Author POV
Makan malam telah usai. Keith dan Shena sudah beranjak ke luar dari tempat X dan mereka sedang berjalan ke arah Room sebelah untuk beristirahat. Pria itu tak henti mengusap perut sang kekasih hati yang telah membuncit, dan raut wajah sang Ibu muda juga terlihat mengantuk.
"Hubby, aku mengantuk. Jangan minta jatah malam ini, ya," pinta Shena kepada Keith.
Pria itu tersenyum mendengar penuturan bidadarinya. "Ya, Wifey. Kita istirahat saja sekarang. Besok malam boleh 'kan aku minta jatah?" tanyanya mesra.
"Kalau besok malam boleh," jawab Shena sambil tersenyum.
Keith mengusap kembali perut sang belahan jiwa dengan penuh sayang. Mereka berdua tampak sangat bahagia. Dia membuka pintu kamar dengan kartu akses dan mempersilakan sang istri masuk terlebih dahulu dan dia masuk belakangan.
Ketika Shena akan menutup pintu kamar, mendadak X muncul di depan pintu sehingga mereka berdua keheranan.
"Shena, bolehkah kupinjam Keith sebentar?" tanya X yang meminta izin kepada calon adik iparnya.
Shena mengerutkan dahinya. "Kami hendak tidur, X. Kau mau apa muncul di jam istirahat ini?" tanyanya balik dengan tatapan curiga.
"Jangan curiga. Aku hanya ingin ngobrol sebentar. Hm ... masalah yang agak pribadi," jawab X salah tingkah karena merasa dirinya tertangkap basah menyembunyikan sesuatu.
Keith nampak paham bahwa X ingin mengutarakan sesuatu dan dia menyahut, "Sayang, tampaknya ada yang mau X katakan secara tertutup. I promise it will be twenty five minutes."
Shena menatap Keith dan X bergantian dengan tatapan curiga dan menyelidik. Setelah agak lama, baru dia mengangguk tanda setuju.
"Boleh, tapi jangan lama-lama! Dua puluh lima menit paling maksimal!" perintah Shena yang mau tak mau mengizinkan karena X adalah calon Abang Iparnya.
"Thank you for your kindness, Sister in law!" sahut X girang dan Keith mulai melangkah keluar dari kamar tapi tak jauh dari pintu.
"I will be back in twenty five minutes, Wifey," ucap Keith lembut dan mengecup kening sang pujaan hati.
"Ya, cepat kembali!" pesan Shena yang sudah mengantuk.
"Tentu, Sayang," sahut Keith sambil tersenyum.
Shena kemudian menutup pintu Room-nya. X mengambil jalan di depan dan K mengikutinya. Pria itu mengambil alih ke sebuah ruangan rahasia, yang hanya mereka berdua ketahui, dan letaknya agak jauh dari unit Penthouse-nya.
Sesampainya di sana, X membuka ruangan dengan pemindai wajah dan pintu pun terbuka. Mereka berdua melangkah masuk dan X menyalakan lampu di sana. Ruangan itu layaknya ruang kerja tapi khusus untuk dirinya.
Keith duduk di sofa panjang dan tampak mengawasi X dengan tatapan yang waspada.
"Katakan saja terus terang, ada apa?" tanya K tanpa basa-basi seperti biasanya.
"Aku membutuhkan bantuanmu, K," jawab X yang tengah duduk di single sofa.
"Bantuan jenis apa yang kau inginkan dariku?" tanya K lebih lanjut.
"Aku merasakan sesuatu yang aneh, mungkin baru kali ini mengalaminya," ucap X yang kesulitan merangkai kata dalam menjabarkan perasaan di hatinya.
"Lalu?"
"Aku tak tahu bagaimana mengatasinya."
Keith menatap X dengan tatapan aneh. Dia tak percaya seorang Xander bisa kehabisan cara dalam menangani segala sesuatu.
"Tentang apa ini? Pesaingmu? Katakan siapa nama lengkap dan berikan juga foto dirinya. Dia akan kucari sampai dapat dan mengantarkan kepalanya di hadapanmu!"
"Ini bukan tentang pesaingku," sahut X datar.
"Jadi, ini tentang siapa? Ingat, aku telah berjanji dengan istriku bahwa kita berdua bisa bicara tapi waktunya hanya dua puluh lima menit dan sekarang sudah satu menit telah berlalu!" ucap Keith sambil melihat arloji yang dia kenakan di tangan kanannya.
"Ini tentang seorang gadis!" jawab X jengkel yang mau tak mau berkata yang sebenarnya.
"Seorang gadis??" tanya Keith tak percaya. "Baru kali ini kau tak berdaya karena seorang gadis? Yang benar saja, X! Kekasihmu paling banyak dan kau lebih jago soal wanita daripada aku!"
"Aku tahu kau pasti tak percaya tapi ini kenyataan!" tegas X yang sudah bisa menduga respon Adiknya.
"Oke, apa yang telah dia lakukan padamu? Apa jangan-jangan dia hamil dan kau tak mau menikahinya?" tebak K.
"No! Aku selalu pakai pengaman saat bercinta!" bantah X.
"So? What is the problem now ? Katakan yang jelas dan benar, jangan berbelit-belit!" sentak K yang jengkel karena X seperti berputar-putar dalam menjelaskan.
"Oke, saat di Bandara Schiphol, aku termenung karena memikirkan kau yang hendak menikah, sehingga lupa dengan tujuan awal yaitu membeli minuman di vending machines. Tanpa sadar dompetku telah jatuh, dan ada seorang gadis yang berbaik hati mengambilkan. Anehnya saat melihat senyuman itu, hati ini berdebar dan tak bisa melupakan sampai sekarang. Entah apa yang terjadi padaku!"
Keith menyimak dengan seksama, lalu dia mengerti apa intinya.
"Kau tak ajak dia berkenalan?"
"Sudah, tapi dia menolak! Dia bilang sedang terburu-buru dan tak mau ketinggalan pesawat sehingga tak mau berkenalan denganku!"
Keith nyaris tertawa mendengar jawaban X tapi dia menahannya.
"Pasti kau mau tertawa, 'kan?" X mendengkus kesal.
Tawa Keith pecah seketika. Dia tak menyangka X mengalami hal yang sama dengannya.
"Kau ada fotonya?" tanya Keith setelah tawanya reda.
"Ada, kau mau lihat?" tawar X yang langsung mengeluarkan ponselnya.
"Mana? Biar ku lihat seperti apa rupanya!" sahut K yang tak tahan ingin melihatnya.
K yakin X sempat mengambil foto si gadis sehingga dia sekarang menunggu X lalu pria yang ditunggu akhirnya duduk di sebelahnya.
"Ini, lihatlah foto-foto yang ku ambil!" ucap X seraya menyerahkan ponselnya pada K.
K mengambil ponsel yang diberikan padanya dan dia mengamati foto-foto itu satu persatu. Dia kembali tertawa karena tak menyangka akan jadi begini.
"Ha ... ha ... ha ...," tawa K kembali pecah setelah selesai melihat foto-foto yang diberikan
X menaikkan sebelah alisnya. Dia tak mengerti apa yang lucu.
"Ini ... ambillah ... ponselmu ... ha ... ha ... ha ...," ucap K yang susah payah mengatur kata-katanya karena masih tertawa.
Dia menyerahkan ponsel itu kepada pemiliknya dan X menerimanya kembali dari tangan K.
"Katakan padaku, apakah kau mengenal gadis itu?" tanya X dengan nada jengkel yang melihat K masih tertawa keras.
"Ha ... ha ... ha ... ehm ... kau tak merasa kalau gadis itu mirip seseorang?" K bertanya balik kepada X. Dia akhirnya bisa mengatur nada suaranya menjadi normal kembali.
"Maksudmu?" sahut X yang masih saja tak mengerti maksud ucapan K.
"Coba lihat wajahnya baik-baik! Dari segi fisik, gadis itu mirip siapa?" tanya K yang sengaja menekankan kata 'dari segi fisik' agar X menyadarinya.
X melihat salah satu foto dan dia mengingat wajah gadis itu memang tidak asing.
"Coba kau sebutkan ciri-ciri gadis itu. Cepatlah, sudah lima menit berlalu!" desak K agar X segera bisa menyadarinya.
"Sebentar! Kulitnya kuning langsat, matanya agak sipit, hidungnya bangir dan wajahnya dipoles bedak dan lipgloss. Kalau dari ciri-ciri fisiknya mirip seperti ...."
X segera tersadar dan menepuk keningnya agak keras. K diam mengamatinya.
"Mirip siapa?" pancing K yang sudah melihat perubahan di wajah X.
"Dia mirip ... hei, dia mirip kekasihmu K! Jangan-jangan dia saudarinya Shena?" Mata X terbelalak begitu menyadarinya.
"Akhirnya kau bisa mengetahuinya juga! Shena tak punya adik perempuan, dia hanya punya seorang adik laki-laki. Gadis itu bisa jadi saudara sepupunya. Nah, sekarang sudah puas hatimu?" sahut K yang sudah tak sabar ingin segera kembali ke Room-nya.
Istri tersayang pasti tak bisa tidur. Aku berani bertaruh, karena dia begitu manja, semenjak ada Keith Junior di dalam rahim, pikir Keith dengan gelisah.
"Belum! Aku belum mengetahui siapa namanya!" ucap X yang tak melepaskan nama gadis yang telah membuatnya kacau seharian penuh.
"Akan ku tanyakan pada Istriku. Itu saudara sepupunya dan sekarang menginap di rumah mertua. Tak usah kau khawatir!" sahut K yang tak habis pikir dengan X yag tak sabar.
"Sewaktu di lift, kau melakukan apa dengan Shena? Dia tampaknya malu saat kau hampir kelepasan bicara," tanya X yang masih penasaran karena cerita K tampak menggantung saat mereka makan bersama.
"Oh, aku saat itu memang memeluknya, tapi tak sengaja mengecup puncak kepalanya, sehingga hasrat lelakiku bangkit dan kami berciuman lama," jawab K enteng.
"What?! Berciuman?? Siapa yang memulainya terlebih dulu??" tanya X yang tak percaya bahwa adiknya si manusia es, bisa memeluk bahkan mencium seorang gadis. Biasanya, dia jijik dengan perempuan yang melemparkan diri padanya secara cuma-cuma.
"Menurutmu siapa yang memulai?" tanya K balik dengan wajah penuh kemenangan.
"Oh, God! Tak mungkin kau yang memulai lebih dulu!" pekik X setengah berteriak.
"Yes, I did it first, now you know the truth!" jawab K bangga.
"Pantas saja dia malu! Lalu kau berhasil berkenalan dengannya?" tanya X penasaran.
"Tentu saja! Dia awalnya tak mau menyebutkan nama, tapi aku pantang ditolak dan tak menyerah, sehingga kami berciuman panas. Setelah berciuman, dia mau juga menyebutkan nama lengkapnya!" K menjelaskan kronologinya.
"Gila! Kau betul-betul gila bahkan kegilaanmu melebihiku, K!" ucap X yang tak habis pikir dengan tindakan Adiknya.
"Thank you for your compliment!" sahut K yang sangat bangga bisa mengalahkan X.
"X kau sudah selesai bercerita? Waktu sudah berlalu lima belas menit. Kau punya sisa waktu sepuluh menit lagi!"
X tampak berpikir lalu dia bertanya kembali, "By the way, kau dan Shena ku dengar sudah menikah?"
K tersenyum. "Ya, kami sudah menikah terlebih dulu secara adat Chinese, itu adalah permintaan Mama mertua. Untuk resminya, akan diadakan dua hari lagi, sekaligus didaftarkan di catatan sipil,"
"Ibu Mertuamu meminta pernikahan secara adat Chinese? Oh, aku lupa kalau istrimu orang Chinese Indonesia," ucap X sambil menganggukan kepalanya.
X hampir lupa kalau adik iparnya seorang wanita Tionghoa yang berasal dari Indonesia.
"Ya, itulah kenapa dia memanggilku dengan sebutan Hubby, karena memang secara adatnya kami sudah resmi menjadi sepasang suami-istri. Aku sendiri tak masalah menggunakan adat manapun, asalkan bisa menikahi dan bersama wanitaku."
"Kapan kalian menikah? Kenapa aku tak diberitahu?"
"Pernikahannya dilangsungkan dua minggu setelah kekasihku sadar dari koma. Mertuaku bilang tak usah mengundang banyak orang, karena ini hanya secara adat, sekaligus menerimaku sebagai menantu mereka. Orang tuaku juga tidak mempermasalahkan dan mereka turut hadir menyaksikan. Tak memberi tahu? Waktu itu 'kan sudah ku info kepada kau dan The Godfather, tapi kau sedang di Irlandia dan the Godfather di Berlin!"
"Sorry K, I forgot about it," sesal X, yang bisa teledor telah melupakan undangan pernikahan sang adik.
"It's ok. I don't mind!" timpal Keith santai.
"Queen Red Dragon sudah baik padamu?"
"Sudah lebih baik, meskipun belum seratus persen. Paling tidak, dia sudah tak memisahkan kami lagi seperti dulu, karena aku sudah menjadi menantunya."
"Bagaimana reaksi papa mertuamu, setelah mengetahui bahwa istrinya adalah mafia?"
"Dia kaget dan akhirnya menerima. Mama mertua juga seorang istri yang mengabdi pada suami, sehingga tak ada masalah sama sekali."
"Siapa yang akan menggantikan posisinya kelak?"
"Sepertinya yang dipilih oleh Mama mertua untuk menggantikannya adalah Matthew, adik iparku. Istri akan mengurus perusahaan papa mertua yang berada di kota ini dan aku akan membantu."
"Sepupunya Shena akan datang 'kan di pesta pernikahan kalian?"
"Ya, dia akan hadir. Kami mengundang keluarga Shena dari Indonesia. Mereka sebagian sudah datang hari ini dan sebagian lagi besok,"
X melihat jam di ponselnya dan waktu yang dia punya untuk bicara dengan K sudah hampir habis.
"Oke, K. Sudah dua puluh dua menit aku berbicara denganmu. Besok kita lanjutkan lagi!" ucap X yang disambut dengan anggukan kepala K.
"Ya. Aku harus segera kembali. Istriku akan marah bila aku tak menepati janji," sahut K yang sekarang beranjak dari sofa dan berjalan ke arah pintu.
"Kau takut dengan istri?" tanya X tak percaya.
"Bukan takut, tapi ini masalah janji. Dia sedang mengandung anak kami dan aku sudah berjanji akan bicara denganmu selama dua puluh lima menit. Dia pasti sedang menungguku!" jawab K datar.
X bangkit berdiri dari sofa dan tak menyangka K tetap seorang yang memegang teguh janji. K membuka pintu dan mereka berdua segera keluar dari ruangan.
Tiga menit kemudian mereka sampai di unit Penthouse dan Shena sudah berdiri di luar Room-nya. Untunglah bodyguard X siap sedia di sana, sehingga wanita muda ini tak sendirian. Keith mendekati sang Istri dan memeluknya.
"Sayang, kenapa kamu berdiri di sini? Masuklah ke dalam supaya kau tak lelah," ucapnya lembut.
"Aku menunggumu, Hubby. Aku cemas terjadi sesuatu pada kalian!" sahut Shena dengan wajah khawatir.
X yang melihat adegan itu, mendadak hatinya kembali sakit. Betapa menyenangkannya memiliki seorang istri yang dengan setia menunggumu pulang ke rumah, bisiknya di dalam hati.
"Shena terima kasih sudah mengizinkanku membawa Keith. Selamat malam semuanya," ucap X yang tak enak mengganggu kemesraan suami-istri itu.
"Ya, selamat malam X. Sama-sama," ujar Shena.
Keith dan Shena membuka pintu Room-nya dan masuk ke dalam. X masuk ke Room miliknya dan menutup pintu.
***