Chereads / He Is My Man / Chapter 1 - Meet Her Accidentally

He Is My Man

πŸ‡ͺπŸ‡ΊPriskila_Wi
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 316.9k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Meet Her Accidentally

Author POV

Di Lounge Hotel X

"Tuan X, semua sudah siap. Anda bisa langsung menuju Bandara Schiphol!" lapor seorang pria muda bertubuh kekar, berpakaian rapi kepada Xander.

Pria itu adalah salah satu asisten Xander bernama Luke Thompson.

"Baik, apakah semua barang sudah dibawa?" tanya Xander yang tengah menyesap Vodka-nya.

"Sudah, Tuan. Semua hadiah untuk pernikahan Tuan K sudah berada di dalam pesawat," jawab pria itu lagi.

"Bagus! Aku tak mau ada satupun yang tertinggal apalagi untuk pernikahan Adikku!" tukas pria itu dingin.

"Ya, Tuan," sahut pria itu lagi dengan patuh.

"Ayo, pergi! Suruh driver menjemputku 10 Menit dari sekarang!" perintahnya lagi.

"Baik, Tuan," ucap Luke.

Pria itu berjalan agak jauh dari X, dia mengambil ponsel dari balik jasnya dan segera menghubungi seseorang. Ketika sudah selesai, dia langsung kembali ke tempat X berada.

"Tuan, driver sudah saya telepon. Dia akan segera menuju lobi," lapornya lagi.

"Bagus. Ayo kita pergi!" X meneguk minumannya sampai habis dan meletakkan gelasnya di atas meja.

Dia segera bangkit berdiri dan keluar dari Lounge dan berjalan menuju lobi. Semua wanita yang memandangnya langsung menatap dengan tatapan memuja. X mengetahuinya namun dia diam saja seolah tak terganggu sama sekali.

"Selamat siang Tuan X," ucap seorang gadis bertubuh kurus tinggi, berambut pirang, dengan manik mata berwarna Hijau Safir yang menunggu di Front Office

"Have a great day ahead, Mr. X (semoga hari Anda menyenangkan, Tuan X)," sahut yang lainnya.

"Have a safe flight, Mr. X (semoga penerbangannya aman, Tuan X)," kata Manager Front Office, Carla Stevenson.

X hanya berjalan dan tak menghiraukan semua greeting yang ditujukan padanya. Driver sudah sampai ketika X tiba di sana sehingga dia tak menunggu lama. Dia dan asistennya segera naik dan mobil segera meninggalkan hotel.

"Ms. Carla, Mr. X luar biasa tampan! Kira-kira pacarnya siapa, ya?" tanya seorang gadis yang berada di counter Front Office.

"Kekasihnya banyak, Nicole! Terakhir kudengar dia berpacaran dengan salah satu aktris bernama Catharina Goldwin. Dia bukan hanya tampan, tapi macho, seksi dan mapan!" jawab Ms. Carla sambil membayangkan harta kekayaan Mr.X.

"Wah beruntung sekali yang menjadi kekasihnya, ya! Ku dengar dia sering bergonta-ganti wanita?" sambung seorang gadis muda yang bertugas dengan Nicole, Gwen.

"Betul. Dia suka sekali bergonta-ganti pasangan jadi tak heran mantannya sangat banyak. Sebulan yang lalu dia baru putus dengan Alina Karzowski. Gadis itu bahkan sempat datang ke mari untuk mencari Mr. X dan berakhir diusir secara menyedihkan," Ms. Carla menambahkan sambil menghela nafas berat.

"Kasihan sekali dia, ya. Berapa umur Mr. X?" tanya Nicole ingin tahu.

"Kira-kira 34 Tahun. Tapi aku tak tahu pasti," jawab Ms. Carla sambil mengingat-ingat.

"Masih muda, tampan, macho dan mapan. Kombinasi bagus untuk dijadikan pendamping hidup," sahut Gwen centil.

"Betul, oleh karena itu kalian juga harus mencari pasangan seperti Mr. X tapi jangan cari yang playboy!" timpal Ms. Carla.

Mereka bertiga tertawa kecil. Suasana hotel sedang sepi sehingga tidak mengganggu tamu yang ada.

"Kembali bekerja! Nanti Mr. Sven datang habislah kita semua!" tegur Ms. Carla kepada kedua staff-nya.

"Baik, Ms. Carla," sahut Nicole dan Gwen berbarengan.

Mereka pun kembali bekerja dan melayani tamu yang datang untuk check-out.

Di Bandara Schiphol

Mobil X baru saja tiba dan dia segera turun dari sana diikuti oleh asistennya. "Jam berapa penerbanganku, Luke?" tanya X yang tengah menatap layar ponselnya.

"Pesawat akan terbang jam 13:15, Tuan. Untuk Visa sudah oke semua," jawab Luke.

"Bagus, pasporku ada padamu, kan?" tanyanya memastikan.

"Ya, ada Tuan," jawabnya mantab.

"Pilot dan yang lainnya sudah standby kan?"

"Semua sudah standby, Tuan,"

"Oke, kerja bagus!" pujinya.

X menekan tombol di ponselnya dan tampak fokus menelepon seseorang.

"Halo, Bro!"

"...."

"Aku pasti datang, Bro! Don't worry (jangan khawatir)!"

"...."

"Bagaimana kabar calon istrimu? Apakah bayi kalian baik-baik saja setelah peristiwa itu?"

"...."

"Syukurlah kalau begitu, senang rasanya mendengar Ibu dan janinnya baik-baik saja!"

"...."

"Aku tahu dan by the way (omong-omong) pemberkatannya masih dua hari lagi, kan?"

"...."

"Sure (tentu saja)! Kalian mau hadiah apa dariku? I will give three of you more than you expect it (aku akan memberikan kalian bertiga lebih dari yang Kau harapkan)!"

"...."

"Jangan menolak, Bro! Kau tahu kalau semua schedule (jadwal) ku mundurkan satu minggu demi kalian!"

"...."

"Come on (ayolah)! Aku sekarang sudah berada di Bandara Schiphol!"

"...."

"Deal (sepakat)! Tapi jangan menolak hadiah yang ku berikan atau aku sangat marah kepadamu!"

X tampak menggeretakan giginya. Dia tampak tak senang dengan ucapan saudaranya.

"...."

"Bro, kau adalah keluarga kami! The Godfather akan ikut serta, masa kau tidak mau kami hadir?!"

"...."

"Oke, sorry (maaf), aku salah sangka. Jadi bagaimana nanti?"

"...."

"Oke, pesawatku jam 13:15 dan sekarang jam 12:30. Aku membawa private jet sendiri jadi aman!"

"...."

"Tentu, ke Maldives pun bisa! Demi kalian bertiga, akan ku booking satu area villa jadi tak ada yang berani mengganggu istrimu!"

"...."

"Baiklah, sampai jumpa, Bro!"

X menutup panggilan teleponnya dan dia menoleh ke Luke. "Ayo kita pergi, Luke!" perintahnya.

"Siap, Tuan!" ucap Luke.

Mereka berdua berjalan beriringan dan X merasakan ponsel yang berada di genggamannya bergetar. Dia segera berhenti dan melihat sebuah nama di sana:

Alina Karzowski

X mendengkus kesal dan dia tak mau mengangkat panggilan itu. Dia berlagak sibuk padahal kenyataannya tidak.

"Luke, kau bereskan si Alina Karzowski itu. Dia sungguh menjengkelkan!" perintah X dengan nada dingin.

"Baik, Tuan!" ucap Luke dan dia segera meraih ponselnya dan menelepon seseorang.

"Sudah beres, Tuan. Dia tak akan mengganggu Anda lagi!" lapor Luke ketika dia sudah selesai menelepon.

"Bagus. Dia sungguh memusingkan!" ucap X dengan nada kesal.

"Luke aku mau beli minuman ringan dulu, setelah itu kita akan ke bagian imigrasi," ucap X seraya menunjukkan vending machine yang tak jauh dari sana.

"Ya, Tuan." Luke mengerti bosnya ingin privasi sehingga tidak berani ikut.

Luke menunggu X yang berjalan ke arah vending machine. Dia segera mengambil dompetnya dan memilih satu minuman yang dia mau.

Aku harus banyak meminum mineral water (air mineral) supaya tubuh tetap fit! Masa aku kalah dari Keith? Dia semenjak memiliki kekasih dan akan menjadi seorang Ayah, terlihat semakin bugar bahkan calon istrinya terlihat sangat menyayanginya dan itu tulus karena aku bisa melihat dari tatapan matanya. Ah, mengapa diriku menjadi iri? Adikku pantas berbahagia karena dia adalah pria yang baik. Kenapa akhir-akhir ini rasanya diriku memikirkan tentang pernikahan? Padahal selama ini aku tak pernah mau menjalin hubungan serius karena kebanyakan wanita yang datang hanya ingin hartaku saja! Apakah aku harus minta diperkenalkan oleh Shena dengan seorang gadis dari keluarganya? Siapa tahu ada sepupunya yang sifatnya hampir sama dengannya! Batin X.

"Tuan? Tuan?" Suara seorang gadis membuyarkan lamunannya.

X merasakan bagian tubuhnya, terutama lengan kanannya diguncang lembut sehingga dia segera fokus dengan gadis yang berada di depannya.

"Oh, ada apa?" sahut X dengan nada berwibawa.

"Tuan, ini dompet Anda terjatuh! Saya sedari tadi memanggil, tapi Anda tidak menyahut. Maaf kalau saya lancang memegang lengan Anda," kata si gadis yang tidak enak hati seraya menyodorkan dompet itu kepadanya.

X menatap gadis ini lekat-lekat, sekilas wajahnya mengingatkannya pada seseorang namun dia lupa siapa.

"Terima kasih." X berkata dengan nada lembut sambil mengambil dompetnya dari tangan si gadis.

Gadis ini mau mengembalikan dompetku, padahal kami berdua tak saling mengenal sama sekali. Tubuhnya juga mungil dan tingginya hanya sebatas dadaku. Wajahnya nampak tak asing seperti pernah melihat sebelumnya, tapi di mana? Batin X yang tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari perempuan yang telah berbaik hati mengambilkan dompetnya.

"Sama-sama. Maaf, apa Anda mau duluan membeli minuman? Saya buru-buru, kalau boleh saya duluan." Gadis manis itu meminta izin.

"Ah, silahkan!" X mundur dan mempersilahkan si gadis maju.

"Terima kasih," ucapnya sambil tersenyum manis.

Dheg!

Kenapa hatiku berdebar dengan senyumannya? Kami baru saja bertemu tapi rasanya aneh sekali, pikir X.

Gadis misterius itu langsung maju dan mengambil uang dari dalam dompet dan memasukkannya ke dalam vending machine. Dia memilih satu minuman dan menekan tombolnya. Ketika botol yang ia pilih telah keluar, X mendadak menahan tangan gadis itu.

"Maaf, Nona. Bolehkah saya mengenal dirimu? Namaku Xander. Siapa namamu?" tanya X tanpa berbasa-basi.

Si gadis terkejut lalu tersenyum. "Maaf, Tuan. Saya harus buru-buru karena dua puluh menit lagi pesawat saya akan last call. Saya ke sini karena sudah izin dengan pramugari," jawabnya lembut.

"Tolonglah, beritahu saya namamu!" desak X yang memotret gadis itu dengan kamera tersembunyi yang ada di arlojinya.

"Maaf, Tuan. Saya harus bergegas. Kalau lain kali kita bertemu, I promise that I will introduce myself to you (aku berjanji bahwa aku akan memperkenalkan diriku kepadamu)," janji si gadis.

"Kau mau pergi ke mana?" tanya X yang tak juga menyerah dan tidak mau melepaskan tangan si gadis.

"Saya akan ke Boston, Massachusetts untuk menemui keluarga. Tolonglah jangan menahan tangan saya!" sentak si gadis yang nampak jelas buru-buru.

"Baiklah. Saya minta maaf telah menahan Anda. Sampai berjumpa lagi," ucap X lalu dia melepaskan tangan gadis itu.

"Terima kasih," kata si gadis sebelum meninggalkannya.

X menatap nanar kepergian gadis yang telah mencuri perhatiannya. Mengapa aku sedih saat dia pergi? Untung saja sempat ku foto wajahnya dengan kamera tersembunyi ini! Harus kucari tahu siapa dia sebenarnya! Tekad X.

X lalu mengambil uang yang berada di dompet lalu memasukkannya ke vending machine, setelah itu dia menekan sebuah tombol di minuman pilihannya. Dia segera mengambil botol yang telah terjatuh dan berjalan menuju Luke.

"Ayo Luke kita ke imigrasi!" perintahnya datar.

"Ya, Tuan," jawabnya dan mereka berdua segera ke security check dan imigrasi.

***