Pablo, pria berkulit hitam, tak banyak bicara tapi terlihat ramah dan baik. Prasnya manis, senyumny amenawan dengan lesung pipit di pipinya ameski dia terlihat begitu maskulin. Dia adalah pria baik yang selama seminggu terakhir menolong Christabell, selain Esmeralda.
Keduanya bekerja di tempat yang sama, di penginapan tempat Christabell berada. Mereka adalah orang baik yang selalu memberikan dukungan pada Christabell, baik dukungan moral maupun materi. Dengan sedikit uang yang mereka miliki, terkadang mereka sengaja membawakan makanan yang disukai Christabell. Selain itu, mereka juga memberikan beberapa potong pakaian baru alakadarnya pada Christabell.
Pagi itu, untuk pertama kalinya Christabell menerima panggilan melalui telepon penginapan. Rupanya itu adalah Ms. Parish.
"Halo." Christabell membuka suara.
"Halo." Jawab wanita di seberang. "Kau pasti masih ingat suaraku bukan?" Tanya Ms. Parish.
"Ya." Jawab Christabell.
"Aku hanya memastikan bahwa kau menepati janjimu, atau aku bisa membuat teman terdekatmu di Ritz kehilangan nyawanya karena menyantap makan malamnya." Ancam Ms. Parish.
Mendadak keringat dingin menjalari tubuh Christabell. "Mengapa kau begitu kejam?" Bisik Christabell dalam tangisnya.
"Kau harusnya berterimakasih karena aku tidak membunuhmu dan bayimu. Jadi jangan coba macam-macam, mata-mataku ada dimana-mana, mengawasimu lekat." Tutup Ms. Parish.
Dengan tangan gementaran Christabell mengembalikan telepon penginapan pada resepsionis dan saat berencana kembali ke kamarnya, mendadak Christabell merasa perutnya begitu sakit. Untunglah saat itu Pablo baru saja tiba di penginapan. Melihat Christabell mengalami pendarahan, dengan sigap Pablo membawanya ke rumahsakit untuk mendapat pertolongan.
***
Hari ini setelah dua hari Christabell mendapatkan perawatan di rumahsakit, seperti biasa Pablo datang untuk membesuk, bergantian dengan Esmeralda.
"Hi." Sapanya dengan senyum manisnya itu. "Bagaimana keadaanmu hari ini?" Tanya Pablo sembari meletakkan beberapa tangkai bunga di sebuah fas di atas meja kecil, dekat dengan ranjang tempat Christabell berbaring.
"Semakin membaik." Jawab Christabell disusul dengan sebuah senyuman. Hati Christabell menjadi kecut, dia berharap yang ada di dekatnya saat ini adalah Richard Anthony, pria yang paling dia cintai, ayah dari anaknya yang baru lahir.
"Dia tampak terbangun." ujar Pablo sembari mengambil Adrianna dari dalam box bayi dan mengendongnya. Mata Christabell berkaca-kaca, hatinya sesak dan dia hampir menangis. Dia benar-benar berharap pria itu adalah Ricahrd Anthony, dan bukannya Pablo.
Pablo menoleh, "Kau baik-baik saja?" Tanya Pablo sembari menatap Christabell yang mulai tak bisa menahan air matanya. Meski air matanya berjatuhan, tapi Christabell berusaha tersenyum.
"Aku merindukan suamiku." jawabnya di tengah tangisnya.
Pablo menyerahkan Adrianna dalam pelukan Christabell karena wanita itu memintanya. Dia memangku Adrianna dan menatap bayi itu dengan air mata berlinangan. "Aku berharap dia bisa bertemu ayahnya." Ujar Christabell.
"Aku akan membawamu dan bayimu pada suamimu. Berikan aku kontaknya, aku akan menghubunginya." Ujar Pablo.
"No." Geleng Christabell. "Aku tidak yakin seperti apa kondisi di sana." jawab Christabell.
Pablo menghela nafas dalam, "Aku turut prihatin, andai saja aku bisa membantu." Sesalnya.
Christabell mengatupkan bibirnya rapat, dia mencoba tersenyum namun matanya masih berkaca. "Kau sudah sangat banyak membantuku, Aku bahkan tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi tanpamu." Ujarnya dengan suara bergetar.
Pablo melempar pandangannya pada "Aku ada untuknya, Adrianna."
Christabell mengangguk, dia menyeka air matanya. "Thanks."
Pablo mengusap selimut yang membelit Adrianna, "Aku akan melakukan apapun untuk melindungi bayi ini." Ujarnya. "Berikan aku kontak suamimu, aku berjanji semua akan baik-baik saja." Ujar Pablo, mencoba meyakinkan Christabell.
Christabell menggeleng lemah, "Kau tidak mengerti Pablo, nyawa orang-orang yang ku kenal mungkin dalam bahaya." Dia tertunduk sekilas.
Pablo mengatupkan bibirnya, rahangnya mengeras sekilas, sebelum dia berujar, "Tapi kau sudah melewati banyak hal buruk, setidaknya jika suamimu tahu siapa pelakunya, dia bisa membungkam wanita itu."
"Akan ku pertimbangkan." Jawab Bell.
"Ok." Pablo mengangguk, dia bangkit dari tempatnya duduk, mendadak Bell meraih tangannya "Terimakasih untuk semuanya."
"You're welcome."
Pablo keluar dari ruangan perawatan Christabell, menyisakan wanita itu dengan rasa sakit di bekas jahitan pasca operasi juga wajah malaikat dari bayi perempuannya, Adreanna yang tertidur pulas di ranjang kecil tepat di sebelahnya.
Dalam hatinya menjerit, dia benar-benar ingin Richard ada di sisinya. Menyaksikan pria yang paling di cintainya itu menggendong buah hati mereka adalah hal mustahil saat ini yang paling ingin dia wujudkan.
Christabell mengecup cincin di jari manisnya, "Ku harap kau mendengar suara hatiku, Rich." Bisiknya, air matanya berderai-derai.
***
Ribuan mill dari Puerto Rico, di kediamannya Richard Anthony sedang sibuk dengan tim dari detektif swasta untuk menemukan keberadaan isterinya. Kesadarannya sudah pulih, dia tak lagi menghabiskan waktu dengan menenggak berbotol-botol alkohol. Richard menemukan keyakinan bahwa isterinya masih hidup dan berada di suatu tempat. Apalagi itu diperkuat dengan sebuah temuan dari tim detektif swasta bahwa seseorang melihat Christabell di sebuah toilet umum di pom bensin.
Richard memandang cincin kawin yang melingkar di jari manisnya dan mengecupnya, "Aku pasti segera menemukanmu sayang, bertahanlah."Gumamnya dalam hati. "Bertahanlah." Bisiknya sekali lagi.
Dia benar-benar berambisi untuk menemukan isterinya yang hilang secepatnya. Dia bahkan berkonsultasi pada dokter kandungan Bell perihal kemungkinan apakah bayinya akan baik-baik saja mengingat kehamilan Christabell sudah mendekati waktu melahirkan, dan dia masih hilang hingga saat ini.
"Bertahanlah kalian berdua." Rahang Rich mengeras setelah mengucapkan kalimat itu dalam hatinya. Dia benar-benar merasakan getaran dalam dirinya yang sulit di deskripsikan, mungkinkah itu ikatan batin antara dia dan Christabell meskipun mereka berjarak ribuan mil jauhnya.