Aku menatap mata Renand Dengan begitu lekat, saat aku melihat bagaimana saat ini tatapan itu melemahkan seluruh pertahan diriku, aku dapat merasakan sesuatu yang teramat aneh berusaha melesak masuk dengan terburu-buru. Sesuatu itu seperti hasrat dalam diri, sesuatu itu seperti keinginan yang sudah lama di tunggu dan mulai merangkak naik untuk meminta dan memberi.
Tangan besar Renand mengelus lembut perutku, Setiap rasa di jari-jari tangannya seperti petikan gitar, sangat hati hati dan penuh makna. Ketika aku merasakan nafas hangatnya mulai menjelajahi lengkungan leherku, saat itu juga aku menelan ludah susah payah, aku sudah tidak baik baik saja. Aku sudah hampir gila dan aku akui sudah jatuh pada pesonanya sejak lama.
Kenapa aku tidak bisa menolak semua kenikmatan yang dia berikan? aku rasanya ingin sekali Menolak, tapi tubuhku terlalu memuja tubuhnya yang begitu jantan.