Hari ini adalah hari yang cukup melelahkan bagi Ashera. Badannya terasa letih dan berkeringat. ia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum melakukan aktivitas lainnya. Salah satu hal kecil yang dapat membuat Ashera bahagia adalah kegiatan membersihkan diri. Terdengar aneh ya? Tapi ini serius, menurut Ashera, saat mandi rasanya semua hal yang sulit dan membebani seperti hilang begitu saja. Tubuhnya jadi terasa ringan saat bersih dan wangi. Seperti terlahir kembali katanya, aneh-aneh saja.
"Ah, segarnya," gumam Ashera dengan handuk yang terlilit di kepalanya.
Suara lagu favoritnya mengisi tiap sudut ruangan yang sepi. Ia mengeluarkan makanan yang tadi diberikan oleh pak Dendi dan merapikannya. Dipindahkan ke tempat yang lebih kecil agar mudah disimpan di dalam kulkas. Ia merapikan jaket dan tas yang tadi ia letakkan begitu saja di atas sofa. Lalu, tak lupa untuk mencuci pakaian kotor hari ini, mengangkat jemuran dan menggantinya dengan pakaian yang baru saja dicuci. Hal-hal seperti ini merupakan keseharian bagi Ashera dan ia juga mulai menikmatinya.
Setelah semuanya sudah beres. Ia masuk ke dalam kamar dan mengisi jurnalnya. Ia menulis banyak hal disana. Seperti apa yang terjadi hari ini, apa yang akan ia lakukan besok, dan juga hal-hal yang akan datang.
Senin, 15 oktober 2019
Hari ini juga bahagia.
Selesai menulis dan mengecek jurnal, ia mengerjakan PR yang hari ini berikan karena Ashera paling tidak suka membiarkan pekerjaan menumpuk. Selama mengerjakan PR biasanya Alodie menelpon karena ia paling tahu kalau Ashera sebenarnya benci merasa sendirian. Dan benar saja, handphone Ashera berbunyi dan kontak Alodie muncul di layarnya.
"Hai sayang, kamu lagi apa?" suara jahil Alodie terdengar dari seberang sana.
"Hoek."
"Hahahaha." mereka berdua tertawa.
"Woy, apaan sih ini. Dua cewek SMA jam segini telponan, sedih banget," ujar Alodie lesu.
---
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul tengah malam. Sudah sejam yang lalu sejak Ashera dan Alodie memulai percakapan, tetapi sepertinya topik pembicaraan tidak pernah habis diantara mereka berdua. Ashera pun sudah selesai mengerjakan PR-nya.
"Gak kerasa udah tengah malem aja," celetuk Alodie.
Ashera melirik jam yang terpajang di dinding kamarnya. "Oh iya, yaudah istirahat aja die sekarang, tidur."
"Yang butuh istirahat tuh siapa sih sebenernya," sindir Alodie.
"Hehe, gue masih belum ngantuk. Mau ngerjain gambar dulu sebentar, baru tidur."
"Masih susah tidur?" tanya Alodie cemas.
"Udah gak terlalu kok, bentar lagi juga bisa tidur. Lo tidur aja, gue matiin ya?"
"Hmm, gambarnya maksimal sejam aja abis itu tidur ya? Besok kan sibuk lagi."
"Sip, good night Alodie sayang, mwah," ujar Ashera dengan tawa yang renyah.
Alodie tahu sekali saat ini temannya itu sedang tersenyum dengan mata terpejam. Ashera memang mempunyai eye smile yang indah. Sayang sekali Alodie tidak tahu apakah senyum itu sungguhan atau palsu, apakah saat Ashera tersenyum ia benar-benar bahagia atau tidak. Alodie juga sering dikelabuinya.
"Shera," panggil Alodie.
"Apa lagi?"
"SEMANGAT!"
"Apa sih bikin kaget aja," sahut Ashera terkejut dengan teriakan Alodie yang begitu tiba-tiba.
"Kamu pasti bisa Ra! everything will be fine, trust me!"
Ashera terdiam. Kata-kata Alodie berhasil membuatnya goyah.
"Iya. Gue matiin ya? Bye." Ashera memutuskan teleponnya.
Saat ini ia sedang berbaring diatas kasur menghadap langit-langit kamarnya. Tertempel stiker bintang-bintang glow in the dark yang dahulu ia pasang bersama ayahnya.
(Flashback mode: ON)
"Papa.. Shera sudah besar, mau punya kamar sendiri.." rengek Ashera yang berusia 5 tahun.
"Emang Shera yakin berani tidur sendiri tanpa papa sama mama?" ujar ayahnya lembut.
"Yakin pa. Mama.. ayo dong, boleh ya? Shera sekarang sudah mau masuk SD, Odie juga sekarang sudah gak tidur sama papa mamanya lagi, " desak Ashera sambil menggoyang-goyangkan ibunya.
Akhirnya setelah bujuk-membujuk. Ashera berhasil mendapatkan kamar pertamanya.
"Shera mau hias-hias," pinta Ashera.
Sore itu, mereka sekeluarga pergi membeli peralatan untuk kamar baru Ashera. Ia sangat bersemangat hingga tak bisa berhenti berlari-lari kesana kemari saat tiba di toko furniture. Kak Damar sangat kesulitan mengikuti adiknya yang satu itu.
Selesai membeli barang-barang yang dibutuhkan. Sang ayah membantu Ashera memasang hiasan untuk kamarnya.
"Papa, yang glow in the dark," seru Ashera penuh gembira.
"Hahaha, oke bentar papa pasangin ya."
"Hati-hati pa," ujar ibunya lembut yang sedang memegangi tangga agar ayah Shera bisa menaiki tangga dengan aman.
"Nah, sudah. Coba matikan lampunya."
Ibu Shera mematikan lampunya dan segera bintang-bintang yang dipasang pun bersinar.
"Wahh..." ucap Ashera takjub, "papa memang the best!"
"Hahaha, senang?"
"Banget!"
Mereka semua tertawa sambil melihat bintang-bintang di langit-langit kamar.
(Flashback mode: OFF)
Tanpa sadar, air mata mengalir membasahi pipi Ashera. Dengan cepat ia hapus air matanya dan menghela napas berat. Ingatan itu kembali muncul. Air mata tak henti-hentinya keluar dari mata indah Ashera. Ia tak kuasa menahan pedih di hatinya. Ia menepuk bahunya pelan, mencoba menenangkan diri.
"Gak apa, gak apa, gak apa," gumam Ashera.
---
Malam berlalu begitu saja untuk Ashera. Matanya mengerjap, ia melihat ke arah jendela, cahaya pagi menembus jendela dan menyinari kamarnya. Ternyata hari sudah cerah, ia ketiduran semalam. Ia mengecek jam di ponselnya.
"HAH? UDAH JAM 6?" jerit Ashera. Ia kesiangan. Lekas Ashera keluar kamar dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
"KA DAMAR! AKU BERANGKAT YA. UDAH KESIANGAN. SARAPAN NYA TINGGAL PANASIN MAKANAN DI KULKAS," seru Ashera terburu-buru.
Segera ia meninggalkan rumah. Karena waktu sudah tak banyak, Ashera menaiki sepedanya dan dengan kecepatan penuh ia menuju sekolah. Untung saja Ashera sampai tepat pada waktunya, sebelum gerbang sekolah tertutup sempurna.
Huft. Hampir aja, batin Ashera. Napasnya masih tidak beraturan karena kelelahan mendayu sepeda menuju sekolah.
"Shera!" panggil Alodie saat Ashera memasuki ruang kelas.
Ashera menghampiri tempat duduknya di sebelah Alodie. "Lo kesiangan?" tanya Alodie.
"Iya," jawab Ashera sembari mengeluarkan tempat pensil dan buku sekolahnya.
"Dasar," cetus Alodie.
Beberapa saat kemudian guru yang mengajar pun masuk kelas. Semua siswa langsung duduk di tempatnya masing-masing, sang KM menyiapkan kelas agar kegiatan belajar dapat dimulai.
Begitulah akhir dari pagi yang cukup heboh bagi Ashera, sekarang sekolah berjalan seperti biasa. Jam pertama adalah mata pelajaran matematika. Semua siswa kelihatan murung dan tidak bersemangat.
"Baru aja tubuhnya olahraga, sekarang otaknya dipaksa olahraga juga," bisik Ashera.
"Diem aja deh, lo kan ngerti," ketus Alodie.
Ashera langsung bungkam dan menatap Alodie cemberut.
---
Jam pelajaran sudah selesai dan sekarang waktunya siswa untuk melepas penat. Selain menguras otak, berpikir juga mengundang lapar. Apalagi pagi ini Ashera tidak sempat sarapan.
"Ayo Ra," ajak Alodie. Fadira dan Shakira sudah menunggu di depan pintu kelas.
"Hmm, gak deh. Kalian aja ke kantin."
"Lo makan apa?"
"Roti hehe," ujar Ashera lalu menunjukkan bungkus roti di tangannya.
"Buset, lo punya pabrik roti Ra di rumah?" cibir Alodie, "Gue tahu lo belum sarapan kan."
"Wah, Alodie! Lo sekarang cenayang ya?" kata Ashera cengar-cengir.
"Gak usah bercanda. Sekarang lo harus ikut ke kantin, ayo cepet," paksa Alodie sambil menarik tangan temannya itu.
"Mau gambar... semalem gue gak jadi gambar gara-gara ketiduran.." keluh Ashera.
"Jangan bikin kesel, gue lagi laper," tegas Alodie tetap berusaha memaksa Ashera, "heran makan aja perlu dipaksa-paksa."
Ditengah perdebatan mereka berdua, tiba-tiba muncul seorang siswa di depan pintu kelasnya seperti mencari seseorang.
"Ashera! Shera!"
"Apaan?" jawab Ashera yang langsung berdiri melarikan diri dari Alodie. Alodie menatap sinis.
"Lo dipanggil bu Rahma di ruang wakepsek."
"Kenapa?"
"Gue juga gak tahu. Cuma disuruh cepet datang."
"Bilang bu Rahma, Asheranya mau makan dulu," sela Alodie.
"Hush," tegur Ashera melempar tatapan sinis.
"Apa?" ucap Alodie dengan gerakan di mulutnya.
"Oke, makasih ya," ujar Ashera kepada siswa tersebut.
"Dengerkan? Dah gue mau ke ruang wakepsek dulu," cetus Ashera meninggalkan Alodie begitu saja.
---
"Oh? Ashera, sini," panggil bu Rahma begitu Ashera sampai di ruang guru.
Ashera menghampiri bu Rahma. "Ada apa bu?"
"Iya, jadi gini, mau ada lomba antar sekolah. Nah, kamu mau ibu daftarkan sebagai perwakilan sekolah," ungkap bu Rahma.
"Lomba apa bu?" tanya Ashera kebingungan.
"Nanti ibu jelaskan kalau partner kamu sudah datang."
"Partner? Siapa bu?"
Belum sempat dijawab oleh bu Rahma, orang yang dibicarakan memasuki ruangan.
"Itu dia sudah datang," tunjuk bu Rahma.
Ashera berbalik untuk melihat siapa orang yang dimaksud oleh bu Rahma. Seorang laki-laki masuk dan berjalan ke arahnya.
"Manggil saya bu?" ujar laki-laki itu dengan suara barintonnya.
"Iya, ibu mau membicarakan sesuatu sama kalian berdua."
Ashera dan laki-laki itu diam. Tidak ada yang merespons. bu Rahma menatap mereka berdua. Membaca situasi yang canggung, akhirnya bu Rahma memutuskan untuk menghidupkan suasana.
"Kayaknya kalian belum saling kenal. Kenalan dulu dong, ini Lael Adinata dari kelas 11 IPA 3 dan ini Ashera Airina dari kelas 11 IPS 1. Ayo kenalan," tutur bu Rahma.
Mereka kini saling bertatapan. Mata mereka berdua bertemu, Ashera tersenyum ramah.
Laki-laki di hadapan Ashera menjulurkan tangannya. "Lael Adinata," ujarnya.