Aku terbangun dari tidurku setelah kami tiba di bandara Soekarno Hatta. Aku keluar dari dalam mobil lalu merentangkan badanku yang terasa pegal. Aku ingin mengambil koperku yang akan dibawa supir. Aku bisa melakukannya sendiri. Akan tetapi, Pak Bara memintaku untuk memberikan koperku kepada supir.
"Biarkan supir membawa kopermu!"
Dan sekali lagi, aku mematuhi perintahnya. Aku merasa aneh pada diriku sendiri. Aku tidak melawan. Bahkan, aku pasrah saja, saat aku tahu, aku dan Pak Bara harus duduk di baris kursi yang sama di kelas bisnis.
"Ini tiketmu."
"Kelas bisnis. Ini tidak salah, Pak. Saya biasanya jika ada tugas ke luar kota. Saya duduk di kelas ekonomi."
"Itu biasanya. Sekarang tidak. Apa kamu ingin melihatku duduk kesakitan di kelas ekonomi dengan kaki panjangku."
"Bukan untuk Bapak, melainkan buat saya. Jadi, Bapak tetap duduk di kelas bisnis."
