Sang pencinta seakan tengah melabuhkan dirinya pada lembah kenyamanan yang mana..., tidak bisa semua orang rasakan.
Kepedihan seakan menjelma menjadi buih yang teralir oleh derasnya air sungai.
Cinta telah buta dan membutakan.
Kali ini hanya tangisan yang bisa dilihat oleh seorang Tiara dan bi Nia di rumah sakit.
Sengaja bi Nia tidak memberitahu ayahnya Rizki mengenai kondisi anaknya sebab dia sedang bekerja. Tak lain dan tak bukan. Ibunya sendiri yang meminta kepada pembantunya itu agar tidak memberitahu kondisi Rizki kepada siapapun apalagi kepada suaminya.
Mungkin bagi dia uang lebih berharga daripada sebuah nyawa.
"Kenapa sejak tadi Rizki belum saja sadar, Bi? Aku sangat mengkhawatirkan keadaannya."
"Non jangan takut. Kita banyak-banyak berdoa saja kepada Allah semoga tuan Rizki baik-baik saja."
"T-tapi..., apa..., dia pernah seperti ini sebelumnya?"