Lova dengan semangat kembali meraih backpacknya, lalu mengeluarkan scrunchie dari kantong kecil di bagian depan backpack. Meletakkan kembali backpacknya lebih dulu di jok belakang sebelum mengikat ekor kuda rambut panjangnya, namun tidak terlalu tinggi. Lova melirik Axel yang sedang turun dari mobil sebentar.
Ketika sedang mematut dirinya di layar ponselnya yang gelap, tiba-tiba saja pintu di sampingnya terbuka membuat Lova sedikit berjengit kaget dan reflek langsung menoleh ke arah Axel yang sudah berdiri di luar.
Lova langsung saja berpaling pada Axel dan mengerjapkan matanya. "Ya ampun, Axe! Bikin kaget Lova aja." ujar Lova dengan suara pelan
"Hmm?" jawab Axel bergumam sambil merunduk sedikit agar bisa melihat wajah Lova. "Kenapa, my Lov?" tanya Axel dengan suara pelan. Axel meletakkan telapak tangannya di atas kepalanya. "Lo bilang apa tadi?"
Lova melirik ke atas ke arah tangan Axel sebentar, lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Gak. Gak apa-apa kok, Axe. Lova gak ada bilang apa-apa."
Axel mengangguk tanda percaya. "Yaudah. Ayo turun, my Lov." titah Axel dengan suara pelan sambil menegakkan posisi berdirinya.
Lova mengangguk patuh sambil mengulurkan tangan kanannya mengambil dompet kartu di atas dashboard. Perlahan beranjak turun dari mobil. Untungnya saja gerimis yang tadi sempat turun sudah reda, jadi dia dan Axel tidak perlu kembali berlarian menghindari gerimis.
Axel menutup pintu sambil memperhatikan ikatan rambut Lova. Mengangguk sekilas setelah dirasa tidak ada masalah dengan model ikatan rambut gadis itu. Axel mengulurkan tangannya yang langsung diterima pacarnya itu sambil tersenyum manis.
Lova dan Axel, kedua berjalan ringan masuk ke dalam toko musik dengan tangan yang saling bertaut erat. Tak menghiraukan tatapan-tatapan yang menatap mereka berdua dengan kagum, iri atau tidak suka yang kebanyakan dari kaum hawa.
-firstlove-
Axel mengalihkan pandangannya dari pelayan toko yang baru saja selesai menjelaskan tentang string pada Lova yang kini sedang memasang raut wajah serius melihat satu per satu string dari berbagai merk yang berjajar di atas etalase kaca itu.
Axel dalam diamnya memperhatikan wajah Lova yang terlihat berlipat semakin cantik ketika sedang memasang wajah serius seperti itu. Tak menghiraukan pelayan toko yang berjenis kelamin perempuan itu selalu saja melirik-lirik ke arahnya. Wajah cantik Lova lebih menarik di matanya. Axel tersenyum kecil.
"Masih bingung, my Lov?" tanya Axel halus mencoba untuk mengalihkan perhatian dan fokus Lova sambil memutar tubuh dan menyandarkan punggungnya pada etalase kaca. Axel menatap Lova lekat-lekat.
Lova langsung berpaling pada Axel, lalu menganggukan kepalanya pelan. "Tunggu sebentar lagi ya, Axe. Maaf." kata Lova dengan suara pelan sambil menatap Axel tidak enak. Lova tidak merasa sebingung itu ketika tadi menentukan guitar pick dan guitar strap, karena dia hanya memilih yang keluaran terbaru saja dan warna yang senada dengan gitar miliknya.
Axel menggeleng pelan sambil memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Take your time, my Lov."
Lova tersenyum senang dan menganggukan kepalanya dengan semangat. Lalu kembali mengalihkan pandangannya pada string di kedua tangannya.
Sementara Axel mengedarkan pandangannya ke seluruh isi toko yang didominasi oleh kaum adam itu. Mendengus keras ketika penglihatannya menangkap laki-laki yang usianya ... kira-kira satu atau dua tahun di atasnya? Laki-laki dengan rambut sedikit gondrong itu berdiri tidak jauh dari Lova sedang mencuri-curi pandang pada pacar cantiknya itu.
Axel melingkarkan tangan kanannya pada pinggang ramping Lova dan menjatuhkan dagunya di bahu gadis itu sebelah kiri. Dia harus menunjukan pada laki-laki rambut gondrong itu dan semua laki-laki yang ada di dalam toko musik itu bahwa Lova adalah miliknya.
Lova yang tidak siap dengan tindakan tiba-tiba Axel, sedikit berjengit kaget. Langsung menunduk dan menoleh menatap Axel bingung. "Kenapa, Axe?"
Axel hanya menggeleng kecil sambil meremas pelan pinggang Lova. Matanya tertuju pada laki-laki rambut gondrong tadi yang kini sedang salah tingkah karena tertangkap basah olehnya sedang curi-curi pandang pada Lova. Mengangkat sudut bibirnya sebelah. Axel tersenyum miring.
Lova tersenyum kecil. Tangan kanannya terangkat menepuk kepala Axel pelan sebanyak dua kali. Lova membiarkan Axel bergelayut manja padanya dan berusaha membuang rasa sungkan dan canggungnya karena sudah melakukan public display affection.
Lova menoleh menatap pelayan toko yang justru sedang menatap Axel dengan mata berbinar-binar kagum. Ck! Lova berdecak dalam hati. Dengan sengaja berdehem keras membuat bukan hanya pelayan toko itu saja, tapi juga Axel bereaksi. Pelayan toko itu menatapnya dengan kikuk. Sementara Axel langsung mengangkat dagu dan melongok melihat wajahnya yang pasti sudah berubah menjadi masam.
"Kenapa, my Lov?" tanya Axel dengan halus, namun Lova hanya menggelengkan kepala gadis itu saja. Bahkan tanpa meliriknya sama sekali. Seolah paham dengan perubahan mood Lova, Axel lebih memilih diam dan tidak lagi melanjutkan pertanyaannya. Axel mengusap-usap pinggang pacarnya itu pelan.
"Saya ambil yang ini aja, Kak." putus Lova pada akhirnya sambil mendorong bungkus string merek Elixir dengan jenis extra light gauge ke arah pelayan toko yang berdiri di depannya.
Lova menjatuhkan pilihannya pada string merk Elixir karena merk itu recommended dan menjadi salah satu merek senar gitar terbaik. Sementara untuk jenis ekstra light gauge yang disebut juga dengan super light atau custom light karena senar jenis ini memiliki ketebalan paling tipis di antara senar lainnya. Dengan ketebalannya yang tipis, senar pun mudah dipetik sehingga menghasilkan suara yang halus dengan low tension. Senar dengan tension ini mudah untuk dimainkan tanpa memerlukan tenaga yang terlalu besar. Senar ini direkomendasikan untuk yang masih pemula, anak-anak, dan wanita.
"Silahkan bayar di kasir, Kak. Sebelah sini."
Lova dan Axel, keduanya berjalan dengan tangan Lova berada di genggaman tangan posesif Axel mengikuti di belakang pelayan toko yang berjalan lebih dulu memimpin mereka berdua menuju ke salah satu kasir kosong yang ada di toko musik itu.
Setelah berhasil menyelesaikan transaksi pembayaran. Walau harus melewati perdebatan panjang di antara Lova dan Axel mengenai siapa yang akan membayar belanjaan Lova, dengan Lova yang pada akhirnya mengalah dan membiarkan Axel membayarkan belanjaannya. Kini keduanya sudah duduk nyaman di dalam mobil mahal Axel.
"Sekarang, mau kemana lagi, my Lov?" tanya Axel sambil meletakkan plastik belanjaan Lova di kursi penumpang belakang.
Lova menggeleng pelan. "Lova gak tahu. Emang Axe gak ada kepingin pergi kemana gitu?" tanya Lova sambil memasang seat belt.
"Makan aja, yuk. Gimana? Gue laper soalnya." balas Axel sambil melirik Lova singkat karena dia sudah mulai menjalankan mobilnya.
Lova mengangguk kecil. "Boleh. Lova juga udah lapar sebenarnya. Axe mau makan apa?" tanya Lova sambil menarik lepas ikat rambutnya dengan gerakan yang terlihat anggun di mata Axel, membuat rambutnya kembali tergerai indah.
Axel dengan cepat mengalihkan pandangannya ke jalanan di depannya sebelum Lova memergokinya sambil berdehem kecil. "Lo mau makan apa?"
Lova langsung menghentikan kegiatannya yang sedang menyisir rambut dengan kesepuluh jarinya. Lalu menoleh menatap pada Axel. "Kok, Axe malahan balik tanya sama Lova?" kekeh Lova pelan.
Axel mengangkat kedua bahunya tak acuh. "Lo mau makan apa, my Lov?" tanya Axel satu kali lagi sambil melirik Lova singkat.
"Lova lagi PMS."
"PMS?"
Tbc.