6. DILAN MENGHILANG
Dilan kulihat sekolah lagi. Tapi sejak itu, selama tiga hari, tidak ada gerakan apa-apa dari Dilan yang bersangkut paut dengan diriku. Bahkan sampai sehari menjelang ulangtahunku, Dilan kayaknya bersikap biasa saja.
Aku sempat berfikir, jangan-jangan Dilan malu oleh kejadian robohnya papan pembatas kelas.
Atau, mungkin dia sudah tidak mau lagi denganku. Atau apa? Aku gak tahu! Aku gak tahu!
Termasuk aku gak tahu kenapa hal itu membuat aku jadi sedih!
Meskipun tidak kurayakan ulangtahunku. tapi banyak kawan-kawan yang pada ngasih kado. termasuk Nandan. Dia ngasih boneka panda yang cukup besar. Boneka itu dibungkus dalam plastik, dengan ujungnya yang diikat pita merah. Nandan ngasih kado itu di kelas, pada waktu istirahat:
¡Selamat ulangtahun, Milea. Panjang umur ya. Kadonya boneka, biar apa coba?||
Biar apa?|| Aku senyum.
Biar kalau tidur, kamu bisa memeluknya||. -Ih||, aku senyum lagi
Mungkin dia bercanda, atau mungkin juga serius, tapi yang pasti, mendengar
Nandan bilang begitu, kawan-kawanku yang saat itu ada di kelas, pada teriak:
Asik euy!!!||.
-Suit-suit!! ||
Apa siiih. Biasa aja! Cuma kado Panda, kalau ada uangnya, semua orang bisa beli. Meluk boneka, mau bentuknya panda mau monyet, bagaimana bisa kurasakan seolah aku sama sedang memeluk orang yang memberinya? Mungkin ada yang bisa begitu, tapi aku tidak, kecuali boneka itu bikinan sendiri.
Dan Beni, sengaja datang ke Bandung, demi untuk merayakan ulangtahunku. Dia ke rumah pada pukul dua belas malam, bersama empat orang temannya, Adhit, Bram, Lilo dan Ical. Beni memberiku seikat rangkaian bunga yang indah. Warna warni dan harum baunya.
Itu bunga kasih sayang katanya, sambil mengecup keningku. Dia juga membawa kue ulang tahun, yang kami nikmati di ruang tamu. setelah sebelumnya ada perang colek-colekan krim kue yang seru. Beni pulang ke Jakarta, satu jam kemudian.
Dilan? Pada harinya, dia tidak memberiku ucapan ulangtahun. Aku sempat curiga, jangan-jangan Dilan gak tahu ulang tahunku. Mana? Katanya kamu akan segera tahu hari ulangtahunku?
Kamu tahu tidak. Dilan? Aku sempet yakin, kamu akan menelponku tepat pada pukul
00, menjadi orang awal yang mengucapkan selamat ulangtahun untukku. Nyatanya tidak. Aku bingung, apakah aku harus kecewa atau tidak?
Jika aku kecewa, emang siapa diriku bagimu? Kalau tidak kecewa, tapi aku menunggu ucapanmu, Dilan. Aku tidur dalam gelombang perasaan yang kosong.