"Hahhh, akhirnya bisa tidur nyenyak..." ujar Marie dalam kamarnya dengan hati lega setelah mengetahui bahwa Willbay telah menyimpan power banknya.
"Ok, back to business, where were we..." Marie segera meraih laptopnya keluar dari tas ransel hitamnya dan menaruhnya di atas meja kemudian mulai mengerjakan tugas kuliahnya di laptop seperti biasa.
________________________________________
"Marrrr, boleh pinjem power bankmu gak???" tanya seorang gadis berambut putih kekuningan yang sedang duduk disamping Marie di dalam kantin fakultasnya.
"Gaada, lagi disimpan Will-"
....
"Power bankku ketinggalan di rumah...." sambung Marie yang panik karena keceplosan.
"Hah?? Kenapa?? Kenapa?? Disimpan siapa??" balas Isabella sambil membesarkan kedua biji matanya dengan antusias sambil kebingungan.
"Udah kubilang ketinggalan di rumah!" tegas Marie.
"Disimpan sama siapa tuchhh??? Sama si....."
Isabella mendekatkan mulutnya ke kuping Marie.
"W I L L I A M ? ? ? ?"
bisik Isabella pelan. Entah kenapa bisikan itu membuat Marie bergidik.
"Ah elah iya deh, disimpen Willbay." jawab Marie dengan tatapan jengkel.
"AAWWWW, BARU KENAL UDAH KASI NAMA PANGGILANNN." sahut Isabella sambil menyipitkan matanya dengan senyumannya dan menyenggol-nyenggol pundak Marie dengan siku tangannya.
"Sumpah, lu berisik banget." ujar Marie yang menghadapkan kepalanya ke Isabella diiringi dengan senyum ringan yang mengisyaratkan rasa jengkel terhadap Isabella.
Marie yang teringat kembali akan power banknya langsung mengecek jadwal kelas mata kuliahnya secara menyeluruh di ponselnya untuk mengecek kesempatannya untuk bertemu Willbay agar ia bisa cepat-cepat mendapatkan power banknya kembali. Disaat itulah Marie merasa ganjil.
"Bentar....hari ini gaada kelas bareng Willbay, ya?" tegun Marie. Marie yang bimbang langsung mengsinkronisasikan jadwalnya sendiri dengan jadwal Willbay untuk melihat kecocokan.
"Hah??!? Masa gaada jam yang sama hari ini??" sahut Marie dalam hati gelagapan.
Isabella yang melihat temannya bertingkah panik langsung menyela.
"Oi, kau kenapa, sih?" tanya Isabella yang kemudian langsung menyeruput minuman kopinya dari dalam cup plastik.
"Aku gabisa ketemu Willbay hari ini, kelas kita gaada yang sama, dan sehabis kelas terakhir aku ada kerja kelompok jadi gabisa ketemu dia juga."
"Ouh, yaudah besok aja ketemuannya." balas Isabella.
"Yayaya aku tau, tapi kelamaan aja, kukira bisa hari ini." keluh Marie.
"Buset udah kek orang pacaran aja maunya ketemu tiap har-" balas Isabella mengejek Marie.
"Berisik" potong Marie.
"Eh?" ucap Marie ketika ia tiba-tiba mendapatkan notifikasi chat dari Willbay, lantas Marie langsung membuka isi pesan tersebut.
____________________
Willbay
"Mar, kayaknya aku gak bisa ngasih power banknya ke kamu hari ini, besok aja gimana?"
____________________
Marie
"Wokey, besok di balai biasa ya."
________________________________________________
Marie membuka gagang pintu depan rumah Smith yang berwarna kuning keemasan dan kemudian membukanya perlahan. Kedatangannya disambut oleh William yang sedang memasak di dapur. Wangi sup yang sedang dibuat oleh William menarik perhatian Marie.
"Masak apaan kamu?" tanya Marie mendekati William.
"Sup buat entar malem." jawab Wiliam sambil membekukan tatapannya ke hadapan panci sup mendidih yang ada di depannya.
"Ohohoh, kok baunya enak banget, sih." sahut Marie memuji masakan William.
"Napa? Kamu kaget ngeliat orang kulit putih yang makanannya enak?" balas William sambil menyeringai.
"HAHAHAHHAH, iya kok tau?" Marie merubah raut mukanya yang awalnya tertawa terbahak-bahak menjadi serius.
"Mending kau ke atas sono urusin barang-barangmu." respon William mengusir Marie dengan halus.
"Nahh, I just want to let you know that I like guys who can cook." ujar Marie sambil tersenyum, tepat setelah mengatakan itu, Marie langsung bergegas lari ke lantai atas menuju kamarnya.
William yang baru saja mendengar perkataan Marie lantas merasa bingung dan agak kaget.
"Tu anak kenapa..." lamun William masih sambil mengaduk-ngaduk sup yang ada di dalam pancinya, sampai ia tak sadar bahwa mukanya memerah.
________________________________________________
Di siang hari yang mendung, duduk 3 orang gadis di dalam meja kafe tepat disamping jendela dimana mereka bisa melihat orang-orang diluar kafe berlalu-lalang, dilengkapi dengan secangkir minuman kopi penuh asap serta 2 cup plastik minuman coklat yang sudah setengah habis di tengah-tengah mejanya.
Asap panas yang datang dari minuman kopi milik Debbie bekerja seperti penghangat yang ada di tengah-tengah mereka di penghujung musim dingin.
"Kalian udah selesai ngerjain report A?" tanya Debbie kepada Isabella yang duduk disamping kanannya, dan Marie yang duduk di depannya.
"Masih setengah."
"Belum sama sekali."
jawab Marie dan Isabella di waktu yang bersamaan ( coba tebak siapa yang ngomong masing-masing dialognya 😂 )
"Sumpah gaada motivasi banget ngerjainnya." sambat Marie dengan raut muka masam.
"Iya, DO yuk." balas Isabella sambil tersenyum.
"Ayo, habis ini ya." ujar Marie membalas candaan Isabella.
"Nanti malem mau ngerjain reportnya bareng-bareng gak?" ujar Debbie antusias.
"Ayooo, di rumah-
*ehem ehem*
di apartemenku aja! Tapi entar jangan pegang vas bungaku ya, kalo jatuh entar emakku bisa marah pas dia kesini." respon Isabella memamerkan kediamannya secara terselubung.
"Dasar orang kaya sial...." keluh Marie pelan sambil memegang cup minumannya. Mendengar itu Isabella dan Debbie hanya bisa tertawa.
"Ayo ayo, entar jam 7 yaa." sambung Debbie.
"Okk." sahut Marie dan Isabella serentak menyetujui keputusan Debbie.