Author POV
Pagi telah menjelang, X sudah bangun dari tidur, setelah semalam dia tidur jam 02:00. Pikiran pria yang memiliki tato di sekujur tubuhnya masih tak menentu, karena masih teringat dengan gadis misterius itu.
Untuk mengalihkan perhatian, X segera mandi dan setelah itu berpakaian. Dia memakai arloji yang sudah dipakainya di tangan kanan. Waktu sudah menunjukkan pukul 06:15.
X meraih ponselnya dan menelepon Luke. Tak lama, panggilan teleponnya diangkat oleh sang asisten.
X: "Halo, Luke."
Luke: "Halo, Tuan X."
X: "Luke, laptop-ku ada padamu?"
Luke: "Ada, Tuan."
X: "Bawa ke sini sekarang! Aku mau mengecek pekerjaan!"
Luke: "Baik, Tuan."
X segera mengakhiri panggilan dan kini duduk di sofa. The Godfather yang tidur di kamar sebelah menjadi terbangun, karena mendengar suara X. Pemimpin utama The Black Dragon itu segera bangkit dari tempat tidur, lalu membuka sedikit pintunya untuk mengintip.
Tumben X sudah bangun, bahkan berpakaian rapi. Mau ke mana dia? Padahal dia sedang cuti selama satu minggu karena pernikahan K, pikir The Godfather.
Tak lama terdengar ketukan di pintu dan X membuka pintu. Di sana ada Luke yang sudah membawa tas laptop dan berkas lain di tangan kirinya.
"Masuk, Luke!"
"Ya, Tuan. Maaf ini report yang Anda minta," ucap Luke seraya menyerahkan dokumen yang diminta oleh X.
"Ya, terima kasih!" sahut X yang menerima dokumen itu dan membuka isinya.
Luke lalu masuk ke dalam ruangan dan The Godfather pun ke luar dari kamarnya. Pria muda itu melihat The Godfather dan langsung menyapanya, "Selamat pagi, The Godfather."
"Selamat pagi, tumben kau ke sini pagi-pagi!" ucap The Godfather yang melihat ke arah Luke lalu ke X.
"Ya, dia ku suruh datang, Dad. Karena Dad sudah bangun, mau dipesankan sarapan?" tanya X yang sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Ya, menu seperti biasa!" ucap The Godfather.
"Baik, Dad. Luke, pesankan sarapan untuk kami, kau juga sekalian!" perintah X pada Luke.
"Baik, Tuan," sahut Luke patuh yang segera mengeluarkan ponselnya dari saku jasnya dan menelepon Rick.
"Tumben kau bangun sepagi ini, X. Kau 'kan sedang tidak bekerja?" pancing The Godfather.
X tertawa pelan. "Apakah salah bila aku bangun pagi, Dad?" tanyanya santai.
"Tidak salah, tapi gelagatmu sangat aneh!" sambar The Godfather.
X hanya tertawa mendengar ucapan sang ayah. Ternyata Dad memerhatikan segala tindak tandukku, ini sangat berbahaya. Tapi kalau tidak mengalihkan diri dengan hal lain, terutama pekerjaan, bagaimana dengan hati ini? Aku bisa saja nekat dan mendatangi mansion orang tua Shena, tapi gadis itu pasti bingung kalau melihatku muncul. Bisa-bisa dia jadi takut dan malah menghindar! gumam X di dalam hati.
X tak menyahut dan hanya membuka-buka berkas yang dia pegang. Matanya terbelalak dan sangat gembira. Dia tak menyangka kurang dari dua puluh empat jam, sang asisten telah berhasil mendapatkan apa yang dia mau.
Gadis ini ternyata sangat cerdas! Luar biasa Luke mendapatkan informasi selengkap ini! Tak sia-sia ku bayar mahal dia menjadi asisten! Kalau begini, akan ku berikan dia bonus atas kinerjanya yang memuaskan! pikir X yang matanya masih membaca lembaran demi lembaran dokumen dari Luke.
The Godfather semakin merasa curiga dan dia mencoba mendekati X. Biasanya X akan waspada, namun kali ini tidak sama sekali. The Godfather bahkan bisa melihat jelas isi dokumen yang tengah dibaca oleh putranya.
Luar biasa pengaruh gadis itu pada anakku! Dulu dia tak seperti ini! Biasanya, para gadis yang mengejarnya bukan dia yang mengejar. Sekarang kebalikannya. Tampaknya virus cinta telah menyebar dari K dan sudah menjangkiti X! Harus siap-siap memiliki menantu lagi! batin The Godfather.
"Ehem!" The Godfather sengaja berdeham untuk mengagetkan X.
X langsung tersadar dan melihat Ayahnya juga membaca dokumen yang berada di tangannya.
"Ah ... dad ... anu ...," ucap X tergagap karena ketahuan mencari tahu jati diri seorang gadis.
"Cantik, eh? Jangan lupa bawa dia ke rumah! Perkenalkan dia padaku!" perintah The Godfather dengan nada datar.
"Ah ... eh ...." X tak bisa menyelesaikan kata-katanya dan wajahnya memerah.
The Godfather ingin tertawa tapi dia tak mau membuat malu anak sendiri sehingga dia lebih memilih diam dan mengawasi raut wajah X dengan seksama.
"Kenapa malu-malu? Aku serius mengatakannya padamu. Bawa gadis itu ke Irlandia dan kenalkan dia padaku. Kau mau sembunyi-sembunyi kali ini? Ini seperti bukan kebiasaanmu, X!" tegur The Godfather padanya.
X hanya bisa terdiam dan tak berani membantah ayahnya. Duh, Dad mengetahui kalau aku mencari tahu tentang gadis yang ku temui di bandara. Harus bilang apa ya? pikir X.
Di saat keduanya tak bicara sepatah katapun, Luke masuk dan menginterupsi keduanya.
"Maaf Tuan X dan The Godfather, pesanan Anda sudah datang. Mau diletakkan di mana?" tanya Luke sopan.
"Letakkan di Dining room saja! Oh ya, sekarang sudah jam 07:00, kau cek di Room sebelah, apakah Tuan K dan Nona S sudah bangun? Kalau sudah, kau minta mereka berdua bergabung bersama kita!" jawab The Godfather kepada Luke.
"Baik, The Godfather!" jawab Luke patuh.
Dia pun segera ke luar dan The Godfather beranjak masuk ke dalam kamarnya. X tergugu, perasaannya kacau karena ucapan sang ayah.
Dad sudah menyangka, kalau gadis yang ku cari itu adalah calon istri. Ini 'kan tidak betul, karena belum tentu kalau kami berdua menikah! Eh, kenapa aku malah menggunakan kata 'kami'? Ah, sudahlah, yang penting hari ini harus mengalihkan diri supaya tak teringat gadis itu! Harus memantau pekerjaan supaya bisa fokus! Tekad X.
X segera mengambil tas laptop dan beranjak ke Dining room. Dia sengaja membawa peralatan tempur untuk bekerja, supaya The Godfather tidak menanyakan tentang gadis yang ada di berkasnya.
Sesampainya di sana, X segera duduk di kursi yang biasanya dan memasukkan dokumen ke dalam tas laptop. Aku harus menyembunyikan file ini, bahaya sekali bila K dan S mengetahuinya. Bisa-bisa mereka akan heboh dan meledekku! batin X yang tak mau ditertawakan oleh pasangan suami istri itu.
Tepat di saat dia selesai memasukkan berkas ke dalam tas, muncullah Keith, Shena dan The Godfather. Untunglah tak terlambat, selamat! X bersyukur di dalam hati.
"Good morning X," sapa K dan S berbarengan.
"Good morning K dan Shena," balas X yang sekarang duduk di kursinya.
The Godfather hanya terdiam dan tak menegur X tapi netranya tak lepas mengamati. Dia duduk di kursi bagian Head seperti yang biasanya dia lakukan.
Keith duduk di depan X dan sang istri duduk di sebelahnya. X merasa salah tingkah ,padahal mereka berdua tak meledeknya.
"Kenapa kau salah tingkah X?" tegur The Godfather.
Mereka bertiga telah duduk dan memerhatikan X yang rupanya belum sadar telah diperhatikan. Luke mendadak muncul di Dining room sehingga semua mata menoleh padanya.
"Maaf Tuan-tuan dan Nona, pesanannya sudah sampai," ucap Luke kepada mereka semua.
"Ya, suruh mereka siapkan di sini!" perintah The Godfather.
"Baik, The Godfather." Luke menghormat.
Dia segera ke luar dan semua yang di meja makan terdiam. "Maaf The Godfather, kami berdua belum pesan makanan." Shena mendadak berkata kepada sang Ayah mertua.
The Godfather menggeleng. "Tak perlu! Sudah ku pesankan sekalian tadi! Kalian berdua harus makan khususnya kau, Menantu! Ingat kau sedang berbadan dua, jadi harus menjaga kondisi tubuhmu baik-baik!" Sang mertua berpesan kepada Shena.
"Baik, The Godfather." Shena menyetujui usulan yang dikemukakan oleh mertuanya.
"K, kau hari ini ada acara?" tanya X setelah lama terdiam.
Keith menaikkan satu alisnya. "Acara? Kami akan mengunjungi gedung yang digunakan. Gedung milik sendiri, tapi aku ingin memastikan semua berjalan baik dan sesuai yang ku inginkan!" Keith menyahut meski dia merasa aneh dengan pertanyaan X.
"Boleh aku ikut denganmu?" pinta X yang membuat The Godfather menoleh kepadanya.
"Boleh saja. Tapi aku akan pergi dengan istri, kau tidak masalah pisah mobil?" tanya Keith memastikan.
"Tidak masalah. Aku bisa bawa mobil sendiri. Jam berapa kalian akan berangkat?" X berpikir ingin ikut Keith supaya tidak diberondong pertanyaan oleh Ayahnya.
"Kira-kira jam 10:00. Kami akan makan siang di restoran milikku. The Godfather juga mau ikut? Kalau mau, kita berangkat bersama-sama!" ajak Keith yang dibarengi oleh anggukan Shena.
"Benar. Kalau The Godfather mau ikut dengan kami akan lebih menyenangkan." Shena menimpali ucapan suaminya.
The Godfather menggeleng. "Aku di sini saja. Kalian bertiga pergilah!" sahutnya.
Luke masuk dengan dua orang Butler. Pagi ini berbeda dengan yang semalam.
"Maaf mengganggu Tuan-tuan dan Nyonya, kami membawakan sarapan yang Anda pesan. Di mana kami akan menaruhnya?" tanya seorang Butler pria senior dengan nada sopan.
"Letakkan di meja ini, Tom!" perintah The Godfather seraya menunjuk meja yang ada di hadapannya.
"Baik, Tuan," sahut Tom, sang Butler senior patuh.
Kedua Butler tadi mulai bekerja. "Adik Ipar, kau mengundang keluargamu yang berada di Indonesia?" X memberanikan diri bertanya.
Akhirnya dia berani juga bertanya langsung pada Shena, gumam The Godfather.
"Iya, aku mengundang keluarga yang berada di Indonesia. Ada apa?" Shena menjawab pertanyaan X dan dia merasakan bahwa Abang Iparnya ini memiliki minat dengan saudara sepupunya.
"Tidak apa-apa, hanya bertanya saja," elak X yang tak pandai berbohong soal perasaan.
"Yakin?" tanya The Godfather yang sudah pasti mengetahui bila anaknya itu lain di mulut lain di hati.
"Dad!" X berusaha membungkam Ayahnya supaya tidak bicara lebih lanjut.
"Why? Apa aku salah bicara?" tanya The Godfather menantang X.
X tak mau memperpanjang percakapan dan memilih bungkam. Ia tak mau menjadi bahan lelucon, apabila ketahuan naksir sepupu Shena.
"Apakah ada hal lain yang bisa kami bantu, Tuan-tuan dan Nyonya?" tanya Tom kepada mereka berempat.
Semua makanan sudah berada di meja makan dan sudah disajikan dengan baik.
"Tidak ada, Tom. Ini untuk kalian!" ucap The Godfather yang ternyata sudah mempersiapkan uang $400 di saku kemejanya.
Tom mendekati The Godfather dan mengambil uang itu dari Bosnya. "Terima kasih Tuan," ucap Tom.
"Ya. Satu jam lagi kalian harus datang untuk Clear up ini semua!" pesan The Godfather kepadanya.
"Baik, Tuan," sahut Tom. "kami permisi, Tuan," pamit Tom dan diikuti oleh bawahannya dan Luke.
The Godfather mengamati kepergian mereka bertiga dan dia kembali menatap Keith, Shena dan X.
"Mari makan!" ucapnya kepada anak-anak dan menantunya.
"Ya, mari makan The Godfather!" sahut mereka bertiga berbarengan.
Shena dan Keith berdoa setelah itu mereka mulai makan. Pemandangan itu tak luput dari pengamatan X.
Betapa beruntungnya Adikku! Mengapa aku sekarang iri padanya? K memang bukan pria playboy sepertiku, tapi dia jauh lebih beruntung dalam masalah cinta. Dia pria pantang menyerah dan ku lihat sendiri betapa keras perjuangannya demi bersatu dengan wanita yang dia inginkan. Tuhan, apakah ini tanda-tanda aku akan bertobat? X bertanya pada dirinya sendiri.
"Kau tak makan X?" tanya Keith yang merasa aneh dengan tatapan X.
"Kenapa dia?" bisik Shena kepada suaminya.
"Entahlah. Aku juga merasa aneh," sahut Keith kepada istrinya.
"Kalau di negaraku, orang yang bengong akan kesambet setan!" timpal Shena.
"What is kesambet, Wifey?" tanya Keith yang bingung dengan istilah yang digunakan istrinya.
"Sorry. Kesambet itu kayak kerasukan. Jadi ketika seseorang bengong, otomatis tubuhnya seperti tidak memiliki kesadaran. Nah itulah saat di mana Another spirit , akan mudah mengambil alih tubuh orang tersebut dan terjadilah kerasukan!" jelas Shena.
"Oh, aku tak pernah tahu soal itu. Orang-orang di sekitarku juga tak pernah mengalaminya jadi I have no idea about that," sahut Keith.
"X!" Suara The Godfather yang menggelegar membuat mereka bertiga terlonjak terutama X.
"Dad! You were shocking me!" protes X yang mengurut dadanya.
"Sekarang waktunya sarapan bukan bengong!" tegas The Godfather.
"Sorry, Dad," ucap X yang sebenarnya ingin protes namun tak enak karena ada K dan istrinya.
X segera mengambil sarapan untuknya dan mulai makan. Suasana di meja makan sangat hening. Hanya terdengar denting sendok, garpu dan pisau karena tak ada satupun yang memulai percakapan.
Tiba-tiba ada dering ponsel. Nada deringnya adalah lagu Mandarin dan semua mata memandang ke arah Shena.
Shena yang tengah mengunyah sarapannya menjadi tertegun, ia merogoh saku jas suaminya. Ketika dia melihat nama si penelepon, dia segera meneguk air mineral-nya dan menjawab panggilan teleponnya.
Shena: "Wei (Halo)."
Penelepon: " .... "
Shena: "Ngai sit fon aa (aku sedang makan nasi), comai (kenapa)?"
Penelepon: " .... "
Shena: "Hao (baik). Kalian akan ikut ke gedung juga? Aku akan berangkat bersama suami dan Abang Iparku!"
Penelepon: "Hao ba (Baiklah). Zai jien (sampai jumpa)!"
Shena mematikan panggilan teleponnya dan memasukkan kembali ke saku jas suaminya.
"Siapa yang menelepon?" tanya Keith ingin tahu.
"Oh, itu tadi sepupuku. Dia bilang dia mau melihat gedung juga." Shena menjawab pertanyaan sang suami.
Terdengar denting garpu jatuh ke lantai. Semua mata memandang ke X yang sekarang sedang mengambil benda itu.
"X aneh ya," bisik Shena di telinga kiri sang suami.
"Iya, abaikan saja." sahut Keith.
"Are you ok, X (Kau baik-baik saja, X) ?" tanya Keith pada X.
"Yes, I am okay, K (Ya, aku baik-baik saja, K)!" jawab X yang sudah mengambil garpu dan menaruhnya di meja.
***