Chereads / He Is My Man / Chapter 2 - Arrive At Boston

Chapter 2 - Arrive At Boston

Author POV

X dan Luke sudah tiba di Boston, tepatnya di Boston Logan International Airport. Setelah tujuh Jam empat puluh menit terbang secara nonstop, X tampak tengah tertidur lelap, karena penat selama di perjalanan.

"Tuan, kita telah tiba di Boston." Luke berkata dengan pelan kepada X yang masih tertidur pulas.

Luke bertindak hati-hati karena dia melihat wajah Bosnya nampak muram sejak berada di Bandara Schiphol. Dia tak mau terkena masalah karena mood si Bos yang naik turun.

"Hm ... oke. Thanks, Luke (Terima kasih Lukas)," sahut X yang baru terbangun dan sedang menggeliat dari tempat duduknya.

"Sama-sama, Tuan," kata Luke.

X mengucek matanya beberapa kali dan dia menguap lebar. Dia senang akhirnya bisa mendarat dengan selamat.

"Tuan mau minum dulu?" tanya seorang pramugari kepadanya.

"No, don't disturb me! Leave!" jawab X dingin sehingga pramugari menjadi ketakutan karenanya.

"Baik, Tuan." Pramugari menyahut lirih dan kembali ke dalam.

Ketika X sudah terjaga seutuhnya, dia pun kembali teringat dengan gadis yang telah mencuri atensinya di Bandara Schiphol. Mengapa aku teringat dengan dia, ya? Lebih baik ku suruh anak buahku mencarinya supaya tak penasaran dibuatnya! Heran kenapa dia tak mau memberitahukanku siapa namanya? Batin X yang masih penasaran dengan sosok gadis manis itu.

"Luke," panggil X pada asistennya yang berada di depannya.

"Ya, Tuan?" jawab Luke yang sudah siap sedia.

"Luke, aku akan mengirimkan beberapa foto kepadamu. Kau cari siapa gadis yang ada di sana dan cari informasi sedetail-detailnya tentang dia, mengerti?" perintah X sembari memainkan arlojinya.

"Baik Tuan," ucap Luke dan dia segera mengambil ponsel dari balik saku jasnya.

"Nyalakan bluetooth di ponselmu karena file akan ku-transfer sekarang!" perintah X karena dia sudah menghidupkan Bluetooth di arlojinya.

Luke membuka ponselnya dan mengaktifkan Bluetooth supaya Bosnya bisa mentransfer foto-foto yang dimaksud.

"Sudah, Tuan," jawab Luke.

"Bagus!" X sudah bersiap-siap agar bisa segera melakukan keinginannya.

X segera men-transfer foto-foto gadis yang ia temui saat hendak membeli minuman di vending machine kepada Luke. Dia memilih semua angle agar wajah si perempuan bisa terlihat jelas dari semua sisi.

"Sudah kau terima, Luke?" tanya X memastikan.

"Sudah, Tuan," jawab Luke mengecek semua file yang dikirimkan kepadanya

"Kau tahu harus melakukan apa?" X sengaja bertanya dengan nada datar.

"Saya tahu dan mengerti, Tuan." Luke menjawab. Dia sudah mengerti dan tidak akan bertanya lebih lanjut.

"Paling lambat tiga hari dari sekarang aku ingin berkas tentang dia sudah ku terima!" perintah X lagi. Dia tak ingin berlama-lama penasaran dan sudah tak sabar untuk mengetahui tentang jati diri si gadis misterius.

"Baik, Tuan!"

"Oke, kita turun dari pesawat sekarang!"

"Ya, Tuan."

Luke dan X merapikan barang-barang bawaan dan segera ke luar dari pesawat. Di sana sudah ada banyak bodyguard yang menunggu beserta mobil mewah, Limousine berwarna hitam. Kedua mata X menatap datar ke arah Bodyguard yang datang untuk menyambutnya.

"Selamat datang Tuan X," sambut mereka.

"Ya, bantulah Luke untuk mengangkat barang-barang yang dia bawa! Itu semua untuk K dan jangan sampai jatuh, lecet atau rusak!" perintah X datar.

"Baik, Tuan!" jawab mereka sigap.

Para Bodyguard membantu Luke yang terlihat kewalahan membawa beberapa hadiah yang dibungkus kado di dalam Paper bag putih besar.

X menatap ke arah pilot dan pramugari yang berada di luar untuk mengantarnya.

"Thanks Cap! Aku akan menghubungi kalian apabila kembali ke Amsterdam. Standby-lah!" perintah X.

"Siap, Tuan! Kami akan menunggu kabar selanjutnya dari Anda!" jawab pilot, Captain John.

"Terima kasih Tuan X telah memercayakan saya sebagai awak kabin dan Captain John sebagai pilot Anda!" ucap pramugari, Katie Smith kepada X.

"Ya," jawab X datar. Dia segera mengalihkan pandangan kepada salah satu Bodyguard-nya.

"Scott, apakah The Godfather ada?" tanya X kepada Scott, salah satu tangan kanannya di Boston.

"Ada, Tuan. Beliau sudah menunggu di Limo," jawab Scott.

"Oh," sahut X yang mengerti.

"Ayo kita masuk ke mobil, Luke!"

"Baik, Tuan,"

X dan Luke berjalan ke arah Limo dan masuk ke dalamnya. Luke duduk di sebelah driver dan X duduk di kursi penumpang. Para Bodyguard masuk ke mobil lainnya dengan membawa hadiah untuk K. Mobil segera maju meninggalkan Bandara.

"Dad," sapa X kepada The Godfather.

Raut wajahnya datar dan nada suaranya seperti tak bergairah seperti biasanya.

"X, bagaimana perjalananmu?" tanya The Godfather dengan nada datar.

Sebagai seorang Ayah, The Godfather memperhatikan dengan detail meskipun terlihat tak perduli.

"Bored as usual. Nothing special," jawabnya tak antusias.

"Why? Kau ajak satu dari ratusan gadismu untuk menemani, supaya tidak bosan!" The Godfather merasa heran mendengar putranya mengeluh bosan.

"No, I don't want them," sahut X datar.

"Kau mau mainan baru? Perlu ku telepon wanita penghibur supaya mendinginkan otakmu?" tawar The Godfather yang semakin curiga ada yang aneh dengan anaknya.

"No, You don't have to call them! I want alone for now !" jawab X yang menatap datar Kota Boston.

"This is not you! What's wrong with you, X?" The Godfather merasa waspada.

Pria paruh baya ini sudah sangat mengenal anak tunggalnya sehingga dia merasa heran mengapa sekarang dia berubah?

"No, I am still myself. I just bored with those girls!" tukas X yang sudah malas ditanya lebih lanjut.

The Godfather terdiam. Dia mengawasi sang putra dari sudut matanya. X tak pernah berkelakuan aneh seperti ini, apakah ada sesuatu hal yang terjadi tanpa sepengetahuanku? Apa ada yang terjadi saat dia di Amsterdam? Kenapa tak ada satupun laporan yang masuk padaku? batin The Godfather penasaran di dalam hatinya.

Mereka semua terdiam dan tidak ada yang berbicara. X merasa gelisah karena teringat gadis yang dia temui di Bandara Schiphol. Dia tak habis pikir, kenapa dia bisa penasaran dengan seorang perempuan, nyaris tanpa make up tapi sanggup membuat hati bergetar, hanya dengan senyuman saja.

Siapa gadis itu? Wajahnya seperti tak asing tapi tak ingat pernah bertemu dengannya. Dia bilang akan ke Boston, kan? Aku harus mencari tahu siapa dia dan sedang apa dia di sini. Mengapa dia membuatku penasaran? Batin X yang masih gelisah tiada henti.

X mengambil ponselnya yang berada di saku jas lalu mencari nama K di panggilan keluar. Dia segera menekan nama itu dan mencoba menghubunginya.

X: "Halo, Brother!"

K: "..."

X: "Aku baru sampai di Boston. Kami akan menginap di hotel milikku!"

K: "...."

X: "Datanglah malam ini. Menginap pun boleh! Unit sebelah kosong dan sudah ku perintahkan General Manager hotelku, Rick Alastair, untuk prepare semuanya dan sudah ready. Tinggal kalian berdua saja yang datang dan menginap!"

K: "...."

X: "The Godfather ada bersamaku, tentu saja kami akan datang! Kau itu anggota keluarga kami!"

K: "...."

X: "Tenang saja, yang penting kau datang! Tunanganmu sudah sehat dan pulih, kan? Kalau sudah, bawa saja menginap, sekaligus bersantai!"

K: "...."

X: "Bagus, ku tunggu kehadiranmu! Tenang saja, Rick sudah ku berikan list makanan dan minuman yang kau dan pasanganmu sukai dan tidak sukai sehingga aman!"

K: "...."

X: "Oke, Brother. Ku tunggu kedatangan kalian malam ini! Besok kita bisa ngobrol sekaligus sarapan bersama. Salam untuk calon Adik Iparku,"

K: "...."

X: "Okay, see you soon Brother!"

X segera mengakhiri panggilan teleponnya. Akhirnya adikku akan datang bersama tunangannya. Entah mengapa ku rasakan agar mengundang mereka agar datang dan menginap di hotel malam ini. Sepertinya aku ingin menanyakan kepada Keith di mana dia dan kekasihnya bertemu dan apa yang membuatnya yakin memilih wanita itu sebagai pasangan hidupnya. Keith tak pernah banyak bercerita dan diriku harus tahu cerita yang selengkapnya supaya tidak penasaran, gumam X.

"Dad, K dan S akan menginap di hotel kita. Mereka akan datang malam ini juga," ucap X yang membuka percakapan di antara mereka.

The Godfather mengangguk. "Senang rasanya K sudah menemukan seorang perempuan yang baik, yang tidak mengincar harta yang dimiliki namun tulus mencintainya meskipun jalan K tak mudah namun itu semua sepadan dan sebentar lagi mereka menikah. Kelak apabila suatu saat kau ingin menikah, carilah yang sifatnya mirip dengan calon Adik Iparmu, tak perlu terlalu cantik glamour tapi manis, cerdas, dan menyayangi setulus hati. Dengan karakter istri seperti itu, kau akan tenang karena dia benar-benar mencintai dan menyayangimu tanpa memikirkan kekayaan yang akan dia peroleh darimu!" nasehat The Goadfather kepada X.

X terdiam dan hatinya berdenyut terasa perih. Dia merasa bahwa ucapan sang ayah benar adanya.

Mengapa Dad berbicara seperti itu? Kalau dipikir-pikir, memang benar bahwa selama ini wanita mendekati, hanya karena uang yang ku miliki dan sebagai imbalannya mereka harus menjadi penghangat ranjangku, bukankah ini barter yang adil? Semenjak K akan menikah, rasanya ingin juga memiliki seorang kekasih yang memiliki karakter seperti Shena. Dia sungguh beruntung mendapatkannya dan aku harus mendapatkan yang setipe pula! tekad X dalam hati.

The Godfather memperhatikan X dengan seksama. Tak biasanya sang anak tunggal berdiam diri, seperti merenungi ucapannya. Biasanya, pria itu hanya mendengar sambil lalu saja.

Aku yakin ada sesuatu yang terjadi pada diri X. Dia tak biasanya bertingkah seperti ini. Apakah dia telah bertemu dengan seorang gadis yang berhasil menaklukkan hatinya? Tak pernah ku lihat sang petualang cinta menjadi begitu aneh, seaneh hari ini. Akan ku cari tahu mengapa dia seperti ini, batin The Godafather yang masih memandangi X, namun seolah acuh tak acuh.

Mobil terus melaju dan membelah jalanan Kota Boston di malam hari dan sekarang mengarah ke hotel milik X. Ayah dan Anak itu masih sibuk dengan pikiran masing-masing sehingga suasana di dalam mobil menjadi sunyi, sepi dan hening.

***