Di sinilah gue berada sekarang. Duduk di samping Pete, sodara Si Jengkol.
Beruntung tadi nyokap gue lagi arisan di rumah Tante Wati. Jadi sebelum berangkat tadi gue ga di tanya-tanyain ala artis artis yang lagi naik daun.
"Eh, tumben lu diem."
Akhirnya Peter ngomong juga. Memecah keheningan diantara kami.
"Bukannya biasanya lo yang berisik?" sinis gue. Entahlah, sampai sekarang ngeliat muka Pete itu bawaannya kesel terus.
Peter mulai menjalankan mobilnya perlahan.
"Kita mau kemana?" tanya gue penasaran. Bener juga, padahal kemarin gue belum iyain ajakan Peter. Tapi sekarang gue malah udah duduk manis di mobilnya tanpa tahu gue mau dibawa kemana.
"Pelaminan," jawab Pete ngasal.
Gue langsung batuk saat ini juga. Gue tahu Pete cuman asal jawab aja. Tapi rasanya ada yang ga beres. Jantung gue merespon dengan terlalu berlebihan.
"Apaan, sih! Ga lucu!" jawab gue, salting. Iya, gue akui gue salting. Tapi bukan berarti gue suka sama Pete Sengah itu, lho, ya!
Peter menaikkan sebelah alisnya.
"Emang gua ada ngelawak?" tanya dia balik.
Gue memutar bola mata malas.
Peter terkekeh pelan ngelihat reaksi gue.
"Kita mau ke mall," kata Peter.
Gue memutar kepala gue menghadap Peter.
"Ngapain ke mall?"
Kali ini Peter langsung jawab gue tanpa pakai embel-embel menyebalkan.
"Beliin kado buat Queen," jawab Peter santai.
"Hah?"
"Iyee," jawab Pete malas.
Gue menatap Pete dengan ga percaya.
"Lo.. Suka sama Queen??"
Peter cuman diam. Tapi gue bisa lihat dia menyungging senyuman tipis. Dan itu sudah menjawab pertanyaan gue.
Mata gue langsung membulat.
"LO BENERAN SUKA SAMA QUEEN??!" tanya gue ga santai.
"JAWAB, IH! JAWABB!" desak gue melihat Pete yang masih diem aja.
Dari gelagatnya gue tahu kalau Pete ga nyaman gue desak kaya gitu. Tapi gue ga peduli. Kapan lagi gue bisa lihat muka cowok sengah ini jadi malu-malu kucing kaya sekarang? Wah, momen yang sangat langka!
"Iya."
Akhirnya Peter jawab gue. Dan itu pengakuan paling mencengangkan yang pernah gue dengar. Ditambah lagi dengan muka malu-malu nya.
Gue menatap Peter lekat. Mencoba mencari kebohongan. Tapi nyatanya gue ga bisa nemuin apa apa.
Gue menyinggung senyum meremehkan ke Pete.
"Emang Queen mau sama cowok kaya lo?"
Pete membalas gue dengan senyum khas nya. Senyum sengah super menggondokkan mata.
"Mau dong. Gua tinggi, cakep, jago basket lagi. Idaman banget, kan?" jawab Pete sambil menaik-turunkan alisnya.
"Gak!" tajam gue.
Mana bisa cowok sengah kayak Pete disebut idaman.
Peter melirik sebentar ke gue.
"Halah. Tar tau-taunya lu lagi yang suka sama gua. Hahaha!" balas Pete bikin gue pengen nampol dia saat ini juga.
"Ogah bangeettt!"
Peter mengedikkan bahunya ga peduli. Jelas lah ga peduli, kan dia sukanya sama Queen. Bukan sama gue. Trus ngapain dia peduliin gue?
Lah, ini napa jadi gue yang sewot, yak?
Gue dan Peter sama-dama diam. Pikiran gue lagi travelling.
"Umm, Pete," panggil gue.
"Apaan?" jawab Pete, terdengar ga ikhlas nyautin gue.
"Gue boleh tanya, ga?" tanya gue ragu-ragu.
Peter melirik gue sekilas. Lalu senyum dia mengembang.
"Gak boleh," jawab dia bikin gue berdecak kesal. Tapi akhirnya dia tetap nanggapin.
"Mau nanya apaan?" tanya Peter, mungkin kepo.
"Lo udah sesuka itu sama Queen dari lama?" tanya gue spontan. Tapi kemudian gue langsung merutuki perkataan gue dalam hati. Ngapain coba gue nanyain itu ke Peter? Apa sekang gue terlihat seperti cewek yang lagi cemburu? Oh no!
Pete sama sekali ga nunjukkin muka kaget. Dia justru tersenyum jahil.
"Sama kaya lu suka Carol."
ANJ---
HAIUSGDTBQDTTDFE&@TR&
DIA TAU DARI MANA GUE SUKA SAMA CAROL?
"Lu suka banget kan sama Carol?" tanya dia. Membuat gue membisu, bingung harus jawab apa.
"Jawab aje. Gua juga udah tau, keliatan banget kalau lu suka sama dia," lanjut Peter sebelum gue menjawab pertanyaan dia.
Gue terdiam sebentar. Kemudian berdecak sinis.
"Gue gak pernah bilang tuh kalo suka sama Carol. Dan kalau pun gue suka, gue gak akan kasih tau lo." Gue malah mendadak jadi sensi. Padahal Peter sama sekali ga ada salah sama gue atau sama ucapannya tadi.
"Yaudah sama," jawab Peter singkat.
Gue langsung menoleh. Telmi.
"Hah?"
"Apanya yang sama?"
Gue menatap Peter lekat. Menunggu dia buat jawab pertanyaan gue. Tapi anehnya dia cuman diem.
Sampai samar-samar gue ngeliat Peter, gerakkan mulutnya dengan tanpa suara. Gue ga tau ini gue yang salah lihat atau gimana. Tapi dari yang mata gue tangkep, mulut Peter bergerak mengucapkan sebuah kalimat yang agak ga nyambung sih, tapi berhasil membuat jantung gue berdetak tak karuan.
"Gua juga sesuka itu ke luโฆ..---- dan...----- ke Queen?"