Mobil yang dikendarai oleh paman Daniel memasuki gerbang halaman sekolah yang sepertinya layak dikatakan sebagai sebuah istana yang benar benar mewah. mobil mobil dengan harga mahal terparkir di kanan kiri saat mobil paman Daniel memasuki perkarangan, Paman Daniel bahkan sampai bingung untuk memarkir mobil dimana. anak anak seusia Nafisah berjalan bersama orangtuanya yang terlihat berpakaian mahal. Nafisah mencengkeram androknya erat erat, takut takut jika dirinya gemetar saat bertemu dengan banyak orang nantinya.
Mobil paman Daniel akhirnya bisa terparkir dengan sempurna, Paman Daniel mematikan mesin mobil dan menengok ke arah Nafisah yang sedang gugup, Paman Daniel mengelus kepala Nafisah dan tersenyum.
"Tenang saja, mereka pasti akan menerima kamu dengan baik. asalkan kau jangan memberitahu siapa kau dan darimana keluargamu berasal, mereka pasti mengira kau adalah salah satu orang kaya seperti mereka".
"Baik paman". paman Daniel keluar dari mobil dan membukakan pintu milik Nafisah, mengambil satu koper dan juga tas Nafisah. paman Daniel mengajak Nafisah untuk berjalan ke ruang perkumpulan, dimana setiap wali murid dan murid di haruskan datang untuk melihat penyambutan. Nafisah berjalan dengan tenang dan berusaha mengingat bagaimana seorang putri harus berjalan dengan anggun dan memperlihatkan bahwa Nafisah memang layak berada di tempat ini. bahkan paman Daniel juga berpakaian layaknya orang orang kaya seperti mereka semua, karena Paman Daniel menginginkan Nafisah terlihat layak seperti mereka.
Ballroom di Sekolah ini benar benar luas bahkan mengalahkan lapangan umum di alun alun kota. pikir Nafisah melihat kesekeliling.
"Jangan terlalu melihat seperti itu Nafisah, anggaplah tempat sebesar ini biasa kau lihat". Paman Daniel membisikkan hal itu pada Nafisah, Nafisah mengangguk dan menatap ke arah depan lagi. mereka duduk sesuai nomor pendaftaran. paman Daniel menemukan nomor untuk mereka dan duduk disana, untuk koper dan Tas diambil oleh beberapa pelayan untuk dibawa kedalam kamar, semua sesuai nomor pendaftaran. Nafisah sangat salut dengan sekolah ini, mereka melayani muridnya seperti seorang customer yang sedang menginap di hotel berbintang.
Nafisah duduk di bangku, disampingnya ada paman Daniel yang sudah duduk dengan tenang. beberapa kursi yang kosong perlahan-lahan Terisi dan semakin penuh, Nafisah diberikan beberapa makanan yang di tempatkan di sebuah kotak aluminium, dan minuman yang diberikan berupa Tumbler berwarna biru. semuanya serba biru seperti seragam yang dipakai.
Nafisah membuka minum itu dan mencicipinya, sangat nikmat. sepertinya jus markisa dengan potongan lemon, rasanya dingin dan menyegarkan. Nafisah ingin mencicipinya lagu namun tangan paman Daniel menginterupsi untuk berhenti, Nafisah akhirnya menutup tutup Tumbler dan menaruhnya disamping.
Disamping Nafisah ada seorang anak perempuan yang seumuran dengan Nafisah, gayanya biasa saja dan dia datang bersama seorang, yang wanita Sepertinya adalah ibunya sendiri. saat Nafisah sedang memperhatikan dia, dia menengok ke arah Nafisah. Nafisah buru buru berpaling ke depan.
Namun ada tangan yang berada di depan wajah Nafisah. Nafisah menengok dan ternyata perempuan tadi tersenyum manis ke arah Nafisah mengajak berkenalan.
"Hi, kenalkan namaku Nasmira. siapa namamu?". ucap Perempuan itu.
"Aku Nafisah". ucap Nafisah pelan dan ikut tersenyum, menjabat tanganya yang terasa sangat lembut dan tubuhnya yang sangat harum.
"Namamu cantik dan nama kita sama sama berawalan dari huruf 'N'. sepertinya kita akan berteman baik". Nafisah mengangguk setuju dengan ucapannya.
"Hi cantik, aku senang anakku bisa langsung memiliki teman". ibu dari Nasmira menegur lembut ke arah Nafisah.
"Terimakasih Aunty, Nafisah senang bisa berkenalan dengan Nasmira".
"Ahhh nama kalian hampir sama, semoga kalian berteman baik ya". ibu Nasmira mengelus lembut kepala Nafisah, Nafisah hanya tersenyum lalu mereka menghadap ke depan saat acara penyambutan akan segera di mulai.
Paman Daniel menggenggam tangan Nafisah dan mengelusnya pelan, laku membisikkan sesuatu ke telinga Nafisah.
"Hebat, kau sudah mendapatkan teman baru. tetaplah seperti itu Nafisah, maka kau akan mendapatkan masa depan yang lebih baik. dekati Nasmira dan jadilah sahabat yang baik, agar dia bisa membantumu selama kau ada disini, kulihat dia dan ibunya adalah orang yang cukup baik". bisikan Paman Daniel diangguki oleh Nafisah pelan. Nafisah menghela nafas pelan, semoga aja Nasmira bisa menjadi sahabatnya dan bisa membantu Nafisah dalam kehidupan baru ini.
"Ladies and gentlemen, welcome to our school. we are happy to know that your children are selected to join us. perkenalkan saya adalah kepala sekolah yang akan membantu dan membimbing para siswa agar menjadi anak-anak yang berguna serta membanggakan untuk masa depan nantinya. maka perkenankan kami untuk memperkenalkan pemilik Aurora Senior High School, Nyonya Reista anyelir Ettrama. untuk Nyonya besar diperkenankan untuk maju ke depan dan memberi sambutan". Nafas Nafisah tiba tiba seakan sesak dan merasa dunianya berputar. nama yang sangat jelas Nafisah ingat selama ini berada didepannya. wajahnya yang masih sama dan tetap cantik sejak dulu membuat Nafisah terdiam beku dan hampir menangis.
Paman Daniel tetap menggenggam tangan Nafisah seperti memberi kekuatan baru.
"Kau harus melewati bagian ini, jika kau ingin kuat dan mendapatkan masa depan cerah. kau harus mampu membunuh masa lalumu". Nafisah hanya mengangguk, tenggorokannya terasa sangat kering dan sakit saat menelan air liurnya sendiri.
"Selamat datang dan selamat bergabung bersama kami, Saya cukup bangga karena Tuan dan Nyonya berkenan untuk menitipkan anak anak kalian di sekolah kami tercinta ini. Saya tidak akan memberi sambutan terlalu lama karena setelah ini kita akan melakukan banyak hal serta peraturan yang harus ditaati setiap siswa yang ada, saya hanya ingin menyampaikan satu hal. Semoga anak anak kalian bisa menjadi anak anak disiplin dan belajar dengan giat disini, kami selalu memberikan apresiasi besar bagi anak anak yang bisa menjadi 5 besar di setiap semester. mungkin uang bukan hal yang anak anak inginkan, tapi apresiasi itu adalah berupa beasiswa dan juga masa depan cerah setelah mereka keluar dari Sekolah ini. jadi saya harapkan kalian bisa belajar dengan giat dan membuat orangtua kalian bangga. Cukup sekian dan terimakasih". tepukan tangan dari semua hadirin membuat Nafisah mau tidak mau bertepuk tangan juga.
"Kau tau? aku sangat menganggumi Nyonya Reista, dia Perempuan inspiratif dan aku ingin sekali bisa seperti dirinya". ucapan tiba tiba Nasmira membuat Nafisah hanya bisa mengangguk mengiyakan. padahal Nafisah tidak pernah tau bahwa pemilik sekolah ini adalah Tante Reista, Paman dan Bibi tidak pernah mengatakan apa apa tentang hal ini.
Sambutan berakhir dan berlanjut kepada pembacaan peraturan serta jadwal pelajaran yang akan di berikan saat mereka sudah ada di dalam kamar masing masing.
"Baiklah, kalian bisa melihat kamar kalian masing masing. dan saat sore hari kalian akan dipanggil lagi untuk membicarakan hal lainnya. enjoy your time". acara di ballroom ini berakhir dan semua orang satu persatu keluar dengan tenang, begitupun Nafisah yang sudah digandeng tanganya oleh Nasmira.
Mereka mengikuti instruksi dimana letak kamar mereka berada, kamar Nasmira dan Nafisah ternyata berada di satu ruangan yang sama. satu kamar berisi dua orang dan memang kebetulan Nasmira memiliki nomor urut pendaftaran yang sama dengan Nafisah. mereka berjalan ke lantai dua, banyak siswa yang juga berada di lantai yang sama. paman Daniel dan ibu Nasmira mengikuti dari belakang. sampailah mereka di nomor 205, membuka kunci dan mereka memasuki kamar tersebut.
Nafisah hampir berteriak senang saat melihat kamarnya, terdapat ruang tamu yang sudah berisi Dua komputer yang berlogo apel digigit, satu kulkas, dan sofa yang cukup untuk 5 orang. disana ada dua pintu kamar. Nasmira lebih dulu membuka pintu kamar begitupun dengan Nafisah. Nafisah membuka pintu kamarnya dan hampir menangis haru.
Kamarnya sangat bagus, berwarna abu-abu dengan ranjang yang besar dan terasa empuk, di kanan ada meja rias yang sudah di isi dengan perlengkapan khusus wanita dan satu lemari besar, didepan lemari sudah ada koper dan tasnya.
Jendela besar berada di sebelah kiri, Kamar ini terdapat AC dan kamar mandi dalam. bahkan Nafisah tidak pernah bermimpi bahwa kamar mandinya akan mempunyai Bathtub sendiri dan shower air panas. keramik berwarna abu abu putih terlihat indah menghiasi kamar mandi miliknya.
saat pendaftaran pertama kali, memang ada pengisian warna kesukaan, serta peralatan tubuh kesukaan, Nafisah tidak tau bahwa itu adalah untuk mengisi kamarnya sendiri. Untung saja Nafisah menulis itu mencari di internet terlebih dahulu parfum apa yang bagus, handbody serta Peralatan tubuhnya yang lain.
"Kau suka Nafisah?",. tanya paman Daniel yang melihat Nafisah memandang ke seisi kamarnya dengan mata berbinar-binar.
"aku suka Paman, terimakasih. Nafisah sudah lama tidak merasa se senang ini".
"Sama sama, maafkan paman dan Bibi yang tidak memberitahu dirimu siapa pemilik Sekolah ini".
"Tidak apa, dia hanya pemilik. Dia tidak mungkin akan selalu ada disini". paman Daniel memeluk tubuh Nafisah dengan lembut seperti anaknya sendiri.
"Nafisah! wah kamarmu bagus sekali, kau memilih warna yang sangat indah dan penuh teka teki. abu-abu dengan gradasi putih". Nasmira tiba tiba masuk dengan senyum yang mengembang, Nafisah senang memiliki teman Yang sedikit cerewet, setidaknya akan melengkapi kekurangan Nafisah yang tidak banyak bicara.
"Terimakasih Nasmira, kau bisa berkunjung ke kamarku kapan saja kau mau".
"Benarkah? ahhh aku akan sering tidur bersamamu pasti, aku tidak memiliki saudara lain. aku senang saat pertama kali bertemu denganmu, kau akan jadi sahabatku. ya?", paksa Nasmira pada Nafisah. Nafisah hanya mengangguk dan tersenyum. Nasmira langsung memeluk dengan tiba tiba, membuat Nafisah hampir jatuh ke belakang namun di tahan punggungnya oleh Paman Daniel. Paman Daniel hanya tersenyum senang karena Nafisah mendapatkan teman baru yang cerewet dan sangat aktif.
"Nasmira, kau ini tidak boleh sembarang masuk kamar orang. maafkan kami ya". ibu Nasmira berucap dari luar pintu.
"Tidak apa apa nyonya, mereka akan semakin akrab jika terus bersama". ucap Tuan Daniel berkata pada ibu Nasmira.
"Ahhh Terimakasih Tuan, saya harap Nafisah mau mengerti tingkah Nasmira yang sangat sangat aktif. maklum ya Nasmira anak satu satunya di keluarga besar Kami jadi dia sangat manja".
"aku mengerti Aunty, aku senang mendapatkan teman seperti Nasmira". Mereka ber empat sama sama tersenyum, sama sama senang dengan pertemanan baru mereka ini.