Pagi ini, Lia bergegas pergi ke sekolah sepagi mungkin untuk melihat keadaan Rizki.
Dia sebenarnya tahu bahwa pria itu selalu saja datang ke sekolah lebih awal.
Karena Rizki, lebih menyenangi tempat sepi ketika dia sedang membuat sebuah puisi untuk Lia.
Pikiran dan hati selalu kacau dari kemarin siang. Dia ingin segera pergi ke sekolah untuk memastikan bagaimana keadaan sang pujaannya itu.
Biarpun tak saling bertukar kabar lewat pesan, tapi mereka berdua sudah saling merasakan perasaan satu sama lain.
Dia berlari sekuat mungkin sampai keringatnya membasahi pelipis. Teman-teman sebayanya yang sedang makan di pinggir jalan pun, tak ia sapa sama sekali.
Langkah wanita itu tiba-tiba tercekat tatkala dia sudah berada di depan kelas.
Pintunya tertutup dengan keadaan suasana yang sangat sepi sekali.
Bayangkan, dia sudah datang pada pukul enam kurang sepuluh menit.
Sorot matanya memperhatikan keadaan kemudian sedikit mengintip dari celah-celah pintu.