Para siswa sudah di suruh berkumpul di tengah tengah ladang yang luas, Nafisah dan Nasmira lagi lagi berdiri bersisihan. Nasmira selalu tidak ingin jauh dari sisi tubuh Nafisah, sebenarnya Nafisah tidak terlalu mempermasalahkan sama sekali. Namun Karena Nasmira yang selalu dekat denganya, membuat Nafisah sulit berbicara dengan temannya yang lain.
Para panitia atau kakak pembimbing dari setiap kelompok sudah ada di depan untuk memberikan arahan, terlihat Nandra yang berjalan paling depan membawa pengeras suara.
"Selamat siang semuanya...". Ucap Nandra
"Siang.." teriak banyak siswa yang bersemangat menjawab sapaan Nandra, khusunya para perempuan.
"Hari ini adalah hari terakhir pengenalan siswa, game yang akan kita mainkan cukup mudah. setiap siswa harus mendapatkan 10 helai rambut, dari 10 pembimbing atau panitia yang ada di depan kalian.. Mudah bukan?". Kata Nandra yang sudah memberikan raut wajah licik di depan, Beberapa siswa memang terlihat senang dengan game ini. namun tidak bagi Nafisah, karena Nafisah merasa game ini akan menjadi game paling mendebarkan sekaligus sulit.. memangnya kakak kelas di depan mereka itu akan mau memberikan satu helai rambutnya cuma cuma? tentu saja tidak, memangnya mereka bodoh?. pikir Nafisah..
"Kalian bisa mengambil helaian rambut dengan cara apapun, dengar!!! cara apapun!! di dalam game ini tidak ada peraturan yang harus kalian turuti! jadi kalian bebas melakukan semuanya! Tidak ada peraturan dan kalian bisa sesuka hati melanggar tanpa mendapatkan hukuman. Game akan di mulai dalam waktu 15 menit lagi, dimulai dari titik kalian berdiri sampai kalian bisa sampai ke area sekolah". Setelah mengatakan hal tersebut, Nandra keluar dari barisan begitupula para panitia.
Nafisah masih berada di tempatnya, sedangkan siswa yang lain sudah sibuk mempersiapkan alat alat atau mungkin bisa di sebut senjata masing masing. Nafisah heran kenapa para siswa laki laki sepertinya sangat bersemangat dalam game ini, karena Nafisah melihat perbedaan nyata antara laki laki dan perempuan.. Tapi Nafisah tidak terlalu memikirkan hal-hal itu, Nafisah hanya memikirkan bagaimana Nafisah bisa menenangkan permainan kali ini.
"Nafisah, dimana cemeti milikmu? kau tidak bersiap-siap? kita akan melakukan perang dalam game ini". Ujar Nasmira yang sudah menepuk pelan bahu Nafisah, Nafisah yang mendengar kata perang sedikit ngeri akan hal itu.
Mereka berlima memang sudah berkumpul lagi, tidak menjauh ataupun menyusun sebuah strategi.
"Menurutmu, apa game ini akan dimenangkan oleh seseorang?". Tanya Steve pada Nafisah.
"Aku tidak tau". Jawab Nafisah jujur.
"Kurasa di dalam Game ini, yang akan menang adalah siswa yang hebat dalam bela diri dan pengatur strategi. pasti siswa disini sangat bersemangat memulai aksi mereka untuk mengalahkan kakak kelas atau mungkin membuat salah satu dari panitia mati". Timpal Adell yang memang merasa Game kali ini cukup berbahaya.
"memangnya kita boleh membunuh?". Itu pertanyaan dari Rosebell.
"Tentu saja boleh, kau tidak dengar ucapan Kak Nandra tadi? tidak ada peraturan dan semua boleh melakukan apapun sesuka kita dalam Game ini". Ujar Adell yang sudah memberikan penjelasan pada Rosebell.
Nafisah hanya diam, diam dan mulai menyusun kata demi kata dari Game yang akan mereka mainkan. Bagaimana caranya mendapatkan 10 helai rambut dari 10 panitia? dan bisa menenangkan Game tanpa membunuh siapapun? Nafisah berlari saja terkadang sering jatuh, ini harus Melakukan hal hal berbahaya. bisa-bisa Nafisah yang akan menjadi tumbal..
"Apa yang kau pikirkan Nafisah?". Tanya Adell yang melihat wajah Nafisah berpikir terlalu keras, atau mungkin sedang mengatur rencana. "Kau punya rencana dalam game ini?".
"Tidak tau, aku tidak pandai dalam hal-hal seperti ini. aku hanya berpikir cara agar kita tidak terbunuh dari kelompok lain. maksudku, pasti mereka akan menyingkirkan kita juga karena menganggap kita saingan mereka. kurasa kita harus menjauh terlebih dahulu dari tempat ini". Ucap Nafisah yang memberi saran pada ke-empat temannya. Mereka ber empat langsung mengangguk dan menjauh dari tempat mereka saat ini.
Mereka berjalan menyusuri pepohonan dan bersembunyi di balik pohon besar, Nafisah menduduki dirinya dan dengan bingung mencabuti rumput rumput tidak jelas.
Dari balik pohon ini mereka masih bisa melihat para siswa dan panitia yang sibuk dengan urusan masing masing, mereka hanya perlu menunggu beberapa menit sampai Game dimulai.
"Menurut kalian, diantara banyaknya panitia. mana yang bisa kita minta secara baik baik?". Tanya Steve pada teman-temannya.
"Aku tidak tau, mereka semua terlihat sombong dan pasti sangat kuat. memangnya ada kakak kelas yang hatinya lembut dan cuma cuma memberi helaian rambutnya? walaupun cuma satu helai, tapi jika siswa sebanyak ini. bisa bisa habis rambutnya". Kata Nasmira yang merasa itu adalah hal tidak mungkin.
"Memangnya mereka semua jago bela diri ya?". Itu pertanyaan yang diajukan Nafisah, karena Nafisah tidak tau bagaimana teman temanya bisa berpikir bahwa semua kakak kelasnya sangat hebat.
"Tentu saja Nafisah, di sekolah ini adalah pelajaran khusus bela diri. Itu bahkan menjadi pelajaran inti yang harus kita ikuti saat bersekolah disini, dan semua panitia disini terbentuk karena mereka merupakan kakak kelas yang pandai di bidang masing-masing serta hebat dalam bela diri, kita tidak bisa meremehkan mereka begitu saja. apalagi mereka sepertinya membentuk sebuah kelompok, kalian lihat? mereka membentuk menjadi 4 kelompok besar dimana setiap kelompok terdiri dari 15 pembimbing". ucap Steve yang menunjuk bagaimana kondisi yang sedang terjadi disana. "Kalian bayangkan 15 orang bergabung bersama, kita tidak mungkin mudah mengalahkan mereka. aku yakin panitia juga sudah mengantisipasi jika para siswa membuat sebuah kelompok besar untuk memenangkan Game kali ini". Lanjut Steve.
Nafisah merasa Steve cukup hebat dalam menganalisis situasi dan tau banyak tentang informasi sekolah ini, Nafisah saja baru tau hal hal ini setelah melakukannya.
"Lalu kita harus bagaimana?". Tanya Nasmira yang sudah mengigit kukunya resah, mau bagaimanapun sebagai siswa baru mereka harus mengikuti Game yang dilakukan, karena jika menang atau mungkin masuk sepuluh besar. maka Hadiah yang diterima begitu menggiurkan.
"Kita tetap berlima saja, hadapi apapun bersama.. bersama lebih baik daripada kita sendirian". Kata Nafisah yang memberi saran, mereka mengangguk setuju. untung saja Nafisah berada di kelompok yang tidak banyak berdebat dan mau mendengar saran orang lain.
"Baiklah, kalau begitu biar aku berjalan paling depan. Adell berada paling belakang, lalu Nasmira berada di sisi kanan dan Rosebell berada di sisi kiri.. Nafisah kau berada di tengah tengah ya, aku bukan bermaksud meremehkan dirimu. namun aku tau kepintaranmu bukan dalam bela diri, kau pemikir yang cerdas. jadi berpikir saja untuk strategi kita mendapatkan helaian rambut itu dan memberi saran saat situasi genting. tidak apa kan?" Tanya Steve yang sudah bertanya baik baik pada Nafisah, Nafisah Hanya tersenyum dan mengangguk. Nafisah tau bahwa memang Nafisah tidak hebat seperti 4 temannya yang lain, jadi untuk apa Nafisah tidak menerima saran Steve? toh Nafisah merasa di untungkan karena dirinya ada yang menjaga.