Chereads / Imagine of You / Chapter 6 - Seven - 7

Chapter 6 - Seven - 7

ChengXin dan Raeji yang mendengar celetukan suara itupun langsung gelagapan saling memalingkan muka satu sama lain.

"Eh, Zhi gege jangan bikin bunda sama baba malu dong!" Tegur Zhang Ji.

"Tau tuh, Gege dasar" sambung Delia.

"Yaudah iya, Gege salah. Bunda dan babaku sayang ayo kita pulang, Zhi capek pengen tidur ini. Hoaammm" ujar Zhixin dibalas gelengan kepala oleh ChengXin dan Raeji yang tertawa melihat kelakuannya.

"Iya sayang, ayok ayok. Sini biar bunda bantuin" jawab Raeji membawakan tas kecil Xinhao dan juga milik Delia.

"Gausah Bun, yang ini biar Zhi bawa sendiri aja. Nanti bunda capek" ujar Zhixin saat Raeji ingin membantu membawakan tas kecilnya.

"Kamu itu, dasar" ujar Raeji tertawa melihat kelakuan Zhixin daritadi. Menurutnya, anak-anaknya ini sudah terlihat semakin dewasa, lihat saja Zhixin yang sudah mulai sering menggoda dirinya dan juga ChengXin.

"Oke, sudah selesai semuanya?" Tanya ChengXin dan dibalas anggukan oleh semuanya.

"Sudah" jawabnya serempak.

"Oke, baba ambil formulir ke ibu asramanya dulu ya. Kalian tunggu sini" ujar ChengXin melangkahkan kakinya menuju ruangan panitia asrama.

"Permisi, ada yang bisa saya bantu tuan Ding?" Tanya ketua asrama kepada ChengXin saat dia sudah sampai di depan pengambilan formulir.

"Oh iya, saya minta formulirnya untuk Zhixin, Zhang ji, Xinhao, sama Delia ya Bu. Rencana saya mau pindahkan ke cabang yang dekat rumah" jelas ChengXin.

"Silahkan tuan, nanti saya akan transfer kan formulir nya ke kepala asrama yang ada disana sekalian untuk keterangan pindahnya juga" balas ibu asrama tersenyum ramah. Lalu, ChengXin mengisi formulir itu dan melangkahkan kakinya menuju anak-anak nya dan istrinya yang sudah menunggu.

"Yuk, pulang!"

*****

"Hola, kita pulang!" Ujar Reva, Jessica, Rara, dan Fany bersamaan setelah menginjak ke dalam rumah.

"Lah ko nggaada orang dibawah?" Tanya Jessica mengedarkan pandangannya.

"Tumben banget ni rumah sepi, nggak kayak pasar" sambung Rara.

"Eh bentar bentar. Jie, Reva mau ke toilet bentar ya, ini bukunya hehe" ucap Reva terburu-buru memberikan kantong plastik yang ada pada genggamannya kepada Fany.

"Ck, dasar tu anak satu. Sini jie biar Jessi bantuin" tawar Jessica mengambil alih kantong plastik yang berada di genggaman Fany.

"Gapapa kali Jess, biar jiejie aja yang bawa sini" Fany yang hendak mengambilnya kembali. Namun, matanya tak sengaja melihat di arah dapur, Fany pun mendadak jadi gagu karena melihat objek didepannya. Rara dan Jessica yang melihatnya hanya memperhatikan Fany dengan muka bingung.

"Ra, jie Fany ngapain tuh mukanya kek patung gitu?" Bisik Jessica kepada Rara.

"Entahlah Jess, tapi kok ngeliatnya kebelakang ya? Ngapain coba ngeliat ke dapur, ada pocongnya?" bisik Rara dan ditanggapi gidikan bahu oleh Jessica. Lalu, tiba-tiba...

"Jessi, Rara, jiejie ke kamar duluan ya. Bukunya kamu taruh di kamar kamu dulu aja kalo nggak gitu biarin disini aja" ujar Fany dengan mata yang berkaca-kaca dan melangkahkan kakinya menaiki tangga tanpa menoleh ke arah yang tadi tengah diperhatikan nya.

"Lah? Jiejie kenapa coba?" Bingung Rara

"Tau tuh, emang ada apa si,"

"ASTAGA, PANTESAN JIEJIE TADI MUKANYA KEK PATUNG TERUS MAU NANGIS!?" kaget Jessica menoleh ke arah dapur dan terlihat seseorang perempuan tengah berpelukan dengan YaXuan dan sepertinya mereka berdua tidak menyadari bahwa keempatnya tadi sudah pulang dari toko buku dan sudah memasuki rumah.

"Duh, gaswat nih gaswat!" Panik Rara.

"Gawat Ra, gawat!" Benar Jessica.

"Duh, masih sempet sempetnya kamu benerin omonganku, kan ini reflek kali Jess" jelas Rara.

"Lah abisnya sih kam-"

"Woey, jie Fany mana?" Potong Reva sambil melangkahkan kakinya menuju keduanya.

"Gawat Rev gawat!" Panik Jessica.

"Telat kali panik nya" ujar Rara mendengus malas melihat kelakuan Jessica dan dibalas cengiran oleh Jessica.

"Kenapa sih? Kalian tuh ngapain? Inces gapaham ya, tolong jelasin" ujar Reva menirukan model iklan shampo Pant*ne.

"Inces katanya" sahut Rara.

"Jadi, tadi tuh waktu kamu lagi ke kamar mandi. Jie Fany lagi mau ngambil alih kantong plastik ini," ujar Jessica menyodorkan kantong plastik yang masih dipegangnya.

"Terus ya, jie Fany tuh ngeliat dibelakang ku terus dan aku tuh gatau jie Fany liat apa, tapi tadi mukanya tuh gagu plus kek patung gitu, mana pamit ke kamar mau nangis lagi. Dan ternyata waktu aku lihat, gawat Rev beneran gawat,"

"Liat nih ke arah jam dua belas dari sini" tunjuk Jessica dan diikuti oleh Reva, sontak Reva melebarkan matanya.

"Dih, YaXuan ge gimana sih! Tadi nyuruh kita semua buru-buru buat pulang. Ternyata, niat mau nunjukin ini ke jie Fany ha!? Awas aja tuh Gege!?" Sarkas Reva melangkahkan kakinya menuju YaXuan tetapi tertahan oleh Jessica dan Rara.

"Jangan rev, mending kita nenangin jie Fany dulu aja. Baru ntar kita bahas yang lainnya" jelas Jessica dan dibalas anggukan oleh Rara.

"Huh, okedeh. Untuk kali ini"

*****

Semilir angin berhembus lewat kaca, membuat pola abstrak dan membentuk bulatan embun yang terasa menyejukkan. Saat ini Fany sedang mencoba untuk menenangkan pikiran nya yang sedang berkelana entah kemana.

Saat memikirkan hal yang sama, Fany yang mulai bosan pun pergi ke balkon atas yang kebetulan sedang sepi. Ia duduk di ayunan yang terletak di sebelah barat meja yang tengah berisi tumpukan novel, majalah, dll.

"Lupain Fan, lo harus lupain itu semuanya, termasuk perasaan lo. Oke, mending sekarang lo mikirin Didi, Meimei, dan juga baba lo yang abis ini ulang tahun aja daripada mikirin dia yang mungkin cuma anggep lo sebagai kakak" ucapnya pada dirinya sendiri.

"Lupain sapa?" Tanya seseorang membuat Fany kaget dan sontak saja memutar badannya.

"E-eh ada Jiaqi ge, n-nggak papa kok ge, gaada yang harus dilupain ko, hehehe" balas Fany gugup.

"Duh, kenapa gue harus gugup coba?" Gumam Fany dalam hatinya.

"Beneran? Masa sih?" Tanya Jiaqi tidak yakin dengan ucapan Fany.

"Iya ge beneran deh, suer" jawab Fany sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya.

"Yaudah gege turun dulu, kamu jangan disini terus, dingin udaranya, ntar kalo sakit kan bisa-bisa Xuan khawatir" ujar Jiaqi dibalas anggukan dan senyuman kecut oleh Fany.

"Iya ge" saat jiaqi telah turun ke bawah, ia pun mulai mendekati taman kecil pojok yang tengah ditanami beberapa bunga dan juga pemandangan yang khas akan rumahnya ini. Masih memikirkan kata-kata yang diucapkan oleh Jiaqi,

"Khawatir apanya ge? Dia cuma ngejalanin tugasnya sebagai Didi yang baik ge" ujarnya sambil memandangi bunga yang tengah berkembang dengan indahnya.

"Setidaknya, setiap hari ngeliat dia bahagia dan senyum itu udah buat aku ikut bahagia juga, meskipun ini cuma searah" lanjutnya yang tidak menyadari bahwa ada seseorang yang tengah memperhatikannya dari sisi timur balkon dan mendengarkan semua ucapannya.

"Dahlah, ngapain coba gue jadi mellow begini. Balik ke kamar aja lah" ucapnya berdiri dan mengambil beberapa novel dari sana lalu turun kebawah, tidak menyadari bahwa seseorang yang tadi melihatnya kini tersenyum senang dan merasa bersalah juga.

*****

"Duh, JiJi itu tasnya yang itu jangan ditaruh disitu, ntar susunya tumpah" ucapnya.

"Yaampun Ndel, gapapa kali, kan ini ada penyangganya" bantah Zhang ji tetap pada pendiriannya.

"Ya tapi kan ntar kalo jatoh, tumpah ish" kesal Delia.

"Udah yaampun, kalian tuh tengkar Mulu deh, bingung Gege tuh" tengah Zhixin kepada keduanya.

"Xinhao, itu twins kamu bantuin tuh bawain tasnya. Biar nggak berantem Mulu sama ji ji" ujar Zhixin diangguki oleh Xinhao.

"Oke ge"

"Yaudah yuk masuk, pasti yang lain dah nunggu kalian didalem" ujar bunda Raeji dibalas anggukan semangat oleh keempatnya.

"Ekcus mi, enibodi hom?" Teriak Delia dengan bahasanya yang tidak beraturan.

"Typo semuanya aelah Ndel" ujar Xinhao dibalas cengiran oleh Delia.

"Yaudah semuanya sekarang ke kamar kalian masing-masing ya, bunda mau ambil barang dulu di kamar bunda" pamit bunda diangguki semuanya.

"Baba juga ah, kalian jangan lupa buat cuci kaki dulu" ujar ChengXin sebelum mengikuti Raeji ke kamar.

"Bilang aja mau berduaan, dasar!" Ucap Zhixin menggelengkan kepalanya.

"Eh, jie Jessi sama yg lain mana ya?" Tanya Zhang Ji.

"Iya tuh, mana ya jie Reva sama jie Rara?" Balas Xinhao dan Delia.

"Kalian tanya ke siapa? Ke Gege? Hfttt... Gege aja gatau, ini Gege tanya tembok gitu?" Balas zhixin memutar bola matanya malas.

"Marah Mulu ge, lagi PMS ya?" Tanya Zhang Jiao dengan polosnya dibalas umpatan ketawa oleh Delia dan xinhao.

"Iya tuh kayaknya" sahut Delia dan Zhixin semakin menatap tajam ketiganya. Lalu,

"Kaborr!" Ajak Xinhao mulai menaiki tangga bersama Zhang Ji dan juga Delia.

"Punya Didi sama Meimei gitu amat yaampun, untung sayang" ucap Zhixin kepada dirinya sendiri.

"Eh iya ya, jie Fany mana coba? Biasanya kalo gue dateng tuh jiejie maju paling pertama dah" bingung Zhixin.

"Tau ah, ntar aja tanya ke YaXuan ge"

Tbc.