Chereads / The Secret of Bad Boy / Chapter 23 - KALAH

Chapter 23 - KALAH

Gue tersenyum sok cantik di depan cermin. Ujian udah selesai dari tiga hari yang lalu. Dan hari ini adalah pengumuman nilai Kimia dan Bilogi. Hari yang paling gue tunggu, karena cuman pelajaran Kimia yang gue yakin nilainya bakal memuaskan.

Setelah dirasa penampilan gue udah rapi. Gue keluar dari toilet, lalu jalan menuju kelas.

Di otak gue masih ada bayang bayang wajah ganteng Carol yang duduk di samping kursi gue. Tapi muka gue langsung berubah jadi kecut waktu nemuin Pete yang lagi duduk.

Kayanya gue harus kembali membiasakan diri. Melupakan bahwa Carol itu sebangku gue. Karena nyata nya, sebangku 'abadi' gue untuk satu tahun ajaran ini adalah PETE SENGAH!

"Eh, Cabe udah dateng."

"Eh, Pete tumbenan sampainya pagi," sindir gue balik.

"Oh iya dong. Ada pengumuman Kimia, neh."

Gue mangut mangut mengerti. Segitunya, kah, dia suka Kimia?

Gak lama kemudian bel bunyi lalu Bu Widya masuk ke kelas.

"Selamat pagi anak anak," sapa Bu Widya seperti biasa.

"Pagi bu," jawab kami kompak.

"Seperti yang sudah ibu umumkan di grup kelas kemarin. Hari ini akan ada perbaikkan nilai untuk pelajaran Kimia dan Biologi. Untuk yang tidak ada perbaikkan nanti akan membuat yel yel kelas untuk kelas meeting nanti."

Satu kelas masih diam, simak mendengarkan.

"Nilai ujian Kimia dan Biologi kalian sudah dicetak dan ditempel di papan pengumuman. Kalian boleh lihat sekarang. Untuk yang nilainya dibawah KKM, segera melapor ke guru matapelajaran untuk perbaikkan."

"Baik, Bu!"

Teman teman langsung keluar kelas menuju tempat papan pengumuman berada.

Gue menghadap ke Pete.

"Udah siap lo, Pete?" tanya gue seakan nilai gue pasti lebih tinggi dari Pete. Sombong.

"Sombong amat, nih, Cabe."

# # #

Mata gue bergerak cepat mencari papan pengumuman khusus kelas 12.

Masalah nya di ruangan ini benar benar rame. Satu sekolah, anak IPA, ngumpul di sini semua dengan tujuan yang sama. Ngeliat nilai.

Gue tersenyum senang ketika berhasil melihat kerumunan temen temen gue lagi ngerumunin papan. Itu pasti papan pengumuman kelas 12.

Gue berjalan membelah lautan manusia, mendekat ke kerumunan itu. Sedangkan Pete, tanpa gue sadari dia ikutin gue dari belakang. Enak banget dia tinggal ngekor gue. Padahal gue udah susah susah ngeminggir-minggirin orang.

Sampai di kerumunan kelas 12, masalah gue belum kelar.

Tinggi gue tidak mencukupi untuk melihat kertas nilai nya.

Gue menghela napas berat.

Gini amat jadi orang pendek. Tertutupi oleh mereka yang tinggi tinggi.

Gue menarik napas dalam dalam, bersiap menemnus kerumunan.

"Misi-misi-misii!" teriak gue sambil ngedorongin temen. Maafkan aku ya. "Air panas air panas!"

Gue udah sampai di bagian paling depan? Belum.

Gue ngadep ke belakang, ngerasa ada yang ketawa gitu. Waktu gue mendongakkan kepala gue, di situ Pete lagi berdiri sambil ketawa. Enak, ya, jadi orang tinggi. Ga usah susah susah membelah kerumunan aja udah bisa liat nilainya.

Mata kita ketemu dan saat itu juga dia tersenyum sengah super menjengkelkan.

Pete ngegerakin dagunya menunjuk ke papan nilai, menyuruh gue untuk ngeliat. Karena gue yakin, dia sendiri udah liat nilai dia dan atau nilai gue juga.

Lah kenapa, nih?

Gue mulai curiga.

Gue masuk lagi kedalam kerumunan, desak desakkan.

Waktu sampai di garda terdepan, mata gue membelalak sempurna. Urutan nya disusun berdasarkan nilai tertinggi dalam 1 angkatan.

NILAI UJIAN KIMIA

KELAS 12

1. Hans Peter Rafael - 12A2 - 100

2. Elora Pricillya Anette - 12A2 - 98

3. Jean Angelina - 12A2 - 92

4. Carolus Dean - 12A1 - 90

5. Arjuna Putra Nugroho - 12A3 - 90

6. Queen - 12A1 - 90

7. Elios Zeff - 12A2 - 90

8. Enricko Hanzael - 12A3 - 88

9. Antonius Putra - 12A1 - 88

10. Putri Adela Naomi - 12A1 - 86

11...

12...

.

.

.

105. Leonardus Sebastian - 12A2 - 48

.

.

.

.

120. Iqbal Rayub Sigit - 12A3 - 26

Gue terus baca itu berulang ulang. Atau lebih tepat nya baca bagian nama gue dan Pete berulang ulang.

Gue sendiri cukup syok liat nilai gue.

Gue ga kaget kalau Pete bisa dapet 100. Tapi yang gue kagettin di sini adalah nilai gue.

Demi apapun, selama hampir 3 tahun sekolah di sini, gue belum pernah yang namanya ga dapet 100 waktu Ujian Kimia. Nama gue pasti selalu berada di bagian paling atas kertas pengumuman nilai gini.

Tapi ini kenapa?

Ada masalah apa?

Gue salah di bagian mana?

Gue udah baca ulang ulang, berharap mata gue salah. Tapi nyata nya, ga ada yang berubah.

Jadi, ini artinya gue kalah dari Pete?

Gue harus ngelakuin tantangan dari dia, donk, sesuai kesepakatan waktu itu?

Oh tidak!

Gue nengok lagi ke belakang, dan di situ Pete lagi tersenyum ngeledek. Dia pasti tau kalau gue udah ngeliat nilai kami.

Gue keluar dari kerumunan. Dengan hati hati gue melangkah, berusaha kabur dari Pete. Padahal tadi gue udah yakin banget bakal dapet 100 dan dengan sombongnya ngeledekin Pete. Tapi sekarang keadaan justru berbalik.

Keadaan masih sangat ramai. Gue bahkan juga ga ngeliat Pete, dia udah ga ada di tempat tadi. Tepatnya gue juga ga berniat cari dia dan ga mau ketemu dia. Pasti gue bakal diledekin mati matian.

"Cabe."

Sial!

Gue berhenti, menghadap ke sumber suara.

Sejak kapan dia udah berdiri di belakang gue?

Dia melangkah mendekat ke gue.

"Sudah lihat nilai nya, Nona?"

Serius, kali ini gue pengen banget narik congor dia. Udah tau, kok, masih nanya. Ini, mah, namanya ngeledek.

"Menurut anda?" sinis gue.

Pete tertawa ngeledek.

"Ma---" ucapan Pete kepotong karena ada bunyi dari sentral.

Tingtongtingtong..

Seketika itu juga satu ruangan ini langsung sepi.

"Panggilan untuk Hans Peter Rafael dan Elora Pricillya Anette kelas 12B, harap segera menemui Pak Handoko. Diulangi, panggilan untuk Hans Peter Rafael kelas 12B dan Elora Pricillya Anette kelas 12B harap segera menemui Pak Handoko. Terimakasih."

Satu ruangan kembali ribut menyadari bahwa pengumuman itu ga ditujukan buat mereka.

Tapi tidak dengan gue dan Pete.

Gue dan Pete saling bertatapan bingung.

Kalau cuman gue yang dipanggil, sih, gue ga sebingung ini. Tapi masalahnya Pete juga ikut dipanggil.

Ga tau kenapa gue tiba tiba deg-degan.

Apa gue sama Pete dipanggil gara gara keseringan berantem ya?

"Kita mau disuruh ngapain, Cill?"

"Lo kata gue tau?"

Pete nyengir ke gue.

"Ya siapa tau aja. Lu kan anak kesayangan guru."

Gue memutar bola mata malas, udah keseringan denger kalimat ini.

"Dah yuk, ke ruang guru. Cari Pak Handoko," ajak gue lalu jalan duluan.

"Eits."

Pete tahan tangan gue.

Jangan salah paham. Ini bukan adegan adegan so sweet kaya di drama drama Korea.

Ini lebih ke- menyebalkan.

"Apaan sih?"

Pete menarik satu sudut bibirnya.

"Habis dari Pak Handoko. Lu harus ngelakuin tantangan dari gua."

Mampus gue!

# # #