Nafisah terbangun dari tidurnya, saat melihat langit yang sudah mulai sore. ternyata hanya dirinya sendiri yang tertidur lama, saat melihat kesamping.. ternyata teman-temannya sedang memakan buah-buahan bersama.
"Nafisah kau sudah bangun?". Nasmira menghampiri Nafisah dan memberikan dua buah apel padanya. Nafisah menerima dengan senang hati.
"Apa aku tidur terlalu lama?". tanya Nafisah.
"Cukup lama, sekitar dua jam.. kami sengaja tidak membangunkanmu". ujar Nasmira yang sudah membereskan rambutnya yang berantakan. "Ayo langsung berangkat, sudah sangat sore". ujar Nasmira yang menyuruh Nafisah untuk bangun dari duduknya.
Nafisah bangun dari duduknya dan membersihkan tubuhnya dari rumput yang menempel di beberapa bagian baju. Setelah itu menghampiri ketiga temannya yang juga sudah menunggu Nafisah untuk bersiap berangkat bersama.
Steve tersenyum saat melihat wajah Nafisah yang sangat malas untuk kembali berjalan. "Kau sudah sangat cukup tidur, tapi wajahmu masih sangat mengantuk Nafisah". Ujar Steve yang berjalan disamping Nafisah.
"Iya, kemarin malam aku kurang tidur.. kurasa". Kata Nafisah yang sangat mengantuk sore ini. Entah karena kurang tidur atau lelah karena memikirkan Nandra yang tiba tiba menghampiri mimpi Nafisah tadi.
melelahkan, dimana-mana Nandra selalu saja menghampiri Nafisah..
Akhirnya mereka berlima kembali berjalan untuk sampai ke halaman belakang sekolah mereka, hutan sore ini sangat sepi. Mungkin semua orang sudah berlomba-lomba untuk cepat sampai ke halaman belakang.
Mereka berjalan dan terus berjalan sekitar satu jam lamanya. Nafisah yang memang berjalan paling belakang tiba tiba melihat seseorang yang sedang tertidur di bawah pohon. Entah tertidur atau dia sedang pingsan.
"Teman teman, kurasa itu ada seseorang". Kata Nafisah yang menunjuk ke arah samping kirinya.
Semua teman Nafisah berhenti dan melihat ke arah dimana tempat yang di tunjuk oleh tangan Nafisah.
"Iya, itu benar orang.. coba kita lihat sebentar". Kata Steve yang sudah berjalan terlebih dahulu. disini Steve memang cocok menjadi ketua kelompok. karena dia yang selalu lebih dulu menjadi tameng untuk kami..
Kami menghampiri seorang perempuan yang ternyata bukan tertidur, tapi sepertinya pingsan. Jika dilihat kepalanya yang di beberapa bagian kehilangan rambut.
"Sepertinya dia salah satu kakak kelas kita yang dikeroyok oleh sekelompok orang, sialnya sepertinya dia berjalan seorang diri. atau mungkin dia diculik". Kata Steve yang menyampaikan pikirannya.
"rambutnya begitu berantakan, kurasa dia benar benar dianiaya". Ujar Adell yang sudah mengangkat pelan kepala Perempuan tersebut.
Nafisah mulai membuka jaketnya dan memasangkan pada tubuh kakak kelas Perempuannya ini.
"Badannya begitu dingin, dia sudah lama pingsan disini. Aku akan menggendongnya". Ujar Steve yang sudah mengangkat tubuh kakak kelasnya yang memang cukup kecil dan tidak terlalu tinggi.
"Kasihan dia, game ini memang tidak bisa di prediksi apa yang akan terjadi". Kata Rose pelan.
"Ini sudah menjadi konsekuensi bagi para panitia". Timpal Nasmira yang sudah melihat ke arah rerumputan. Mencari sesuatu atau barang yang dimiliki kakak kelas kami ini.
"Ayo kita berangkat lagi, sudah hampir gelap". Ujar Steve yang memang berjalan lebih dulu karena merasa kasihan dengan kakak kelas Perempuan di dalam gendongannya.
Nafisah dan Nasmira berjalan bersisihan, tidak ada pembicaraan lagi di antara mereka berlima. Mereka sibuk dan waspada dengan daerah sekitar, Adell sekarang berjalan paling belakang dan sudah memasang baik baik telinganya.
Matahari sudah perlahan menghilang dan digantikan oleh sang rembulan, mereka sudah berjalan hampir 4 jam lamanya.
Namun sampai detik ini mereka tidak menemukan orang lain sama sekali, hingga Rose menepuk pundak Steve dan membuat Steve menengok.
"Kau tidak lelah Steve? kita sepertinya perlu beristirahat sebentar". Kata Rose yang memang juga sudah sangat lelah. kakinya benar benar terasa kram dan nyeri.
"Kita tidak bisa beristirahat di tempat terbuka seperti ini. sama saja kita membiarkan Hewan buas memakan kita". Kata Steve yang sudah melihat ke sekeliling.
"Tapi aku lelah". keluh Rose yang mencoba merenggangkan tubuhnya.
"Kita akan beristirahat saat menemukan tempat yang tepat, tahanlah beberapa saat lagi". Kata Steve, Rose akhirnya mengangguk.
Nafisah menyentuh lengan Rose dan menggandengnya.
"Kita sama sama, kau akan baik baik saja dan kita akan segera sampai di belakang halaman sekolah". Kata Nafisah yang memberi semangat pada Rose, Rose tersenyum dan menganggukkan kepalanya berterimakasih.
Mereka berjalan lagi, penerangan mereka hanya lampu senter dari arah belakang yang di pegang Adell. lampu senter milik mereka bisa menembus kegelapan hingga seratus meter ke depan.
Nasmira tiba tiba terbatuk dan tubuhnya mengigil, Nafisah yang melihat itu langsung menarik lengan Nasmira dan mencoba menghangatkan tubuhnya.
"Kau tak apa?". Kata Nafisah pelan.
"Tidak apa, sepertinya aku hanya kedinginan". Jawab Nasmira yang masih memberikan senyum kecil, Nafisah tau saat ini malam semakin larut dan cuaca semakin dingin. bahkan lebih dingin dari apa yang mereka perkirakan.
Kalau tau begini, Mungkin Nafisah tidak akan mengajak temannya untuk beristirahat tadi siang. Jika sudah seperti ini Nafisah yang merasa tidak enak hati pada teman temannya.
Nafisah memeluk pundak Nasmira dan menggosok gosok kedua tangannya. Nafisah memang cukup kebal dengan udara dingin, tapi mungkin tidak akan lama.
"Steve, kita harus mencari tempat beristirahat. Nasmira kedinginan dan Rose sudah sangat pucat kelelahan". Ujar Nafisah yang menginterupsi Steve.
"Baiklah, kita cari tempat di sekitar ini yang bisa di jadikan tempat beristirahat sementara". Kata Steve yang akhirnya mulai mencari tempat yang cocok.
Adell juga mulai membantu mencari tempat, saat melihat ada sebuah pohon yang batangnya melengkung seperti kubah, Adell langsung mengarahkan senternya kesana dan tersenyum.
"Teman teman, sepertinya itu tempat yang cocok". Kata Adell yang membuat kami menengok ke arah dimana cahay senter Adell tertuju.
"Baiklah kita kesana". Steve langsung berjalan ke arah dimana batang pohon melengkung itu berada. Jaraknya hanya sekitar beberapa ratus meter. Mereka berlima merasa cukup senang karena malam ini masih bisa beristirahat.
Setelah mereka sampai, Steve langsung menidurkan kakak kelasnya di bawah rerumputan yang cukup teduh. meminjam senter Adell dan melihat ke sekitar batang pohon, memastikan bahwa ini benar benar batang dan bukan ular. memastikan juga bahwa tidak ada hewan berbahaya di dalam batang pohon.
setelah melihat dengan teliti, akhirnya Steve mengangguk pada ke empat temannya.
Nafisah langsung mengajak Nasmira masuk ke dalam batang pohon, kemudian Rose, lalu baru kakak kelas mereka yang masih pingsan.
Adell mulai mengeluarkan pisau lipatnya dan memotong beberapa batang kecil dan mencari rerumputan kering. menggesekkan kedua batu hingga mengeluarkan percikan api dan membakar batang serta rumput kecil itu menjadi api unggun sederhana yang bisa menghangatkan mereka berlima.
Steve sibuk dengan mencari dedaunan yang bisa menghalau mereka dari udara dingin atau dari hewan buas lainnya. Nafisah hanya melihat saja, Rose sudah merebahkan tubuhnya sambil memeluk Nasmira yang kedinginan.
Nafisah dapat melihat api unggun sudah menyala dan membuat kami berlima terasa hangat, kemarin malam Nafisah masih bersama Dengan Nandra dan kami baik baik saja. Malam ini Nafisah tidak bisa melihatnya dan Nafisah ingin kami semua tetap baik baik saja.