"Ndel, awas ada kecoak tuh didepan" peringat Zhang Ji membuat Delia hampir saja terjatuh duduk karena saking takutnya dengan hewan tersebut.
"JI JI! NYEBELIN BANGET SIH! MASIH UNTUNG NDEL NGGAK JADI JATUH INI TADI, ISH!" Teriak Delia marah.
"Ya maap sih, tadi beneran kok, emang disitu tadi kecoak nya" balas Zhang Ji menjelaskan dan sontak Delia berlari dari balkon bawah menuju ruang utama kembali dan duduk di sofa dengan nafas yang terputus-putus.
"Huh, capek banget. Gara-gara kalian sih, capek nih akhirnya" kesal Delia memelototi Zhang Ji dan dibalas kekehan oleh sang empunya. Namun, ada yang janggal dari segi orangnya.
"Loh ndel, mana Xinhao?" Tanya Jessie menaruh nampan yang berisikan beberapa minuman dan camilan yang ditujukan kepada ketiganya. Sebenarnya keempatnya, tapi berhubung Zhixin sedang keluar jadinya minuman dan makanan milik Zhixin disimpan Jessica di dalam dapur kembali.
"Lah, iya ya. Mana tu anak?" Sahut Zhang Ji.
"Palingan di kamar mandi balkon belakang tuh" Ucap Delia dan sontak tiba-tiba saja Xinhao datang sambil membenarkan bajunya yang tersingkap sedikit ke atas.
"Tuh anaknya, jie" tunjuk Delia ke arah dimana Xinhao datang.
"Iyadeh, kekuatan jiwa anak kembar," ujar Jessica tertawa.
"Yaudah, jiejie ke atas dulu ya, mau ngasih makanan ke jie Fany. Kalo ada perlu, tuh di dapur masih ada jie Rara lagi bikin donat sama jie Reva" pamit Jessica mengambil kantong plastik yang berisi makanan di atas meja dapur.
"OKE JIE JESSI" kompaknya.
▄︻̷̿┻̿═━一
"Cintaku bukanlah cinta biasa jika kamu yang memiliki~"
"Dan kamu yang temaniku seumur hidupkuuuu~"
Tok tok tok
"Masuk aja, nggak dikunci kok" balasnya dan melanjutkan bernyanyi sesuai dengan apa yang diputar oleh MP3 nya.
"Eh, Jessi. Ngapain?" Tanya sang empu pemilik kamar.
"Nggak, ini tadi aku sama yang lain habis dari cafe depan, nih tadi dibeliin sama Reva. Katanya harus dihabisin, gaboleh sisa" ujar Jessica menyerahkan kantong plastik tersebut kepada Fany.
"Iya, taruh aja dimeja situ, ntar aku makan" balas Fany melanjutkan mengetik sesuatu di laptop nya.
"Harus dimakan loh jie, awas kalo nggak. Aku aduin baba ntar" ancam Jessica.
"Iya iya cantik" sahut Fany dibalas kekehan oleh Jessica.
"Yaudah, Jessi ke kamar dulu ya. Dah jie" pamit Jessica dan dibalas anggukan oleh Fany lalu, keluar dari kamar Fany.
▄︻̷̿┻̿═━一
Saat Reva baru saja menyelesaikan membuat donat dengan Rara, ia meletakkan seperempat dari donat yang mereka berdua buat untuk disediakan di meja makan.
Lalu, Rara yang menghiasinya dengan rapi dan menyusunnya di meja makan dibantu oleh Reva.
"Eh, Ziyi ge sama jie Vina dari kemarin nggak keliatan. Mereka kemana?" Tanya Rara mencomot meses yang ada di tangannya.
"Katanya sih ada kemah sekolah diluar. Bukannya Tenzo ge juga ikut acara kemahnya ya?" Balas Reva mengoleskan selai yang lain.
"Oiya lupa kalo mereka satu sekolah, hehe" jawab Rara cengengesan.
"Punya saudara pikunnya minta ampun dah," ujar Reva menyusun yang lain di piring yang baru
"Eh, tapi rumah berasa kuburan kalo nggak ada mereka. Kan biasanya rame tuh gegara ada Ziyi ge sama jie Vina" jelas Reva diangguki oleh Rara.
"Tapi bukannya masih ramean Lo sama Zhen ge kalo lagi debat ya?" Tanya Rara terkekeh.
"Sorry ya, kalo itu sih bukan gue yang mulai. Zhen ge nya aja tuh yang duluan" jelas Reva.
"Hati-hati, jatuh cinta" bisik Rara melesat pergi ke dapur untuk mencuci tangannya.
"Rara! Gue pites lama-lama Lo ya" ancam Reva, dan untungnya Reva masih menuangkan selai ke donat. Jika tidak? Mungkin Reva dan Rara sudah berlari-lari memutari meja makan karena berdebat.
"Dih, ngapain coba gue mikirin Zhen ge. Mending mikirin Junkai ge, kapan kesini lagi" gumam Reva menggerutu.
Lalu, Reva teringat dengan kegiatan Sabtu kemarin. Dimana Junkai datang ke pesta kecil-kecilan yang dibuat oleh ChengXin dan juga menurut Reva itu; calon pacar idaman.
Oke fix! Reva melamun lagi.
"Jie Reva!"
"Jie!"
"JIE REVA!" teriaknya membuat Reva sadar dari lamunannya dan memandang seseorang yang tengah memandang nya kesal dan datar.
"E-eh Zhixin, kenapa kenapa?" Tanya Reva yang ternyata dipanggil oleh Zhixin yang sepertinya telah pulang dan selesai berbelanja di Alfamart sebelah cafe tadi.
"Jie Fany masih belum turun?" Tanya Zhixin dibalas gelengan oleh Reva.
"Belum, kenapa?"
"Gapapa, ntar aja kalo gitu" jelasnya.
"Oh iya, nih donat. Mau?" Tawar Reva dan Zhixin pun mengambil donat tersebut lalu pergi menuju kamarnya.
"Dasar cecunguk, bilang makasih kek" kesal Reva.
"Woy, marah sama sapa Lo?" Tanya Rara mengelap tangannya dengan tisu.
"Tuh, titisan si Owen tadi dah pulang" jawab Reva kesal dan menuju ke dapur untuk bergantian membersihkan tangannya.
"Hah? Titisan? Siap-EH ZHIXIN PULANG? YAAMPUN REP MANA REP? MANA?" Teriak Rara dan dibalas teriakan juga dari arah dapur.
"YA BIASA AJA KALI, KAYAK NGGAK PERNAH KETEMU ORANG GANTENG AJA DAH" balas Reva yang sedang mencuci tangannya.
"Ya maap sih" cicit Rara cengengesan.
"Jie, aku mau donatnya" pinta Zhang Ji mencegah Rara memasukkan donatnya ke dapur kembali.
"Itutuh buat kalian, yang ini buat semuanya ntar kalo dah kumpul Ji Ji," balas Rara menaruh box donat di atas almari makanan.
"Eh, jangan lupa yang lain juga dibagiin, jangan dimakan sendiri" teriak Rara setelah melihat Zhang Ji mengambil nampan yang berisikan beberapa donat.
"Iya jie!"
▄︻̷̿┻̿═━一
Saat menjelang malam, semuanya berkumpul di ruang utama untuk berbincang-bincang dan menunggu jam makan malam. Kini, Yaxuan yang bingung dimana keberadaan Fany pun mencoba menelfon ponsel milik Fany.
Disisi lain Fany mendengarkan lagu dan terganggu oleh panggilan dari Yaxuan.
Drtt... Drtt...
"Always be my baby so right, burn to be my baby so right, If u be my lady ba-ADUH NGGAK ENAKIN ORANG LAGI NYANYI APA YAK?" Kesal Fany mematikan ponselnya. Hingga, panggilan ke tiga barulah diangkat tetapi Fany tidak menyuarakan suaranya alias diam.
"Halo"
"Halo, jie"
"Jie, denger Yaya kan?"
"Ding Fany!"
Mampus! Jika Yaya sudah memanggil nama lengkapnya barulah ia benar-benar serius.
"I-iya apa?" Jawab Fany terbata-bata.
"Jie dimana? Kalau masih dikamar, sekarang turun!" Tegas suara diseberang sana.
"Iya-iya, turun sekarang" balas Fany dan diakhiri sebelah pihak; Fany.
Saat sudah mencapai anak tangga akhir, Fany mendengarkan suara yang familiar ditelinga nya.
"Iya, besok jalan-jalan ke sana"
"Beneran Zhi?"
"Eh bocah, tua an gege juga manggil gue pake nama langsung"
"Ehehehe maapin ge, iya-iya nggak manggil gitu lagi"
"Terserah"
"Kok kayak kenal ya sama suaranya?" Gumam Fany lalu melangkahkan kakinya ke anak tangga paling akhir dan melihat ada Zhixin, Xinhao, Zhang ji, dan juga Delia yang sedang bermain puzzle. Tapi tidak dengan Zhixin yang sepertinya sedang fokus dengan permainan di ponselnya.
"HUAAA ZHUZHUNYA JIE FANY, YAAMPUN KANGEN!?" Teriak Fany dan berlari memeluk zhixin. Tidak menyadari bahwa semua orang disana pun dibuat kaget karena suara menggelegar nya.
"Aduh aduh jie, ini leher Zhu jangan dicekik gini, uhuk uhuk" ucap zhixin sontak Fany pun melonggarkan pelukannya.
"Ehehehe maapin, jiejie kelepasan" cengir Fany.
"Ekhem, kayak ada yang panas nih yaampun" ucap Reva melirik ke arah YaXuan dengan sengaja menekankan kata 'panas'.
"Iya, aduh ini AC nya kurang dingin atau gimana sih sebenernya" timpal Yaowen.
"Tau tuh, perlu kipas lagi deh ini dipasang disana tuh" sambung ZhenYuan menunjuk arah sebelah televisi dengan dagunya.
Fany yang bingung kenapa semuanya seolah-olah menyindir seseorang, tetapi masih belum paham siapa yang di maksud oleh para Meimei dan gegenya.
"Kalian baha-" ucapan Fany terpotong
"Taraa! Nih donatnya, tadi Rara yang bikin sama Reva. Dicoba dulu nih" ujar Rara membawa nampan yang berisikan tatanan donat warna-warni yang memang sudah dihias tadi.
"Wih enak tuh" balas Fany melepaskan pelukannya kepada Zhixin dan mengambil donat tersebut lalu memakannya.
"Jie, ndel juga mau lagii"
"Xinhao juga jiee" ujar xinhao. Saat tangannya ingin menyentuh donatnya, ditepis oleh Zhang ji.
"Jangan jie, tadi Xinhao Uda habis empat. Ji ji Sama ndel tadi aja cuma disisain dua, satu buat ji ji satunya buat ndel" jelas Zhang ji membuat Xinhao malu.
"Apaan, nggak ko. Kan tadi Xinhao dah nawarin ke kalian kalo nggak ada yang ambil lagi ya dimakan Xinhao lah" balas Xinhao tidak terima. Dan saat itu, Fany merasa kalau mereka akan bertengkar lagi berusaha menyela pembicaraan mereka.
"Udah udah, mending sekarang kita main aja yuk ke taman belakang sama jiejie" usul Fany diangguki oleh ketiganya kecuali Zhixin.
"Zhu, ikut nggak?" Tanya Fany dibalas gelengan oleh Zhixin.
"Nanti Zhu nyusul aja deh" balasnya.
"Okedeh, ayo kita keluar" ajak Fany diikuti oleh ketiganya.
"JIE FANY! JESSI SAMA RARA IKUT!" Teriak keduanya dari arah dalam. Fany yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya dan mengedarkan pandangannya menuju ketiga Didi dan meimeinya.
"Kalian bertiga duluan aja, ntar jiejie nyusul ke taman belakang" tutur Fany dibalas anggukan oleh ketiganya.
"Oke jie" ucap Zhang ji berjalan ke belakang rumah dan diikuti oleh Delia serta Xinhao.
"Ngapain pake lari sih? Kan jiejie cuma ke taman belakang juga lagian" ucap Fany terkekeh saat melihat Jessi dan Rara yang berlari dari dalam rumah menuju balkon taman depan.
"Huftt iya ya? Ngapain pake lari segala?" Ucap Jessi kepada dirinya sendiri.
"Duh jie, jaketnya twins ketinggalan didalem" balas Rara lupa dan menepuk dahinya.
"Yaudah, biar jiejie aja yang ambil. Disebelah mana emangnya?" Tanya Fany.
"Di kamarnya Zhixin jie, tapi nggak tau lagi soalnya terakhir kali disitu Rara naruhnya" jawab Rara.
"Okedeh, biar jiejie yang cari nanti. Kalian ke taman belakang duluan aja, soalnya udah ditungguin" ucap Fany diangguki oleh keduanya. Saat melihat Rara dan Jessica melangkahkan kakinya menuju taman belakang, Fany pun melangkahkan kakinya untuk masuk kembali dan mendapati Reva, Junlin, Haoxiang, dan juga Zhenyuan yang sedang bermain game di ponselnya masing-masing.
Zhixin yang saat itu menyadari Fany kembali masuk pun mengernyitkan dahi pertanda bingung.
"Loh jie, kok balik?" Tanya Zhixin sontak membuat seseorang yang sedang berkutat dengan laptopnya itu menoleh ke arah pintu.
"Jaketnya ketinggalan semua" balas Fany melangkahkan kakinya menuju meja depan Zhixin dan mengambil donat lagi. Tak sadar bahwa seseorang tersebut tengah memandangi dirinya dan tak luput dari pandangannya. Sehingga saat Fany menoleh ia mendapati iris mata yang sejak kemarin membuatnya menjadi tidak percaya diri, dan saat ini ada yang salah dengan penglihatannya karena Fany merasa bahwa tatapan itu; sulit diartikan.
Saat Fany menyadari sesuatu, ia pun memutuskan kontak matanya dengan YaXuan, yup! Seseorang tadi ialah YaXuan.
"Ikut aku sekarang!"
TBC.