"Oi udh jam 4, aku tidur dulu yak." sahut Marie untuk yang terakhir kalinya saat sedang bertelepon dengan William. "Oh yauda, bai." jawab William, lalu ia mengakhiri teleponnya.
_______________
Keesokan paginya, Marie terbangun seperti biasa, ia segera pergi mandi dan pergi ke lantai bawah untuk sarapan. "Selamat pagi Marie!" sahut Mrs. Smith yang sedang membuka pintu depan dari luar. "Oh met pagi! Kamu habis dari mana?" balas Marie.
"Oh, hanya menyirami tanaman depan." balas Mrs. Smith.
"Ohh, rajin banget!" balas Marie sambil menginggit potongan roti terakhirnya.
"Haha iya, emang ini bagian dari rutinitas pagiku..." balas Mrs. Smith lagi.
Marie meluangkan sedikit waktunya untuk berbincang sedikit dengan Mrs. Smith sebelum ia berangkat kuliah.
"Kamu enggak pergi ke sekolah? Kamu guru kan?" tanya Marie.
"Ya, tapi sekarang aku bisa berangkat lebih siang." jawab Mrs. Smith. "Oh iya, kamu gak berangkat kuliah?" lanjutnya lagi.
"Ah iya iya!" balas Marie sambil berlari ke lantai atas untuk mengambil tasnya.
________________
Marie menunggu kedatangan busnya di halte dan beberapa menit setelah kedatangan Marie di halte itu, bus berwarna merah bertingkat datang. Ketika Marie berjalan mendekati bus itu, ia tidak sengaja menyenggol seorang wanita berkulit hitam, berambut cornrow dan berkacamata yang berada di sampingnya, saat ia menengok ternyata itu adalah teman kampusnya.
"Eh, Debbie!" ujar Marie. Wanita yang disenggol Marie itu langsung menengok ke arah Marie dan tersenyum.
Mereka memasuki bus itu dan duduk bersampingan.
_______________
"Mmm, Marie..?" ujar Debbie.
"Ya?"
"Kamu katanya itu ya...." Debbie mendekatkan mulutnya ke telinga Marie saat ingin melanjutkan perkataannya.
"Pacaran sama si...pangeran Inggris? Willbay ya namanya?" ujar Debbie.
Marie langsung terkaget mendengar perkataan Debbie.
"Astagaa, pacaran darimana??" bisik Marie sambil tertawa.
"Lah? Kata Isabella kalian pacaran?" balas Debbie.
"Ahh tu anakkkk!" bisik Marie sambil memasang muka yang lelah. Debbie tertawa mendengar itu.
"Ah nanti aku jelasin pas di kelas aja lahh." bisik Marie.
_______________
"Jadi...aku sama dia cuman temenannn, itu aja!" bisik Marie kepada Debbie di dalam kelasnya.
"Hmmmm, ok tapi yang mana sih orangnya??" sahut Debbie sambil menengokkan kepalanya ke sekeliling kelas.
Marie langsung menunjuk ke pria yang memakai jaket berwarna hitam.
"Hah? Yang itu?" sahut Debbie kencang-kencang sambil menunjuk ke arah Willbay. Sontak Marie langsung menutup mulut Debbie dan Debbie langsung tertawa.
Tengah menghentikan Debbie dari tingkah usilnya, Marie melihat Isabella sedang berjalan memasukki kelas.
"Oi kalian lagi ngapain?" tanya Isabella ketika mendatangi meja Marie.
"Agghh gara2 kau Debbie jadi sesatttt!!" canda Marie. Debbie dan Isabella tertawa mendengar semua ocehan Marie.
Sementara Willbay yang sedang duduk diam sambil mendengarkan musik di bangkunya ternyata mendengar seluruh pembicaraan Marie dan Debbie namun ia memilih untuk diam saja.
_______________
Saat jam kelas sudah selesai semua pada hari itu, Marie terus menetap di dalam kelasnya bahkan setelah semua temannya telah meninggalkan kelas. Ia memakai earphone sambil mengerjakan tugasnya.
"Aggh, deadlinenya 10 menit lagiii." sahut Marie dalam hati.
Ia mengeluhkan hal yang sama selama 10 menit sampai akhirnya ia berhasil menyelesaikan tugasnya. Sehabis ia menyelesaikan tugasnya, ia berlari ke luar mejanya namun sebelum ia sampai di depan pintu kelas, ia terjatuh ke lantai. Untungnya tidak ada satupun orang yang melihat kejadian memalukan itu karena saat itu sedang tidak ada satupun orang di kelas dan di lorong depan kelasnya.
"Sial...." sahut Marie dalam hati saat tubuhnya masih terlentang di lantai. Nahasnya ketika ia mencoba untuk bangkit berdiri, kakinya terasa sangat nyeri.
"Ahhhh" rintih Marie dalam suara kecil. Namun sayangnya tidak ada yang mendengar suara rintihan Marie sehingga Marie terpaksa untuk berjalan sendiri ke ruangan dosennya tanpa dibantu oleh siapapun.
Marie berjalan bolak-balik dari kelas ke ruangan dosen lalu kembali ke kelas lagi masih dengan kaki yang sakit. Ketika Marie sampai ke kelasnya, ia segera merapihkan bukunya namun ia masih tidak mau untuk pulang sendirian dengan kondisi kaki yang tidak memungkinkan.
Maka dari itu ia mencoba untuk menelepon Isabella untuk membantunya namun Isabella telah sampai di rumahnya dan tidak sanggup untuk pergi lagi ke kampus dan membantu Marie, begitu juga dengan Debbie. Marie terlihat pasrah dan langsung mengeluh, ia mencoba untuk melihat semua nomor temannya di kontaknya dan satu-satunya nomor yang belum ia panggil adalah nomor Willbay.
"Ahh..harus kupanggil ga ya..." ujar Marie dalam hatinya. Namun Marie mengurungkan niatnya.
"Ah pasti dia udah pulang, kan gamungkin aku minta dia buat balik ke kampus dari istananya cuman buat ngebantu seonggok kentang kayak aku..." ujar Marie dalam hati. Setelah itu Marie mau tidak mau harus berjalan menuju tempat tinggalnya sendirian.
_______________
Marie sampai di halaman depan rumahnya dengan muka yang muram. Ia membunyikan bel dengan badan membungkuk sambil ngos-ngosan. Tak lama setelah ia membunyikan bel pintu, William membuka pintu tersebut dan berkata "Woah..kenapa lemes banget??"
"Misi dong...aku mau minum.." ujar Marie sambil berjalan ke dalam rumahnya. William hanya memasang muka bingung ketika melihat Marie berjalan menuju dapur dengan kaki yang terlihat sedikit pincang.
Marie segera mengambil cangkir dan mengisinya dengan air dari dispenser dan segera meminumnya berteguk-teguk, setelah itu ia naik ke lantai atas dan pergi ke kamarnya.
Marie yang kewalahan langsung terjatuh ke atas tempat tidurnya dan hampir tertidur namun ia kembali duduk di atas ranjangnya dan mengecek tasnya.
"Eh...kok kayaknya...ada yang kurang..." sahut Marie dalam hati.
"Eh tunggu...lah kok....." ujar Marie, namun kali ini tidak dalam hati. Marie terus mencari-cari sesuatu di dalam tasnya tanpa mengetahui barang apa yang ia cari.
"Eh...power bankku mana???" teriak Marie dalam hati.
"Eh gila eh sumpah agghhhh!!!!" sahut Marie dengan suara yang cukup keras.
"Hngggg masa gaada sihhhhh." sahut Marie sambil mengobrak-abrik isi tasnya, namun setelah mengeluarkan segala isi tasnya, ia masih tidak dapat menemukan power banknya.
Marie merasa sangat kesal sampai ia menabrakkan kepalanya ke atas ranjang. "Astagaaaaa...." sahut Marie yang kesal.
Terdengar suara pintu yang terbuka dari telinga kanan Marie. "Oi kenapa sih?" tanya William yang menengok Marie ke dalam kamarnya.
"Power bankku ketinggalan di kelaskuuu."
"Hah? Kalo gitu kamu juga bisa pakai charger di sini kan? Ngapain nangis?"
"Kamu enggak ngertiiiii, tanteku ngasih itu ke aku dan itu harganya mahal dan kalo aku ga kembaliin itu ke tanteku pas liburan nanti tanteku bakal marahhhh!!"
"Oh..minta temenmu yang masih di kampus buat bawa pulang power bankmu aja selama sementara."
"Masalahnya semua temenku udah pulang.."
"Mmm...kalo temenmu yang itu...*ehem ehem*..si pangeran itu? Ah aku kedengeran bodoh banget."
"Kamu kira dia bakal bela-belain bawa-bawa power bank murahan ke dalam istananya apa?"
"Ya coba aja napa."
"Hah..oke deh.."
Marie bangkit berdiri dan seketika itu William pergi keluar dari kamar Marie. Sebenarnya Marie merasa sedikit ragu untuk menelepon Willbay namun karena ia tidak tahu malu ia tetap bersikeras untuk meminta bantuan Willbay.
Marie memberanikan diri untuk menelepon Willbay dan ternyata Willbay mengangkatnya.
"Halo..? Ini Marie kan?"