Terima kasih banyak, Hamzah.
Kesempatan kedua kamu beri untukku yang pernah berbuat kesalahan.
Aku banyak belajar darimu tentang mudahnya memaafkan.
Kamu ini memang pria pilihan yang mungkin diharapkan banyak orang.
Dan atas kepergian Alif, aku berterima kasih banyak karena telah mengirimkan pria yang mampu menyayangiku tanpa batas.
Walau aku belum bisa menerimamu di ruang spesial dalam hati, tapi aku menghargai semua perjuanganmu dan tak akan pernah mengulangi kesalahan yang sama.
Karena kamu saat ini, sudah termasuk sosok penting dalam kehidupanku.
...
"Kamu mau makan apa?" tanyaku pada Hamzah yang tengah duduk di balkon.
"Eh, sudah bangun?"
"Dari dulu aku memang suka bangun pagi jam segini. Jadi sudah terbiasa."
"Oh pantas."
"Kalau kamu sendiri?"
"Sama." jawabnya.
"Aku masih melihatmu berbeda dari sebelumnya. Sebenarnya ada masalah apa lagi?"
Dia menunduk. "Aku tak apa-apa."
Aku terkekeh.
"Kenapa tertawa?"
"Kamu ini seperti Alif."
"Maksudnya?"
