"Kamu tercipta ceroboh dan aku tercipta untuk menjagamu."
Libur akhir semester telah usai, semua siswa-siswi kembali ke rutinitas biasanya yaitu ; bangun pagi, sarapan lalu berangkat sekolah. Shalat subuh tidak usah disebut karena itu sudah menjadi kewajiban bagi seluruh umat muslim tentunya.
Gerbang sekolah sudah mulai dipadati para siswa-siswi walau ini masih terbilang pagi, mungkin mereka sedang bersamangat karena ini hari pertama masuk sekolah setelah liburan panjang. Ingin cepat-cepat belajar mungkin itu adalah alasan sampingan karena alasan utamanya ingin segera bertemu teman, sahabat, gebetan, mantan dan paling utama ... pacar.
Seragam sekolah dengan setelan jas hitam serta rok tartan hitam selutut untuk perempuan dan celana hitam panjang untuk laki-laki melekat indah di tubuh semua siswa-siswi SMA Start Internasional School.
Senyum tanda kebahagian terbit di setiap anak termasuk kepada kedua gadis yang sekarang baru memasuki gerbang sekolah. Kedua gadis itu berjalan sambil sesekali bersenda gurau seakan melepas rasa rindu selama liburan kemarin.
"Gila, gue seneng banget udah masuk sekolah. Kesel gue liburan diem mulu di rumah kerjaannya. Nasib jomblo memang kayak gini," kata salah satu gadis yang rambutnya dikuncir kuda.
"Lebay banget sih lo," ujar gadis di sampingnya yang selalu memakai jepit di rambut sebelah kiri.
"Iya dah iya. Lo mah kan udah punya dambaan hati jadi wajar aja kalau lo enggak kesepian," ledek Felly ... sahabat gadis yang selalu memakai jepit di rambutnya.
Adelia ... nama si gadis yang memiliki ciri khas, memakai jepit di rambut sebelah kiri yang jepitnya selalalu berbeda setiap harinya. Senyumnya tipis namun terlihat sangat manis dan sekali senyum bisa langsung memikat hati siapa saja yang melihatnya. Sifatnya yang hangat dan mudah terbuka sama siapa saja menjadi point plus nilai positifnya, bahkan tak sedikit para kaum Adam yang selalu mengunjungi Adelia hanya untuk saling sapa atau memberikan makanan.
"Gue? Punya dambaan hati? Ngaco aja lo,"' ujar Adelia.
Felly berdecak kesal. Pasalnya sahabatnya hanya memiliki kekurangan satu di mata Felly ... kurang peka. " Gak usah ngelak, lo kan lagi deket sama salah satu cogan di sekolah ini. Gue heran deh sama lo, lo itu emang bego apa pura-pura bego. Jelas-jelas dia itu suka sama lo."
"Gue beneran gak ngerti. Yang lo maksud itu siapa?" tanya Adelia meminta penjelasan.
"Itu si cogan kedua di kelas XI Ips 02." Setelah mengatakan itu Felly langsung berjalan cepat meninggalkan Adelia yang masih diam di belakangnya dengan tatapan mata seolah-olah ingin memakan Felly hidup-hidup.
Setelah mengerti dengan maksud ucapan Felly, Adelia langsung bergegas berlari mengejar Felly yang sudah jauh di depannya. Sedangkan di sisi lain, Felly berusaha mempercepat langkahnya karena dia tahu bahwa kalau Adelia sudah kesal aura macannya akan keluar dan seakan lupa bahwa yang dia serang adalah temannya bahkan sahabatnya sendiri.
"Berhenti lo, Felly!" teriak Adelia dan mengabaikan tatapan aneh dari siswa-siswi yang berada di koridor sekolah.
"Ogah. Gue gak mau nyerahin diri buat diterkam macan kayak lo," jawab Felly lalu mulai masuk ke dalam kelas dan bersembunyi di salah satu kolong meja.
Semua teman-temannya yang melihat gelagat aneh dari Felly hanya menatap Felly heran. Rama ... sang ketua kelas berjalan mendekati Felly lalu berjongkong untuk menyeimbangkan tinggi badannya.
"Lo kenapa? Dikejar guru piket?" tanya Rama.
"Enggak. Gue dikejar macan," jawab Felly.
Kening Rama berkerut, dia masih berusaha mencerna jawaban dari mulut Felly. "Macan? Masa iya di sekolah ini ada macan?"'
"Ada. Tuh!" ujar Felly lalu menunjuk seseorang yang baru saja memasuki kelas.
"FELLY! WOII! DI MANA LO?" teriak Adelia lantang seperti seorang preman yang ingin menagih setoran.
Di tempatnya Rama hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua sahabat itu. Keberadaan Adelia dan Felly memang menjadi keramaian di kelas mereka seakan-akan mereka adalah jantung di kelas XI Ips 1. Ketidak hadiran mereka di kelas bisa saja membuat kelas mati.
"Ada-ada aja lo," ujar Rama.
"Udah ah sana, nanti gue ketahuan lagi," kata Felly dengan tangan yang dikibas-kibaskan.
Tanpa menjawab, Rama-pun bangkit lalu mulai berjalan menghampiri teman laki-lakinya yang sedang berkumpul di meja belakang.
"Felly, keluar lo! Gak usah cemen," panggil Adelia sambil berjalan mengelilingi kelas.
Lelah mencari kebaradaan Felly, Adelia-pun memilih duduk di salah satu bangku kosong yang berada di barisan kedua dan di deretan terakhir dari arah pintu masuk kelas.
"Awas ya lo, Fell!" gerutu Adelia lalu mulai menyimpan tasnya di atas meja.
Sedangkan di tempatnya, Felly sedang mati-matian menahan rasa gugupnya. Dalam hati Felly berdoa kalau Adelia mendadak amnesia sementara.
Adelia merasa kesemutan, lalu kakinya dia hentak-hentakan ke lantai agar rasa geli itu cepat hilang namun seperkian detik kemudian dia dikejutkan dengan suara seseorang yang menjerit di kolong meja.
"WADAW SAKIT!"
Cepat-cepat Adelia langsung menengok ke bawah lalu matanya melotot tatkala dia melihat sosok Felly sedang berjongkong dengan mulut yang meniup-niup tangannya yang tadi sempat diinjak dirinya.
"Lo ngapain di situ?"' tanya Adelia.
"Lo sadis amat ya sama gue, gue kan sahabat lo," lirih Felly tanpa menjawab pertanyaan Adelia.
Adelia memasang bola matanya malas. Jelas-jelas dirinya tidak tahu apa-apa tapi kenapa malah dia yang disalahkan.
"Gue kan gak salah. Gue hanya duduk di sini dan lo ngapain duduk di bawah jelas-jelas sekolah ngasih ini kursi buat lo dudukin bukan buat ditonton," cerocos Adelia.
"Gue kan diem di sini buat nyelamatin diri dari lo," kata Felly berusaha membela diri.
"Emangnya gue hewan buas pake nyebut nyelamatin diri segala. Udah ah, gue mau ke toilet dulu kalau ada guru masuk bilang gue izin ke toilet," ucap Adelia lalu beranjak dari duduknya dan bergegas keluar dari kelas.
Di tempatnya Felly masih setia mengamati tangannya yang sempat diinjak Adelia. Meskipun begitu, Felly merasa lega karena Adelia tidak jadi mengamuk. Setidaknya usahanya tidak sia-sia.
Felly keluar dari persembunyiannya lalu matanya langsung disambut oleh tatapan mata Rama yang memang duduk di belakang bangkunya. Namun ada yang janggal, Felly yakin bahwa tatapan mata Rama adalah tatapan mengejek.
"Kenapa lo?" tanya Felly.
"Enak ya diinjek?" Rama balik bertanya dengan disertai senyuman ejekan.
"Enak banget apalagi kalau ditambah sambal. Mantap banget kayaknya."
Rama tertawa renyah membuat Felly semakin kesal. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa karena dia sudah terlanjur malu.
"Lagian lo sok-sokan ngumpet. Kayak bocah lo," ledek Rama.
"Diem atau mulut lo gue sumpel pake sepatu?" ancam Felly.
Bukannya takut, Rama malah semakin tertawa. Sekarang dia tidak sendiri karena teman-teman Rama juga ikut tertawa.
"Ngeselin lo pada," gerutu Felly lalu memalingkan wajahnya dari hadapan Rama dan juga teman-temannya.
Di sisi lain, Adelia berjalan tergesa-gesa karena bel masuk akan segera berbunyi. Beruntung suasana toilet sepi sehingga dia tidak harus menunggu lama. Karena biasanya walaupun pagi-pagi toilet perempuan sudah penuh, banyak siswi-siswi yang berdandan di toilet katanya takut rambutnya berantakan, bedaknya luntur atau apapun yang menurut Adelia lebay.
Selama perjalanan menuju kelas, Adelia tak henti-hentinya melirik jam tangan yang dia kenakan di tangan kirinya. Dia tidak ingin telat di hari pertamanya yang menyandang gelar kelas XI.
"Baru juga masuk masa gue harus telat," dumel Adeli.
Tanpa dia sadari, tali sepatunya tidak terikat sebelah. Dan jauh di belakangnya ada seorang laki-laki yang memang sejak tadi memperhatikan gelagat Adelia.
Laki-laki itu berdecak kesal. Gadis yang dia perhatikan masih tetap sama, ceroboh.
Di sela-sela perjalannya, tidak sengaja kakinya menginjak tali sepatu yang memang sejak tadi tidak terikat dan detik itu pula, Adelia langsung tersungkur jatuh.
Dengan sigap, laki-laki yang ada di belakangnya langsung berlari menghampiri Adelia lalu membantunya untuk bangun.
"Hati-hati dong. Jangan ceroboh mulu!" omel laki-laki itu lalu mulai mengikatkan tali sepatu Adelia.
Adelia terpaku. Dia tidak menyangka laki-laki yang ada di hadapannya adalah dia. Dia yang sedari dulu sudah memikat hatinya.
"Makasih," ujar Adelia.
Laki-laki itu mengangguk sembari tersenyum manis yang detik itu pula langsung membuat hati Adelia memanas.
"Berapa kali gue bilang. Jangan ceroboh!" ujar laki-laki itu sambil menyentil kening Adelia.
Belum sempat keadaan hati dan jantungnya membaik, detik itu pula Adelia dibuat semakin membisu.
"DIKTA!" tegur Adelia.
Dikta Bramasta. Itu adalah nama laki-laki yang sedang berdiri di hadapan Adelia sambil memasang senyuman lebar yang sukses membuat Adelia ikut tersenyum.
Sikapnya yang selalu manis membuat Adelia selalu nyaman berada di dekat Dikta. Bagi Adelia, Dikta selalu mengerti dengan apa yang dirasakan dirinya. Dikta selalu tahu apa yang dirinya suka dan apa yang dirinya tidak suka. Yang jelas Dikta selalu mengetahui tentang dirinya tapi tidak tahu tentang perasannya.
"Apa Adelia Azzahra?"' tanya Dikta.
Adelia tidak menjawab. Dia baru ingat sesuatu. " Kelas! Ya ampun gue lupa, gara-gara lo nih gue jadi telat masuk kelas," ujar Adelia lalu bergegas pergi meninggalkan Dikta yang saat ini sedang geleng-geleng kepala melihat tingkah Adelia.
"Woi, Dik! Lo ngapain bengong di sini?"
Mendengar teguran itu, Dikta langsung menoleh ke belakang dan nampaklah Alex ... sahabat Dikta sedari kelas X.
"Biasa, nyari mangsa," jawab Dikta enteng membuat Alex memandang Dikta kesal.
"Baru juga masuk masa lo udah mau beraksi aja."
"Udahlah ayo masuk kelas, gue gak mau nilai gue jelek di awal kelas sebelas," ucap Dikta lalu menarik Alex pergi menuju kelasnya.
*Bersambung*
Thanks for Reading!
Salam, Oktaviani