Chereads / He Is My Man / Chapter 3 - A Lil Bit Conversation Between X And The Godfather

Chapter 3 - A Lil Bit Conversation Between X And The Godfather

Author POV

X sempat berhenti sebentar untuk menemui General Manager di hotel miliknya sesampainya dia di sana.

"Rick, apakah Tuan K sudah datang?" tanya X pada Rick saat mereka bertemu di lobi.

Rick yang telah berada di depan Lobi untuk menyambut rombongan Bos langsung menggeleng ketika mendengar pertanyaan X.

"Belum, Tuan. Tadi Tuan K menelepon saya, dia bilang akan mengantar tunangannya pergi ke dokter dulu baru ke sini," jawab Rick.

"Ok," sahut X dengan nada datar.

Keith pasti mengantar Shena untuk memeriksakan kandungannya. Dia sudah menelepon Rick, berarti dia sudah konfirmasi akan datang. Ah, tak masalah yang penting mereka berdua datang! pikir X.

The Godfather berdiri tak jauh dari X dan Rick. Dia tak henti-hentinya mengamati anaknya yang berkelakuan tak biasa, sejak datang dari Amsterdam.

X pasti menyembunyikan sesuatu dariku. Akan ku tanya Luke, supaya jelas apa yang terjadi. Aneh sekali, melihat anak sendiri bertingkah yang berbeda. Biasanya X datang dengan salah satu kekasih atau model-model terkenal, tapi hari ini ia hanya bersama Luke dan tidak bersama salah satu perempuan yang memujanya. Heran, tak mungkin dia salah makan! pikir The Godfather.

"Dad, aku mendapat kabar kalau K sudah menelepon Rick dan dia akan datang ke sini setelah mengantar S ke dokter. Mungkin mereka memeriksakan kandungan calon adik ipar," ucap X yang kini sudah berdiri di sebelah kirinya.

"Kita langsung ke atas kalau begitu. Mereka pasti akan datang meskipun terlambat," sahut The Godfather.

"Ya," kata X dengan raut wajah tak berminat.

Banyak karyawan dan karyawati hotel yang memberikan Greeting (salam) kepada mereka namun tak satupun yang dibalas. Mereka berjalan dengan wajah datar.

Rombongan X, The Godfather, Luke dan lima orang bodyguard sekarang melangkah menuju ke lift eksekutif. Lift itu adalah lift khusus dan yang boleh memakai hanyalah Owner hotel dan General Manager.

Luke menekan angka dua puluh tiga dan pintu lift segera tertutup. The Godfather masih terus memikirkan tentang X, sehingga dia menatap Luke, asisten X, dengan tajam.

Sepertinya Luke tahu sesuatu, aku harus bertanya secara langsung padanya. Tak mungkin X bertingkah seperti orang lain kecuali dia mengalami masalah! pikir The Godfather.

Ting!

Lift terhenti di lantai dua puluh tiga dan mereka segera keluar dari sana. Rombongan itu menuju ke Room khusus dan Luke membukanya dengan kartu akses.

Semua bodyguard menunggu di luar dan yang masuk hanyalah The Godfather, X dan Luke. The Godfather melihat X pergi ke ruangan lain dan sibuk dengan ponsel, sehingga pria yang berusia lebih dari setengah abad itu langsung memanggil Luke untuk menginterogasinya.

"Luke!"

"Ya, The Godfather?" sahut Luke sehingga menoleh kepada Ayah X.

"Kemari!" perintahnya dengan nada datar.

Luke mendekat dan melihat raut wajah sang bos besar tengah penasaran.

"Jelaskan padaku apa yang terjadi?" tanya The Godfather tanpa berbasa-basi.

"Tentang Tuan X, maksudnya?" tanya Luke yang mulai paham arah pertanyaan bos besar.

"Ya, ceritakan padaku apa yang terjadi? Mengapa dia bersikap aneh?" The Godfather bertanya lebih lanjut.

"Sewaktu di Bandara Schiphol, Tuan X meminta saya menunggu, karena dia hendak membeli minuman di Vending machine, tapi Tuan malah terdiam cukup lama seolah memikirkan sesuatu, sehingga tanpa dia sadari dompet telah jatuh. Ada seorang gadis yang tengah mengantre di belakangnya dan melihat hal itu. Dia berbaik hati mengambil dan memanggil Tuan X tapi tak menyahut. Perempuan itu pun berinisiatif menggoncangkan lengan kanan anak Anda, sehingga mereka jadi mengobrol dan si gadis akhirnya mengembalikan dompet tersebut," jelas Luke panjang lebar.

"Hanya itu? Tidak ada yang lain?" pancing The Godfather.

"Ada. Saya melihat Tuan X meminta berkenalan dengan gadis yang mengembalikan dompet, tapi dia menolak dengan alasan dua puluh menit lagi pesawatnya akan last call dan dia buru-buru hendak mengejar penerbangan," tambah Luke.

"Apa ada hal lain?"

"Ada, The Godfather. Tuan X ternyata mengambil foto gadis itu dan dia meminta saya untuk menyelidiki siapa perempuan itu sebenarnya."

"Kau punya fotonya, 'kan? Berikan kepadaku satu, yang wajahnya terlihat paling jelas!" The Godfather sangat penasaran dengan rupa gadis yang telah mengacaukan tindakan anaknya.

"Ada, Tuan. Baik, saya kirimkan melalui pesan WhatsApp kepada Anda, The Godfather,"

"Ya, kirimkan sekarang, sebelum X kembali!"

"Siap, Tuan!"

Luke merogoh kantung jas, kemudian mengambil ponsel. Dia segera memilih foto yang diinginkan oleh The Godfather dan mengirimkannya melalui pesan WhatsApp.

"Sudah, The Godfather," lapor Luke patuh.

"Good! Jangan beritahu X tentang pembicaraan kita ini!"

"Tidak, The Godfather."

Tepat di saat Luke selesai melapor, tak lama kemudian X ke luar ruangan dan dia menatap Ayahnya. "Dad, are you hungry?" tanyanya.

"Yes I am hungry. Ini sudah lewat jam makan malam tapi tak masalah kita bisa makan di sini!"

"Oke, Dad mau pesan apa?"

"As usual!"

"Oke. Luke pesanlah makanan untuk The Godfather, aku dan kau!"

"Baik, Tuan."

X dan The Godfather langsung masuk ke ruangan lain yang mana itu adalah tempat khusus mereka berbicara. X duduk di sofa panjang dan The Godfather di sofa terpisah yang ada di depannya.

"Apa rencanamu malam ini?" tanya The Godfather membuka percakapan.

"Nothing special. I just wanna chill, Dad," jawab X enteng.

"Bagaimana dengan Xaviera? Dia jadi membeli senjata dengan kita?" tanya The Godfather yang teringat tentang Mafia Italia yang mengajaknya berbisnis.

"Jadi, Dad. Kemarin mereka sudah tanda-tangan MOU untuk itu," jawab X yang tengah merogoh jas, lalu mengambil rokok dan pemantiknya.

"Berapa nilainya?" tanya The Godfather.

The Godfather memang menyerahkan semua bisnisnya kepada X, akan tetapi dia tetap memantau kegiatan tersebut dan memastikan semua berjalan dengan lancar.

X menyalakan api dari pemantik dan membakar ujung rokok. Dia ingin merokok, karena perasaannya yang sedang tidak baik dan berharap agar kegundahan hilang dengan sendirinya.

"$750,0000,000 dan itu belum termasuk uang muka yang mereka bayarkan tiga hari lalu. Mereka membayar $500,000,000 cash dan sisanya $250,000,000 telah mereka lunasi pagi ini," jelas X dan dia segera menghisap rokoknya kuat-kuat.

The Godfather bertepuk tangan pelan. Dia tak pernah menyangsikan kemampuan X dalam hal bisnis.

"$750,0000,000 itu nilai per transaksi atau keseluruhan?" The Godfather bertanya detail, untuk memastikan kembali kepada X, bahwa mereka tak merugi.

"Per transaksi, Dad. Semua senjata sudah diselundupkan begitu mereka melunasi pembayaran dan aku sudah menyogok bea cukai dan polisi, jadi semua aman," ujar X yang masih juga merokok.

"Tak sia-sia kau ku ajarkan bisnis! Sayang sekali K belum berminat untuk join dengan kita. Aku membutuhkannya untuk memegang wilayah yang lain." The Godfather merasa sedih sekaligus kesal karena K tak kunjung mengikuti jejaknya.

"Tak apa, Dad. Aku masih bisa meng-handle-nya. Ku akui bila K bergabung akan lebih mudah tapi dia menolak," ucap X yang memaklumi keputusan K.

Dia masih merokok untuk menghilangkan kepenatan di hati. Aku masih terus memikirkannya. Mengapa dia berhasil membuatku seperti ini? Tak sabar ingin bertemu lagi denganmu, Nona misterius! Janji X pada dirinya sendiri.

"Apa alasan dia menolak?" tanya The Godfather ingin tahu karena dia tak pernah mendengar alasan penolakan spesifik dari K.

"Alasannya adalah dia akan memiliki keluarga sendiri, sehingga ingin fokus ke sana. Dia juga tak ingin anak-anaknya memiliki sedikit teman, kalau tahu K adalah mafia," jawab X yang masih menghisap rokok dengan pikiran yang tak menentu.

"Padahal memiliki keluarga, tidak menghambatmu menjadi mafia. Calon mertua K juga mafia, Queen Red Dragon yang memegang Forbidden district. Dia sudah ditakdirkan menjadi seperti kita, tapi malah menolak!" gerutu The Godfather.

"Tak apa, Dad. Calon adik ipar tengah mengandung anaknya. Aku sudah bilang pada K, apabila nanti sang anak mau, maka dialah yang akan ku angkat untuk menggantikan. K mungkin memiliki pemikiran tersendiri dan aku menghargainya. Tanpa K kita tak akan seperti sekarang, Dad," sahut X seraya mengingatkan Ayahnya akan jasa-jasa K yang telah dilakukannya bagi mereka.

"You are right, Son. Tanpa K kita tak akan seperti sekarang. Dia sudah membantu kita sangat banyak, sehingga sekarang kita juga harus membantunya lebih lagi." The Godfather membenarkan ucapan X.

"Ya, Dad. Itulah mengapa aku tak mendesak, namun tidak berarti ku biarkan begitu saja. Dia tetap diingatkan tapi tak memaksa. Aku tahu tabiatnya, semakin dia merasa ditekan, semakin keras penolakan."

Ketika The Godfather ingin membuka mulut, X melihat Luke masuk sehingga percakapan pun terhenti.

"Maaf saya mengganggu Tuan X dan The Godfather. Saya ingin menyampaikan, bahwa Tuan K dan Nona S sudah datang dan menunggu di ruangan di depan," ucap Luke yang merasa segan sekaligus takut dihukum.

"Oh, K dan S sudah datang? Suruh mereka ke sini! X matikan rokokmu, calon adik ipar sedang hamil dan dia tidak boleh terkena asap rokok!" perintah The Godfather kepada X yang masih asyik merokok.

"Ah, aku lupa! Thanks, Dad!" ucap X yang menyadari bahwa dia belum mematikan batang rokoknya.

Di sofa yang dia duduki, ada meja kaca transparan panjang dan ada dua Ash tray, sehingga dia meraih satu dan mematikan rokok.

"Luke, apa ada pengharum ruangan? Kalau ada, semprotlah dulu! Aku tak mau calon adik ipar jadi sakit!" tanya X yang sadar ruangannya sudah penuh dengan bau rokok.

"Ada, Tuan. Sebentar," jawab Luke yang dengan cekatan membuka lemari kabinet di sebelah kiri X dan mengeluarkan satu botol pengharum ruangan semprot dan menyemprotkan isinya ke sekeliling, tapi tidak mengenai wajah kedua bosnya.

Luke berhenti menyemprot di saat dia mencium ruangan sudah wangi. Dia menaruh botol pengharum ke lemari kabinet yang semula. X dan The Godfather masih diam mengawasi Luke bekerja.

"Saya permisi, Tuan X dan The Godfather karena mau menjemput Tuan X dan Nona S ke sini," pamit Luke yang disambut anggukan oleh X.

****