Selamat membaca
°•°•°
Sebelum mobilnya benar-benar pergi dari rumahku, Sean teriak dari kursi penumpang bagian depan, "istirahat!"
Bersamaan dengan alisnya yang digerak-gerakkan dia bilang lagi, "jangan lupa, besok jam sembilan Sayang! oke?"
Aku mendesah berat. Aku tahu betul, Sean cuma mau menggodaku. "Aku lupa-lupain, biar nggak jadi!"
Dia yang mendengar bentakanku bukannya kesal malah langsung tertawa lebar. Bukan cuma Sean, teman kerjanya yang di belakang kemudi pun ikut-ikutan. Sean melambaikan satu tangannya sebagai simbol perpisahan. Dia pun menyuruh temannya untuk secepatnya menjalankan mobil, si merah.