Aku teringat pada masa lalu dimana aku terus merengek kepada kakek. Aku ingin segera berpetualang mencari ibu. Namun kakek tak pernah mengizinkan diriku. Saat itu fajar hendak menampakkan dirinya, kemudian aku datang menghampiri kakek.
"Kakek bolehkah aku pergi sekarang? aku sudah cukup besar dan sehat." kataku dengan mata penuh pengharapan kepada kakek. Kakek hanya menjawab singkat "Tidak, belum saatnya."
Aku tidak menyerah dan terus menerus berbicara kepada kakek. Kakek juga tetap memberikan jawaban yang sama. Tak terasa hari berganti, kakek masih saja mengatakan hal yang sama. Aku pun sama keras kepalanya dengan terus menerus menanyakannya kepada kakek.
Sampai suatu ketika, di suatu senja kakek mengajakkan duduk sambil menikmati secangkir teh. Wajah kakek tampak sedikit bersedih entah kenapa. Kakek pun memberi tahu ku tentang kebenaran dunia ini. Dunia ini sungguh kejam.
Mereka yang tidak bersalah merasakan penderitaan pahit, sedangkan para penguasa dunia yang biadab tak pernah sedikitpun merasakan penderitaan. Mereka yang lemah tertindas, sedangkan yang kuat mengendalikan semuanya semena-mena.
Aku mendengarkan kakek dengan seksama dan tersadar bahwa diriku ini sangatlah lemah. Saat itu Kakek juga mulai memutuskan untuk mengajarkanku bela diri kuno miliknya, Shiro no hato, Agar aku bertambah kuat. Melatih tubuhku, memberiku banyak ilmu pengetahuan. Agar aku siap untuk berkenala mencari Ibu.
Sekarang, aku belum pernah mengucapkan permintaan itu ke Kakek. Rasanya berat meninggalkan Kakek seorang.
***
Hari ini adalah hari upeti. BRAINLESS membuat keributan setelah tiba di pasar. Kebanyakan pedagang hanya bisa pasrah, sedangkan yang tidak mampu membayar terpaksa dihukum.
Sekelompok BRAINLESS membuka pintu resto kakek. Ada sekitar enam orang. Wajah mereka begitu bengis dan menakutkan. Dua membawa senapan.
Aku menyuruh Lea untuk naik ke lantai dua. Aku tak ingin tuan putri di bawa para bedebah ini. Lea tak menolak dan segera naik ke atas.
Aku dan Kakek menyambut para BRAINLESS itu dengan melemparkan sebuah peti hasil kerja kami selama sebulan. Setelah mengambil peti nya salah satu dari mereka berkata.
"Atas perintah Jendral Mitjager kami ingin menggeledah tempat ini untuk mencari Putri Lea. Barang siapa yang berani menyembunyikan atau membantu Tuan Putri akan mendapatkan hukuman berat."
Jantungku berdegup cepat, Aku mencoba berbisik kepada Kakek. Namun Kakek malah menyuruhku duduk.
"Kakek apa yang kau lakukan."
"Duduk lah."
Aku pun duduk dan mempercayakannya kepada Kakek. Tak mungkin Kakek akan menyerahkan Lea.
"Baiklah, permisi bung." Kata Kakek sambil melewati bedebah itu.
"Hahaha kau cukup mudah di ajak kerja sama tua bangka." Kata salah satu bedebah BRAINLESS."
Aku terkaget, tak mungkin Kakek menyerahkan Lea. Apa yang kau lakukan kakek, gumamku.
Kakek menutup pintu resto rapat rapat. "Kemari ada bocah yang menyadarkanku dengan telah melakukan tindakan perlawanan terhadap kalian para bedebah. Kali ini aku juga tidak akan diam. Aku akan memberikan pelajaran kepada bedebah seperti kalian." Kata Kakek sambil menutup resto.
Setelah selesai, Kakek memasang kuda kuda bertarung. "Ochitsuite shinjitsu ga wakaru made sagasu."Kata Kakek.
Para BRAINLESS terdiam. CTAR! CTAR! seketika Kakek menendangkan kedua kaki nya ke udara membuat sendal kayu kakek melesat cepat ke arah orang yang memegang senapan. Kedua orang itu terjatuh akibat serangan Kakek.
"Seorang laki laki selalu waspada dengan keadaan sekitar." Kata Kakek.
Salah satu pria berkata "Diam kau tua bangka!" lalu ia melayangkan tinju nya ke kakek. Kakek menghindar dan mengambil tangan dengan cepat kemudian membantingnya.
"Seorang laki laki tak akan pernah meremehkan lawannya." Kata Kakek lantang.
Tiga pria yang tersisa maju ke arah kakek. mereka dengan cepat menyerang namun Kakek adalah petarung jarang dekat terbaik yang aku tahu, Shiro no hito bukan lah ilmu yang rendah. mereka kewalahan menghadapi Kakek. Satu orang terbanting keras ke atas meja. Satu berhasil melayangkan tinju nya ke arah Kakek, namun Kakek membalas nya dengan pukulan yang lebih kuat tepat di rahangnya. Orang terakhir mengeluarkan pisau dari pinggangnya. WUSH! pria itu mengayunkan pisau nya ke arah Kakek. Kakek mulai kehabisan nafas menghindarinya.
Aku beranjak dari tempat dudukku karena khawatir dengan Kakek. Namun Kakek dengan cepat mengambil tangan bedebah itu dan menjatuh kan pisau nya.
Bedebah itu menendang Kakek hingga Terjatuh ke lantai. Aku ingin menyerang orang itu. Namun Kakek segera bangun dan berputar di udara dan menendang tepat di kepala bedebah itu.
"Dan seorang laki laki itu tahan banting" Kata Kakek terengah-engah.
Aku segera menghampiri Kakek. "Kakek tidak apa apa?" Kakek mengangguk. Aku membawanya duduk dan membawakannya air. Kakek tersenyum, begitu juga aku.
Semua bedebah itu pingsan di tangan Kakekku. Aku tahu Kakek tidak akan menyerahkan Lea. Dia memang Kakekku yang hebat.
"Team delapan harap melapor, bagaimana keadaan disana. Halo Team delapan."
Suara itu berasal dari HT salah satu bedebah yang tergeletak. Aku dan Kakek terdiam. Sepertinya pertarungan ini belum selesai.
"Lapor dari team tiga, kami terakhir melihat team delapan memasuki Subete Atsui." sambung seseorang dari HT tersebut.
"Subete atsui? Toko dari tua bangka misterius yang mengerikan itu?" jawab orang yang mengakui dirinya adalah pos komando pusat.
"Tunggu sebentar, tua bangka misterius yang menyeramkan? Apa maksudnya itu, aku tidak pernah ada isu seperti itu tentang kakek, sebenarnya ap.." belum selesai aku menyelesaikan gumamanku tiba tiba datang teriakan perintah dari pos komando.
"PERINTAH UNTUK SELURUH TEAM DARI SATU HINGGA TUJUH, TINGGALKAN DULU TOKO YANG KALIAN DATANGI SEKARANG DAN LANGSUNG MENUJU SUBETE ATSUI SEKARANG JUGA." ujar seseorang dari pos komando tersebut, mungkin dialah yang memimpin peleton untuk melakukan penyerahan upeti saat ini.
"Bagaimana ini kek? Apa yang harus kita lakukan." ucapku dengan sangat panik, karena tujuh team lain akan menuju Subete Atsui sekarang, ditambah dengan kakek yang dalam keadaan kurang prima karena baru saja melawan bedebah barusan.
"Nor.. tenanglah, masih ada kakek disini." ucap kakek pelan sambil terengah engah karena kecapean.
"Aku tidak bisa tenang dan tinggal diam kek, mereka akan segera kemari dan keadaan kakek sedang tidak dalam kondisi yang baik baik saja." ucapku panik.
"Seorang laki laki harus bisa tenang diberbagai macam situasi." kata kakek.
"Lagipula aku belum serius melawan mereka, tenanglah." sambung kakek.
"Hah? Apa maksudmu kek?" setelah melihat pertarungan hebat kakek melawan seluruh bedebah tadi dengan Shiro no hato nya, aku masih tidak percaya bahwa kakek belum serius dari tadi.
"Kau tau alasan mengapa gerakan Shiro no hato sedikit lebih aneh dibanding seni bela diri lain Nor?" tanya kakek padaku
"Karena itu adalah bela diri kuno yang diwariskan kepada kakek bukan?" jawabku.
"Ya memang benar, tapi ada alasan lain dibalik itu." ucap kakek dengan serius.
"Shiro no hito adalah seni bela diri yang diturunkan dari seratus tahun yang lalu hingga saat ini ada padaku, namun kau tau Nor? Seni bela diri ini bukan untuk tangan kosong." sambung kakek.
Mendengar ucapan kakek barusan sungguh membuatku terkejut, apa maksud perkataannya? Mengapa Shiro no hato bukanlah bela diri untuk tangan kosong, padahal selama ini kakek mengajarkan ku tanpa menggunakan senjata dan gerakannya pun cukup untuk melawan bedabah tadi tanpa senjata apapun, aku sama sekali tidak mengerti maksud perkataannya.
"Apa maksud perkataan kakek? Dan kenapa tadi mereka menyebutmu sebagai tua bangka misterius yang mengerikan?" tanyaku mendesak kakek karena bingung terhadap situasi saat ini.
"Seratus tahun yang lalu disaat organisasi jahat muncul di tanah flath earth ini, mereka yang memiliki hati serta jiwa yang kuat akan menerima sebagian kekuatan hukum alam yang disebut dengan core untuk membawa kemakmuran bagi tanah flat earth, dan mereka disebut dengan Swashbuckler, Shiro no hato adalah seni bela diri yang diciptakan oleh para Swashbuckler terdahulu untuk manusia yang tidak memiliki core namun ingin membantu mengalahkan organisasi jahat saat itu, dan kakekku merupakan salah panglima pemimpin organisasi pemberontak, hanya seni bela diri ini yang tersisa dari peristiwa itu dan aku akan mewariskannya kepadamu Nor, pergunakanlah teknik bela diri ini untuk membrantas BRAINLESS seperti yang dilakukan leluhurku dulu." jawab kakek sambil bercerita
"Nah, sekarang panggil nak Lea kemari dan ambilkan kotak peti panjang dibawah kasur kakek, Nor." perintah kakek mengalihkan topik, mengingat tujuh team BRAINLESS segera menuju kemari.
Tanpa banyak bertanya lagi aku langsung ke naik keatas untuk memanggil Lea dan mencari kotak yang dimaksud kakek.
Aku menemukan kotak besi kumuh yang cukup panjang namun seperti tidak terawat, aku sedikit ragu bahwa ini adalah kotak yang dimaksud oleh kakek tetapi aku tidak melihat adanya kotak lain selain kota kumuh ini. Tanpa berlama lama aku turun bersama Lea dan memberikan kotak tersebut kepada kakek.
"Apa kotak kumuh ini yang kakek maksud?" tanyaku ragu.
"Ya, itu adalah kotak pemberian kakekku dulu, dan sekarang ada padaku." jawab kakek.
puk puk puk, suara kakek membersihkan kotak tua itu dari debu yang menempel. Sreeett.... tak lama kakek langsung membuka kotak tersebut dan aku terkejut melihat apa yang ada didalamnya, coba tebak! Ternyata kakek memiliki sebuah pedang baja panjang dan isi kotak itu pun sangat bersih dan terawat berbeda seperti penampilan luarnya.
Pedang baja itu terlihat sangat padat, aku pernah dengar dari kakek kalau baja 1000 kali lebih kuat dibanding besi, dan konon untuk membuat material baja ringan saja sudah membutuhkan biaya yang sangat mahal, tidak kusangka aku akan melihat pedang baja dengan ukuran yang sangat panjang dan lagi itu milik kakek.
"Benda apa itu kakek Hyun?" tanya Lea dengan lugu.
"Ini adalah Katana Baja milik leluhur ku yang diwariskan turun temurun bersama dengan Shiro no hato." jawab kakek.
"Lalu untuk apa benda itu saat ini kek?" sambung Lea dengan sangat polos dan santai, aku lupa kalau dia tidak tau apa yang sedang terjadi saat ini.
"Sebentar lagi tujuh team lain dari BRAINLESS akan segera kemari dan memeriksa keadaan, kami memutuskan untuk melawan mereka ketimbang menyerahkanmu Lea." jawabku mencoba menjelaskan situasi yang terjadi.
"Bagaimana ini? Kita harus segera lari dan menyelamatkan diri." ucap Lea panik karena takut pasukan membawanya pergi.
"Tenang saja Lea, aku dan kakek Hyun akan melawan mereka dan tidak akan membiarkan mereka membawa mu pergi, serahkan saja urusan kepadaku dan kakek." ujarku untuk membuat Lea tidak terlalu panik.
"Tidak Nor, hanya aku yang akan melawan mereka, kau tetaplah dibelakangku dan jagalah Lea." kata kakek melarangku.
"Tapi kek, aku juga ingin membantu kakek." bujukku kepada kakek.
"Seorang laki laki harus bisa mendengar dan tidak meninggalkan wanita sendirian." kata kakek
"Tapi kek..." belum selesai kalimat pembantahanku kepada kakek, ketujuh team dari pasukan BRAINLESS sudah sampai didepan Subete Atsui.
"HYUN RYUDAN, KAMI TAU KAU ADA DIDALAM, BUKA PINTU NYA DAN BIARKAN KAMI MASUK." kata salah satu diantara mereka.