri! Lo ga pernah liat perjuangan kita Rel, kita disini berusaha mati-matian buat bahagiain lo! Tapi apa? Lo masih terus murung karna Farel!" ungkap Raka.
Aurel terdiam, benar yang dikatakan oleh Raka. Arka, Gani, Fikra dan Raka sudah berusaha untuk membuatnya melupakan Farel dan bahagia tapi apa? Dirinya malah makin mengingat masa lalu dan bersedih karna itu.
"gue minta maaf, tapi kalo kalian mau pergi dari hidup gue gapapa, gue ikhlas" lirih Aurel.
"tugas kita buat bahagian lo bukan buat lo nambah sedih Rel" ucap Gani yang sudah ada dipintu ruangan Aurel.
"gue, Raka, Gani sama Arka bakalan pergi kalo lo yang minta. Tapi percaya sama gue kalo dihati kita ga pernah ada niatan sedikitpun buat ninggalin lo" saut Fikra dengan senyum manisnya.
"makasi" guman Aurel.