Senin, 15 oktober 2019
05:00 am.
Dini hari, Ashera sudah rusuh menyiapkan banyak hal sebelum ia berangkat sekolah. Bersih-bersih, menyiapkan lauk pauk, mencuci piring, semua pekerjaan rumah ia lakukan sebelum meninggalkan rumah.
"Kak Damar! Sarapannya sudah aku siapin ya. Aku berangkat sekolah dulu."
Tapi, nama yang dipanggil tidak menyahut. Akhirnya, Ashera menghampiri kamar sang kakak. Dengan hati-hati ia mengetuk pintu kamar.
"Kak.." ucapnya pelan.
"Iya iya berisik, udah sana berangkat aja," sahut kak Damar.
"Yaudah, aku berangkat dulu ya. Oh iya, hari ini kan hari senin, aku ada kerja part time di restoran, pulang malam." Lagi lagi, yang diajak bicara diam saja.
---
Ternyata waktu sudah menunjukan pukul 06:30, menyadari hal itu, Ashera segera berangkat ke sekolah agar tidak terlambat. Kebetulan jarak rumahnya dan sekolah tidak begitu jauh. Dengan berjalan kaki dapat ditempuh dengan 20 menit, terkadang ia naik sepeda menuju sekolah, tapi hari ini karena cuacanya sedang cerah, ia tidak ingin melewatkannya begitu saja. Ashera sangat suka mengamati langit ketika berjalan, apalagi sambil mendengarkan lagu dengan earphone tersumbat di telinganya, sepertinya dipanggil pun tidak akan dengar saking asiknya. Bahkan ia sering kali menabrak atau terjatuh, tetap saja ia tidak berhenti menatap langit. Suasananya membuat ia lebih bahagia dan bersyukur, katanya.
"Kalau jalan itu lihat ke depan, bukan ke atas. Liat nih, udah miring-miring gini jalannya," tegur Alodie.
Alodie adalah salah satu teman baik Ashera sejak kecil. Orang yang selalu berada di pihak Ashera apapun yang terjadi, orang paling pengertian dan paling tahu tentang Ashera.
"Langitnya terlalu bagus untuk disia-siain gitu aja, Die. Banyak orang yang terlalu sibuk dengan dunianya sampai gak tahu kalau sebenarnya memandang langit itu nenangin banget. Lo juga coba deh sekali kali."
"Shera, langitnya juga gak akan kemana-mana kalau pagi ini gak lo liat. Besok masih ada."
"Iya emang, besok langitnya masih ada. Tapi gue nya?" canda Shera dengan sedikit melirik Alodie untuk melihat ekspresi kesal temannya itu.
"IH APA SIH! Jangan bilang gitu ah, pokoknya besok, besok, dan besoknya lagi lo harus nempel terus sama gue," tegas Alodie.
"Itu kan kemauan lo doang, gak ada persetujuan dari gue. Bosen ah lihat lo mulu. Dah!" ujar Ashera dengan nada jahil sembari berlari meninggalkan Alodie.
"SHERA! TUNGGUIN GUE!"
---
Dua sekawan ini berhasil sampai di sekolah tepat pada waktunya walau sempat menunggu Alodie membeli sarapan di warung nasi uduk seberang sekolah. Mereka berjalan menelusuri koridor sekolah. Senyum di wajah Shera terpampang jelas, beberapa siswa menyapa Shera dengan hangat, "Sheraa", "Kak Shera", "Hai kak", "Pagi Ashera". Ia juga menyapa beberapa siswa yang ia kenal. Guru, bahkan staf sekolah juga ia sapa tiap paginya. Wajar saja, bukan hanya karena Ashera ramah ke semua orang, Ashera juga merupakan pelukis di sekolah ini, ia cukup sering melukis mural di beberapa dinding sekolah.
"Woy, bisa gak senyum secukupnya aja?," protes Alodie.
Ashera tertawa kecil. "Hahaha. Kenapa? Kan enak aja gitu pagi-pagi disenyumin, disapa, apalagi sama yang cantik gini. Iya engga?" balas Ashera dengan nada meledek.
"Cih, pede banget lo," ejek Alodie sambil menggelengkan kepalanya. Ia tidak habis pikir dengan teman yang satu ini.
Sesampainya di kelas, mereka segera duduk di bangku mereka karena kelas sudah hampir dimulai. Siswa yang lain juga sudah siap di bangkunya masing-masing. Guru mereka pun memasuki ruangan dan bersiap untuk memulai pelajaran. Kelas berlangsung seperti biasa. Saat itu Pak Budi yang mengajar dengan mata pelajaran ekonomi.
"Segitu dulu yang kita pelajari hari ini. Untuk minggu depan pelajaran dilanjutkan dengan presentasi. Bapak akan membagi kelompok untuk presentasi minggu depan."
Akhirnya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. "Asik! Gue sekelompok sama Arya," seru Alodie. "Giliran yang cakep-cakep aja, seneng lo," cetus Ashera.
Rakha terlihat menghampiri Ashera dengan sedikit senyuman terlihat di wajahnya. "Ra, kita sekelompok kan? Nanti pulang sekolah kumpul dulu ya buat bahas kerja kelompoknya."
"Oh, iya. Tapi nanti pulang sekolah gue ada urusan jadi gak bisa lama-lama, paling 10 menitan. Gak apa?" terang Ashera.
"Iya, gak masalah," ucap Rakha dengan cerah yang tak luput dari matanya.
Alodie memandangi Ashera dan Rakha dengan tatapan penuh arti. "Tuh kan Ra, Rakha kayaknya suka sama lo."
"Jangan mulai deh Die," cetus Ashera.
"Dibilangin. Emang lo gak ngerasa ada buih-buih cinta dari tatapannya Rakha? Nih ya, tiap Rakha ngeliat lo tuh-"
"Alodie, dia itu memang gitu ke semua orang. Emang anaknya aja yang ramah. Lagi pula, lo kan tau keadaan gue gimana. Pacar? Gue gak punya waktu untuk itu. Gak butuh juga, kan ada kamu," jelas Ashera dengan tatapan menggoda Alodie.
"Anjir merinding. Mau sampai kapan nempel sama gue terus? Tolong ya Ra, gue juga mau punya pacar. Dan, sekali-kali menikmati hidup kayak anak SMA pada umumnya gak apa kali. Jangan mikirin hal-hal yang berat melulu. Terus, tadi pagi lo sempat sarapan dulu gak? Jangan bilang gak sempat. Lo aja bisa ngurus ini itu dulu sampai bikinin sarapan buat abang lo, masa lo sendiri gak makan," tutur Alodie yang sepertinya sudah lelah harus selalu mengingatkan Ashera untuk lebih memperhatikan dirinya.
Walau sedang diomeli oleh sahabatnya, Ashera tersenyum. Memang banyak hal di dunia nampak kejam untuknya, tapi setidaknya untuk saat ini, ia ingin bersyukur karena kehadiran Alodie yang selalu peduli kepadanya.
"Bisa-bisanya senyum sekarang. Jawab, udah sarapan atau belum?"
"Sudah, Alodie sayang," sahut Ashera.
"Gak usah sayang-sayangan."
---
Waktu pun berlalu dan sekarang sudah menunjukkan pukul 12.00, waktunya istirahat. Saat jam makan siang seperti ini, kelas kosong, karena mayoritas siswa pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka. Lorong kelas yang tadinya sunyi saat jam belajar, kini ramai oleh para siswa. Beberapa siswa senang menghabiskan waktu di pinggir koridor. Ada yang mengobrol, bermain, atau sekedar jalan-jalan saja agar tidak bosan.
"Shera, ayo ke kantin," ajak Fadira.
Shakira yang tadi sibuk merapikan mejanya juga ikut menghampiri mereka. "Die, ayo."
Fadira adalah teman Ashera dan Alodie sejak SMP, sedangkan Shakira, mereka dekat semanjak ia duduk sebangku dengan Fadira di SMA.
"Gue gak ke kantin dulu deh hari ini, nitip air minum aja," balas Ashera.
"Kenapa?" tanya Shakira.
Ashera mengambil drafting tube yang ia sangkutkan di kursinya. "Mau ngerjain ini."
"Ada lomba lagi?" tanya Alodie.
"Iya."
"Terus makan siang lo gimana?"
"Bawa roti," jawab Ashera sambil mengeluarkan roti dari kolong mejanya.
"Yaudah kita ke kantin dulu ya," ujar Fadira.
"Iya."
Ashera kini sendirian di ruang kelasnya. Ia merogoh kantong seragamnya mencari earphone kesayangannya. Diputarnya lagu-lagu favorit untuk menemaninya seraya ia melanjutkan desain untuk lomba tersebut.
Tanpa terasa 30 menit berlalu dengan cepat. Ashera masih asik dengan gambarnya. Roti yang tadi ia bawa pun telah ia habiskan. Satu per satu siswa sudah mulai memasuki ruang kelas, mereka terlihat lebih cerah setelah memenuhi rasa lapar. Teman-teman Ashera
pun sudah kembali dari kantin.
"Nih, minum lo."
"Makasih."
Mereka kembali ke tempat duduk masing-masing sebab waktu istirahat hampir usai.
"Lo gak apa makan roti doang? Bukannya nanti ada part time?" tanya Alodie dengan sedikit khawatir.
"Gak apa. Udah kenyang kok makan roti aja," jawab Ashera agar temannya itu tidak terlalu mengkhawatirkannya.
"Btw, lo ada lomba lagi? Kali ini hadiahnya berapa?"
"500 ribu," bisik Ashera.
"Wah, lumayan."
"Iya kan? Bentar lagi kak Damar ulang tahun, jadi gue ambisius kali ini buat dapetin hadiahnya. Tenggat waktunya masih bulan depan jadi gue bisa lebih usaha biar menang," ujar Ashera dengan penuh tekad.
Mengingat tak sampai tiga bulan lagi kak Damar ulang tahun, sebenarnya Alodie sangat cemas. Namun, ia tidak menunjukkan itu dihadapan Ashera.
"Gila, kalau gue bisa terlahir kembali, gue mau banget tuh jadi abang lo. Kapan lagi bisa punya adek sebaik dan sepengertian lo, kak Damar beruntung banget! Iri deh," pungkas Alodie.
"Aduh aduh, Alodie iri yah? Iya? Iri iya?" ledek Ashera.
"Apa sih. Hahaha," tawa Alodie yang geli sendiri melihat Ashera bertingkah sok imut.
---
Bel pulang sekolah sudah berdering 5 menit yang lalu. Semua siswa terlihat lebih hidup dibandingkan tadi, sebelum waktu pulang sekolah. Beberapa siswa sudah beranjak dari kelas. Ada yang berniat langsung menuju kasur sesampainya di rumah, ada yang sudah janjian dengan teman atau pacarnya untuk pergi ke bioskop, ada juga yang tidak bisa pulang karena harus langsung menuju tempat les untuk belajar lagi. Dan, Ashera yang tidak henti-hentinya menatap jam karena khawatir shiftnya sudah dimulai.
Rakha dan teman sekelompoknya yang lain sudah selesai rapi-rapi dan mulai berkumpul untuk membahas kapan mereka akan melaksanakan kerja kelompok. Karena ternyata bukan hanya Ashera yang sedang diburu waktu.
"Jadi, kapan dan dimana kita mau kerja kelompok? Waktu kita 2 minggu dari sekarang," ujar Rakha.
"Gimana kalau di kafe blue light dekat sekolah?" usul Dinda.
Ashera sedikit menimbang-nimbang. Kafe blue light? Apa gak terlalu mahal? Harus hemat, batin Ashera
"Setuju aja," balas Rakha, "yang lain gimana?"
"Ayo aja."
"Ashera?"
"Ya? Oh. Hmm, kalau di kafe takut keramaian gak sih? Takut rada ganggu gitu. Gimana kalau di rumah aja? Ada yang mau minjemin rumahnya buat dipake kerja kelompok gak?" usul Ashera.
"Iya juga sih, gimana ada yang sependapat?" tanya Rakha.
"Boleh, mau di rumah siapa?" ujar Dimas.
"Rumah gue bisa sih. Mulai lusa di rumah gue aja, gimana?" ujar Rakha.
"Sip." semua anggota setuju dengan hasil keputusan diskusi. Terutama Ashera yang berhasil berkompromi.
"Ya sudah, sisanya kita bahas di grup chat ya."
Karena diskusi telah berakhir, semua orang beranjak dari kelas untuk meninggalkan sekolah, begitu juga dengan Ashera. Ia terburu buru pergi meninggalkan kelas karena tidak ingin terlambat. Rakha yang melihat itu mempercepat jalannya untuk menyusul Ashera.
"Shera!" panggil Rakha dengan mencoba menyusul langkah Ashera.
Ashera terhenti karena mendengar Rakha memanggil namanya. "Ada apa lagi Rak?"
"Lo mau kemana kok buru-buru banget?"
"Ohh itu. Ada janji sama temen," jawab Ashera. Bohong.
"Gue anter aja kalau gitu, biar cepet."
"Gak usah. Itu apa namanya.. Jauh. Iya, jauh tempatnya, gak enak kalau nebeng. Gak apa kok." alasan.
"Oalah. Yaudah kalo gitu. Ini ambil, tadi gue liat pas jam makan siang lo cuma makan roti. Kebetulan tadi gue pesen tapi ternyata udah kenyang, daripada mubazir. Belum gue sentuh sama sekali."
"Jadi lo kasih gue makanan yang gak mau lo makan?"
"Eh? Gak gitu maksud gue. Maksudnya ya sayang aja gitu soalnya kan-" jawab Rakha gugup. Ketara sekali di wajahnya, sibuk berpikir penjelasan apa yang harus digunakan. Dahinya mulai sedikit berkeringat karena gugup. Matanya tak henti-hentinya bergerak, tidak bisa menatap orang yang bertanya.
Tanpa sadar, Ashera tertawa kecil. "Eh? Kok lo ketawa?" tanya Rakha bingung.
"Hahaha. Gak kok. Sini nasi bungkusnya. Makasih ya," ujar Ashera dengan senyum yang masih tersisa di wajahnya.
"Sama-sama," ucap Rakha dengan senang.
Ashera teringat bahwa ia harus cepat. Ia pun berlari kecil meninggalkan sekolah.
"Hati-hati dijalan!"
Ashera berbalik dengan kaki yang masih melangkah cepat dan melambaikan tangannya meninggalkan sekolah.
Hahaha. Pertama kali Ashera melihat Rakha yang seperti ini. Lucu juga.