Saat Zhixin berjalan menuju kamarnya yang kebetulan dekat dengan balkon, ia melihat siluet seorang perempuan yang tengah jongkok didepan beberapa bunga yang berada di sisi timur taman balkon. Tanpa menebaknya pun Zhixin tau kalau itu ialah jiejie nya, Fany.
Tanpa berfikir panjang, Zhixin menaruh kopernya dan berjalan menutup pintu kamarnya lalu melangkahkan kakinya menuju Fany. Namun, langkahnya terhenti karena tidak sengaja mendengar penuturan Jiaqi ge nya kepada Fany.
"Iya ge" jawab Fany kepada Jiaqi ge yang mulai menjauh, lalu melihat Zhixin yang kebetulan berdiri di depan pintu kamarnya.
"Eh, Xiao ma ge" sapa Zhixin tertawa dan dibalas senyuman oleh Jiaqi.
"Zhi, kapan nyampe? Yang lain mana?" Tanya Jiaqi.
"Yang lain dikamar semuanya ge, lagi naruh kopernya masing-masing. Bunda sama baba juga lagi ada di kamar" jelas Zhixin membuat Jiaqi menganggukkan kepalanya pertanda mengerti.
"Oke, Gege turun dulu" pamitnya diangguki oleh Zhixin.
Lalu Zhixin berjalan menuju balkon dimana tetap ada siluet yang sejak datang tadi dicari olehnya, ingin saja Zhixin berjalan menuju Fany jika saja tidak mendengar sesuatu yang membuatnya diam dan kaget.
"Khawatir apanya ge? Dia tuh cuma ngejalanin tugasnya sebagai didi yang baik" ujar dari seberang sana terdengar jelas di telinga Zhixin.
"Setidaknya, ngeliat dia bahagia dan senyum itu dah bikin aku ikut bahagia, meskipun ini cuma searah" sambungnya.
Zhixin paham akan apa yang diucapkan oleh jiejie nya itu, Zhixin tau siapa yang tengah dibicarakan oleh Fany, tau semuanya. Tapi apa boleh buat, jiejie nya satu ini tidak mengizinkannya untuk bercerita kepada siapapun tentang ini. Tidak ada yang boleh tau selain dirinya yang sudah diberitahu sendiri oleh Fany.
Zhixin mencoba menelaah, pasti sekarang jiejie nya tengah mengalami kejadian yang membuatnya patah hati lagi, atau paling tidak cemburu? Tentu saja, jika tidak kenapa jiejie nya itu sampai ke balkon dan juga merenung seperti itu.
Disatu sisi, ia turut senang dan juga bersalah karena membiarkan perasaan jiejie nya searah, walaupun Zhixin yakin kalau gege nya itu pun memiliki perasaan yang sama dengan jiejie nya.
"Maafin Zhi jie, jiejie sendiri yang bilang kalau nggak ada yang boleh tau tentang perasaan jiejie ke Yaxuan ge" ujar Zhixin bersalah.
Saat Fany ingin kembali dari balkon, Zhixin pergi ke kamarnya dan menutupnya kembali. Takut jika jiejie nya tahu baru saja dia mendengar penuturan jiejie nya.
*****
Saat ini, ketiga perempuan tengah berkumpul di cafe depan komplek perumahan. Dimana yang paling tua izin ke ChengXin untuk keluar hanya sekedar menuju cafe didepan komplek rumahnya.
Tetapi, ketiganya tidak menyadari bahwa para twins sudah berada dirumah dan kebetulan sekali saat ketiganya berangkat menuju cafe, Zhang ji, Xinhao, dan juga Delia keluar dari kamar mereka lalu menuju ruang utama untuk bermain game disana. Jadi, mereka tidak berpapasan.
"Jadi? Ini gimana?" Tanyanya yang lebih tua.
"Pusing lama-lama dah, gabisa mikir ini" ujar yang satunya sambil menghabiskan milkshake nya hingga tandas.
"Eh buset Rev, pelan-pelan kali tuh minumnya. Keselek tau rasa ntar" ujar yang ketiga memperingatkan.
"Abisnya kesel ini, ngapain coba tadi tuh ya kita buru-buru pulang? Mau nunjukin ke kita gitu? Tujuannya tuh apaan coba?" Kesal Reva.
"Iya tau kali, terus gimana lagi coba. Kan kita gatau, yang sebenernya terjadi tuh gimana, sabar aja besok kita tanya langsung ke Yaxuan ge aja" usul Rara.
"Iya, bener tuh apa yang dibilang Rara. gue setuju, mending besok kita tanya YaXuan ge aja daripada salah paham terus begini? Kan ntar yang ada jie Fany malah badmood terus tuh" sahut Jessica.
"Yaudah deh kalo gitu, jadi besok kit--" ujar Reva namun terpotong karena Rara yang menyela ucapannya.
"Eh bentar deh, itu bukannya Zhixin ya?" Ujar Rara tidak sengaja melihat siluet yang mirip dengan adiknya; Zhixin, sedang menuju ke cafe. Dan itu membuat Jessica serta Reva menoleh ke arah yang dimaksud oleh Rara.
"Eh iya ya, ko kayak Zhi?" Ujar Jessica dan kebetulan setelah mengatakan itu siluet itu berjalan semakin dekat dan, tak bisa dipungkiri bahwa memanglah benar itu Zhixin, adik mereka.
"Dih, Zhi udah pulang yaampun astaga" heboh Rara.
"Kenapa coba tu anak nambah tinggi aja, hiks jadi sedih liatnya" sambung Jessica.
"Eh, Rev! Mikirin apa coba? Ngapain bengong Mulu? Atau jangan-jangan... Gamungkin kan kalo Lo suka sama zhixin?" Ucap Rara dihadiahi sentilan di dahinya oleh Reva.
Pletak
"Aneh-aneh kalo bicara, ya ga mungkin lah gue suka. Kan gue sukanya sama yang lebih tua dari gue" jawab Reva sambil senyum-senyum sendiri membayangkan seseorang yang sudah beberapa bulan ini berada di pikirannya.
"Ni anak serem juga ya, habis bilang begitu malah senyum-senyum sendiri. Kesambet kali ya?" Balas Rara bergidik ngeri.
"Jes, Ni anak kenapa sih?" Tanya Rara yang dibalas gelengan oleh Jessi yang sedang melahap mie nya.
"Mwentahlah essi mgwataw" balas Jessica kurang jelas karena masih mengunyah makanannya.
"Dasar bocah, dihabisin dulu tuh makanan baru ntar bicara. Gue aduin Jiaqi ge, tau rasa ntar." ujar Reva dibalas Jessica yang cemberut.
"Eh Zhi makin Deket tuh, eh eh eh lah? Ko? Malah ke Alfamart sebelah si? Ngapain coba? Baru aja mau nyamperin si ganteng" cerocos Rara.
"Yaudah si, gue mau main sama ji ji. Pulang aja kuy!" Ajak Jessica yang sudah selesai dengan makanannya.
"Kuylah, bentar gue mau mesenin makanan buat jie Fany" ujar Reva menuju kasir dan sekalian membayar total pesanan ketiganya.
*****
Saat tiba dirumah, ketiganya melihat Zhang ji, Xinhao, dan juga Delia yang sedang bermain pun langsung berlari menuju ruang utama dimana tempat mereka bertiga sedang bermain.
Hingga beberapa teriakan pun terdengar oleh telinga,
"ZHANG JI!"
"YAAMPUN IMUTNYA JIEJIE!"
"XINHAO YAAMPUN MAKIN IMUT AJA IH"
Teriak ketiganya dan jangan lupakan Reva yang menaruh kantong kresek makanan yang ditujukan untuk Fany di meja dapur supaya tidak tumpah nanti jika dibawanya menuju para twins.
"JIEJIE!!" Balas Delia menaruh boneka-bonekanya dan memilih memeluk Jessica dan juga Rara.
"Xinhao yaampun, jie Reva kangen dong" ujar Reva memeluk xinhao yang sedang memainkan ps nya dengan Zhang ji.
"Aduh jie, jangan erat-erat meluknya. Nanti game nya kal-YAH KAN KALAH BENERAN PUNYA XINHAO" Ujar xinhao kesal dan sontak saja Reva tertawa karena melihat ekspresi muka xinhao yangs sedang cemberut karena kalah.
"Yaudah jiejie minta maaf deh, janji nggak ganggu lagi" ucap Reva.
"Hahaha emang enak kalah, kayak aku gini dong nggak kalah" ujar Zhang ji dengan pede nya membuat xinhao melirik kesal ke arahnya.
"Udah udah, mending sekarang kita bikin kue yuk buat latihan besok waktu baba ulang tahun, jadi kita gausah beli kue diluar ataupun pesen lagi" usul Jessica diangguki oleh Delia dan ditatap bingung oleh Zhang ji maupun xinhao.
"Hah? Bikin kue?" Tanya xinhao.
"Iya bikin kue" jawab Jessica.
"Nggak ah, ji ji sukanya makan kuenya bukan bikin kue. Lagian kalo bikin tuh susah, enak makan kan tinggal kunyah doang trus kenyang deh" jelas Zhang ji dihadiahi cubitan oleh Rara pada hidungnya. Serta dibalas anggukan setuju oleh Xinhao juga.
"Dasar kamu tuh, taunya cuma makan Mulu deh" ujar Rara saat mencubit hidung Zhang ji allu melepaskannya.
"Aduh, jiejie gimana sih? Ntar kalo hidung ji ji pesek gimana dong? Lagian kan emang bener, enak makan doang daripada bikin" jelas Zhang ji membuat Rara mengalah dan membiarkannya memainkan permainan Mario nya.
"Yaudah jiejie sama ndel aja, mereka mah emang minta dilemparin ke Empang. Sukanya bikin marah, jiejie jangan deket-deket Zhang ji sama Xinhao, katanya temen ndel ntar bikin darah tinggi" ucap Delia polos membuat Jessica, Reva dan Rara tertawa mendengarnya.
"Dasar twins laknat kamu ya ndel" ujar Zhang ji.
"Hehehe, kan ndel bener. Wlee" ujar Delia menjulurkan lidahnya keluar dan berlari menuju belakang sofa. Sontak saja terjadi kejar-kejaran di dalam ruang utama tersebut. Reva, Jessica dan juga Rara hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan ketiganya.
"Ndel, awas aja ya kalo kena. Aku cincang kamu ya!" Ancam Zhang ji.
"Xinhao, kamu begian sana, biar aku yang bagian sini" sambungnya.
"Ndel, tungguin! Jangan cepet-cepet, susah ngejarnya ish!?"
Tbc.