"apakah sampai saat ini Ibu Andine masih mempengaruhi Nafisah?". Tanya Nandra yang masih ingin tau.
"Tidak.. Daddy menyuruh Caca untuk membantu menyudahi semua kejahatan andine, ibu kandungmu kita masukan ke dalam rumah sakit jiwa dan baru dua tahun yang lalu. dia meninggal dunia akibat sakit yang di deritanya". Ramel berkata pelan, takut menyakiti hati anaknya karena keadaan yang ada.
"Bagaimana cara Tante Caca menyudahi perbuatan Ibu Andine?". Pertanyaan Nandra membuat Ramel tersenyum dan mengelus kepala anaknya pelan.
"Tante Caca yang mengambil hak asuh Nafisah dan mengurus Nafisah sampai saat ini, Tante Caca dan juga Oom Drian.. mereka berdua selalu mengabari kami tentang perkembangan Nafisah.. tapi memang Tante Caca dan Oom Drian membuat sebuah drama di hidup Nafisah.. awalnya Daddy dan Mommy tidak setuju dengan drama itu, tapi kami akhirnya mengijinkan karena kami melihat dampak baik dari drama yang dibuat". Ucap Ramel.
"Drama seperti apa Dad?". Nandra menelisik wajah ayahnya.
"Drama yang diciptakan adalah untuk membuat Nafisah mau berjuang untuk hidupnya, Nafisah yang depresi dan lupa ingatan menjadi tidak mau bersekolah dan hidup dengan layak seperti anak anak kebanyakan. Drama Tante Caca tercipta seolah-olah Nafisah hanya mempunyai Satu orang Bibi yang miskin dan hidup serba kekurangan, hingga membuat Nafisah bangkit dari keterpurukannya dan berusaha untuk membantu Bibi (Tante Caca) agar hidup dengan layak dan bisa makan enak. Oom Drian membantu drama itu menjadi terlihat lebih nyata, secara garis besarnya seperti itu". Nandra mengangguk, mengerti dengan semua cerita yang Ayahnya katakan.
"Jadi Nafisah hidup dalam kemiskinan?" Tanya Nandra yang merasa kasihan membayangkan bagaimana hidup Nafisah selama ini. Nandra makan enak dan tidur di tempat yang layak, sedangkan Nafisah harus ada di sebuah kemiskinan yang membuatnya harus berjuang untuk hidup.
"Ya.. mau bagaimana lagi? hanya itu satu satunya cara untuk membuat Nafisah kembali untuk berjuang dan menjadi pintar seperti sekarang. Itu kenapa Mommy dan Daddy membuat sekolah ini, karena Mommy dan Daddy ingin menyudahi semua kesengsaraan Nafisah dan membuat hidupnya bahagia. membuat drama lain, seolah-olah Nafisah mendapatkan beasiswa penuh di sekolah ini namun dengan balasan Nafisah harus mendapatkan nilai tertinggi. Fasilitas di sekolah ini juga kami buat agar Nafisah bisa merasakan hidup mewah dan tidak kekurangan apapun.. Kami menyembunyikannya darimu bukan karena kami senang melihatmu bersedih, tapi karena kami tidak ingin semua rencana ingin hancur berantakan. tapi karena sekarang kau sudah tau kenyataan yang ada.. kau harus membantu kami menjaga rahasia ini, jangan katakan masa lalu-mu dengannya.. biarkan Nafisah mengingat sendiri siapa kau, dan siapa kita baginya.. karena jika sampai Nafisah tau yang sebenarnya, sebelum dia mengingat kenyataan yang ada terlebih dahulu. itu bisa saja membuatnya depresi lagi dan mungkin akan semakin parah.. kau tidak mau kan, Nafisah mengalami hal itu?". Tanya Ramel.
Nandra mengangguk, "Aku berjanji Dad, akan merahasiakan ini sampai Nafisah sendiri yang mengingat masa lalunya". Ramel tersenyum, Reista memeluk tubuh anaknya dengan erat.
"Maafkan kami karena menyembunyikan ini darimu, tapi kami lakukan ini semuanya untuk kebaikan kalian". Kata Reista.
"Renand mengerti Mom, Renand senang saat mengetahui kenyataan yang ada.. Renand akan menjaga Nafisah dari jauh dan memastikan dia mendapat kebahagiaan di sekolah ini dan bisa hidup layak". kata Nandra yang sudah berjanji pada ibunya dan menatap ayahnya bangga.
"Bagus, kau sangat pintar Nak.. Jadi sekarang? kau mau tidur atau menunggu Nafisah datang?" Tanya Ramel.
"Kenapa Daddy bisa tau aku menunggu Nafisah?".
"Karena Daddy sudah melihat dari cctv, bagaimana kamu begitu penasaran dengan wanita bernama Nafisah itu.. jika sebelumnya saja kau begitu resah menunggu Nafisah, apalagi sekarang saat kau tau kenyataan yang ada tentang Nafisah.. pasti kau akan sangat bersemangat dan resah secara bersamaan untuk melihat wajah Nafisah lagi",. Ramel sengaja meledek anaknya, hingga membuat Nandra memerah malu dan pura pura memalingkan wajahnya ke arah Lain.
"Jangan menggoda anakku Ramel!" Reista memukul lengan Ramel yang senang sekali menggoda Nandra.
"Sekali saja sayang, anak kita ini pasti hatinya sedang berbunga-bunga karena mengetahui cinta pertamanya ada di depan matanya sekarang". Ujar Ramel dengan senyum jahilnya.
"Daddy!!!. Renand malu tau". kata Nandra yang sudah berusaha untuk pergi dari ruangan rahasia itu, namun pintunya tertutup dan membuat Nandra tidak bisa keluar.
"Malu kenapa? lagipula sejak dulu juga kau memang selalu memberikan cinta nyata pada Nafisah.. bahkan Daddy masih ingat saat kau menyuruh Daddy untuk membelikan Bunga berbentuk hati yang besar". Ramel masih menggoda anaknya hingga wajah Nandra benar benar sangat merah saat mengingat apa yang ayahnya katakan.
"Iya dan kau membawakan aku bunga bangkai". sontak hal itu membuat Nandra tertawa kencang dan Ramel yang menggaruk rambutnya malu.. Bagaimana mungkin mereka lupa hari itu, saat Ramel memberikan Bunga berbau bangkai pada Reista. Tapi bunga itu masih ada di pulau Resort dan masih di jaga dengan baik dalam rumah kaca.
"Kau masih saja membahasnya, padahal katamu kau menyukai bunga itu". Ujar Ramel dengan wajah yang sudah ditekuk malas.
"Aku hanya membahas? memangnya kenapa? ada masalah untukmu?". Ramel hanya menggeleng pelan, tidak berani membantah perkataan Istrinya yang sudah dalam mode tidak jelas.
"Renand mau keluar Dad, sepertinya sudah banyak siswa yang datang di halaman belakang". Kata Nandra yang meminta ayahnya membuka pintu ruangan. Ramel mengangguk dan berjalan ke arah pintu di ikuti anak dan istrinya.
Membuka pintu dan mereka bertiga sama sama keluar. "Aku kembali ke halaman belakang Ya Mom, Dad.. kalian jangan sibuk bekerja terus, istirahat. ini sudah malam..". Reista mengangguk dan mencium kening anaknya, Nandra berjalan meninggalkan kedua orangtuanya yang ada di dalam. Reista memeluk Lengan Ramel sambil bersandar di bahunya.
"Anak kita sudah besar ya, Sayang.. Aku tidak menyangka bahwa Renand akan secepat itu mengetahui keberadaan Nafisah di sekolah ini". Ucap Reista yang sedang bermanja-manja dengan suaminya.
"Dia itu cerdas, Renand terbiasa berpikir dari kecil.. jadi hal hal remeh seperti ini memang tidak bisa kita sembunyikan terlalu lama darinya, karena dia pasti akan segera tau. tapi beruntung Renand bukan tipe anak yang berpikir negatif, dia selalu melihat sisi positif terlebih dahulu.. Jadi dia tidak akan pernah marah dengan apa yang kita lakukan, karena semuanya untuk kebaikan bersama juga". Ucap Ramel yang mengelus kepala istrinya dengan sayang..
"Iya.. Aku beruntung memiliki Renand, semoga adik adiknya juga bisa sama seperti Kakaknya. Ayo kita tidur, sudah malam". Ajak Reista kembali ke dalam kamar, Mereka berharap hal yang sama.. yaitu kebaikan untuk anak anak..