Nandra yang sudah sampai lebih dulu di belakang sekolah, langsung mencuci wajahnya kemudian meminum air langsung dari kran.
Beberapa orang memang juga sudah datang secara bersamaan, Nandra melihat ke setiap orang yang datang. apakah ada Nafisah atau tidak.. Namun mata Nandra belum menangkap hadirnya Nafisah beserta kelompoknya.
saat melihat jam di pergelangan tanganya, sudah menunjukkan pukul satu malam.. Sudah sangat larut dan berbahaya di hutan sana.
Tepukan di pundak Nandra membuat Nandra terkesiap dan melihat siapa orangnya, Sedikit mendelik saat seseorang yang berhasil membuat Nandra kaget adalah adik angkatnya sendiri.
"Sebenarnya apa yang kau lakukan? wajahmu resah sekali Kak". Reiko menyipitkan matanya, memperhatikan wajah kakak angkatnya yang terlihat tidak seperti biasanya.
"Tidak ada, kau saja terlalu berlebihan". Jawab Nandra yang berusaha menutupi keresahan hatinya.
"Kau berbohong kak, aku tau kau pasti sedang memikirkan sesuatu.. beritahu aku kak, aku jadi penasaran". Reiko mendesak Nandra agar mau berbicara tentang apa yang sedang membuat Nandra kalut dan wajahnya sangat tidak enak dipandang.
"Tidak ada... kau kenapa ada disini sih? dimana Amarilis? Biasanya kau selalu menempel pada adikmu itu". Nandra berusaha untuk mengusir Reiko dari sisinya, terlalu malas jika sampai Reiko tau apa yang Nandra pikirkan saat ini. Reiko ini laki laki bermulut besar, dia pasti akan beritahu Mommy tentang apa saja yang Nandra lakukan. bahkan Nandra hanya memandangi Bunga saja, pasti diberitahu pada Mommy. Apalagi jika sampai Reiko tau kalau Nandra sedang menunggu seorang perempuan? Bisa bisa Mommy akan menyidang Nandra semalaman karena ingin tau siapa perempuan itu.
"Amarilis sedang tidur kak, aku kemari karena sudah memastikan adik perempuanku yang cantik jelita itu tidur dengan tenang". Kata Reiko yang tidak ingin pergi dari sisi Nandra sama sekali. Nandra yang sudah sangat malas di interogasi secara tidak langsung, akhirnya berlalu pergi untuk mencari makan. Perut Nandra lapar sekali sejak sore, berjalan ke arah dapur umum yang memang sudah disiapkan untuk para siswa malam ini.
Nandra mengambil sup kentang dengan potongan ayam, dan juga buah apel. Nandra duduk di meja makan yang masih cukup sepi, beberapa siswa lain sedang sibuk mencuci tubuh mereka. khususnya Perempuan yang suaranya berisik sekali karena mereka seharian berada di hutan dan harus merasakan terik matahari serta tidur di atas rumput.
Nandra memakan makanannya dengan tenang, walaupun Reiko juga ikut makan di samping Nandra. berusaha untuk tidak peduli karena Nandra malas meladeni adiknya yang satu ini.
"Tadi Mommy menelponku, kata Mommy kau harus nyalakan ponsel". Ucap Reiko memberi informasi, namun tidak Nandra gubris.. bukan Nandra tidak senang atau benci terhadap Reiko, Tapi Nandra hanya menjaga mulutnya sendiri agar tidak asal berbicara, jika tidak semuanya akan di ungkap Reiko pada seluruh keluarga Ettrama.
"Nanti akan ku nyalakan". Kata Nandra pelan, masih sibuk dengan sup kentang yang rasanya cukup enak tapi tidak membuat hati Nandra yang resah kembali tenang. di dalam pikirannya hanya berfokus pada satu nama, yaitu Nafisah..
"Daddy juga bilang padaku, kau harus tidur dan jangan terlalu banyak mengurus kedatangan siswa siswa ini". Benar kan yang Nandra bilang? Reiko ini mulutnya besar sekali, banyak sekali yang dia ucapkan dalam satu waktu. Bahkan orangtua Nandra harus repot-repot memberitahu informasi sederhana seperti itu kepada Reiko.
Karena apa? karena mereka percaya Reiko akan sampaikan semua informasi tanpa di lebihkan atau di kurangi.. sangat jelas, begitu jelas hingga membuat kuping Nandra selalu sakit jika berada di samping Reiko.
"Aku hanya menjalankan tanggungjawabku saja, lagian kau juga kenapa mau jadi panitia disini?". Tanya Nandra, karena Reiko tiba tiba mencalonkan menjadi panitia.
"Di suruh Mommy dan Daddy, untuk melihatmu.. tapi sialnya kita berada di kelompok yang berbeda, jadi aku tidak bisa melihatmu atau mendampingi dirimu..". Ucap Reiko yang merasa kesal sendiri, kesal karena percuma saja dirinya ikut menjadi panitia jika tidak bersama dengan kakaknya yang satu ini.
Nandra yang mendengar itu hanya mengucap syukur, karena selama dua hari ini Nandra cukup jauh dari Reiko. ya walaupun pada akhirnya malam ini Nandra harus mendengar celoteh Reiko lagi.
"Aku sudah besar, kau tidak usah selalu ada di sampingku. apa kau tidak bosan? maksudku, kau harus selalu menjaga Amarilis. lalu selalu mengikuti kemana saja, jangan terlalu sering Reiko.. aku bukanya tidak senang, tapi aku juga ingin kau memiliki kehidupan pribadimu sendiri. bermain dengan banyak orang tanpa harus berfokus padaku terus menerus". Ucapan Nandra yang serius membuat Reiko terdiam, lalu melihat ke arah Nandra dengan pandangan sedih.
"Kakak marah ya? karena Reiko selalu mengganggu kakak". Kata Reiko yang sudah menundukkan wajahnya.
"Aku tidak marah, aku hanya berkata tentang apa yang kupikirkan.. kau sudah dewasa, kau layak mendapatkan kehidupan pribadimu sendiri". Nandra sudah menghabiskan sup kentangnya. Lalu memakan apel dan melihat ke arah Reiko yang memang mudah sedih jika di marahi atau di beritahu seperti ini. "Sekarang kau habiskan makananmu, lalu kembali ke kamarmu dan tidurlah. aku ada beberapa urusan, tolong mengerti. aku menyayangimu, itu kenapa aku ingin kau mempunyai waktu pribadi sendiri". Setelah mengatakan hal itu, Nandra bangun dari duduknya dan meninggalkan Reiko sendirian..
Nandra memang tidak pandai berkata manis, tapi sebenarnya Nandra sangat menyayangi Reiko seperti adik kandungnya sendiri. Nandra ingin Reiko mendapatkan kehidupan sendiri tanpa harus sibuk mengurus Nandra lagi.
Nandra berjalan melewati beberapa temannya yang menyapa, masuk ke dalam gedung sekolah yang Walaupun sudah malam namun suasananya tidak mencekam seperti dalam film horor.
interior di buat senyaman mungkin, lampu gantung juga menerangi hingga sudut Bunga-Bunga di dalam pot. Hal ini dilakukan karena Ibunya, Reista anyelir tidak menyukai kegelapan.. Ingin membuat semua Ruangan dan semua lorong terang benderang..
Nandra melewati beberapa koridor yang di setiap dindingnya terpasang Bunga gantung dan juga lukisan cantik yang beberapa di buat oleh ayahnya.
Seluruh sekolah ini seperti bentuk cinta antara kedua orangtuanya, Nandra terkadang iri karena cinta diantara ibu dan ayahnya begitu kuat.. walaupun memang dulu semua tidak semudah yang dibayangkan, tapi semua sudah berlalu dan sekarang begitu banyak kebahagiaan diantara mereka.
Nandra memasukan tangannya ke dalam kantung celana, mengetuk perlahan pintu ruangan di depannya dan kemudian masuk ke dalam. Di dalam sana, bukan seperti ruangan kerja pada umumnya.. Namun sebuah ruangan kamar tidur yang begitu luas, memiliki dapur, kamar mandi dengan bathtub, kasur besar, sofa yang cukup menampung 10 orang, beserta dengan beberapa peralatan elektronik canggih lainnya.
Ini adalah kamar keluarganya yang ada di sekolah ini, kamar yang memang sesekali mereka tempati jika sedang sibuk di sekolah dan tidak sempat pulang ke Mansion.