Selamat membaca :)
°•°•°
"Memang enggak seharusnya nungguin Kak Al."
Usai menutup pintu dan memutar badan hingga menatap ke jalanan, Nasya menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Langkah kaki yang terasa berat sebisa mungkin ditepis. Sebaliknya, dia memeluk erat dua toples berisi kue kering yang siap diberikan pada teman-teman dan Al.
"Jangan dendam atau benci, Nasya. Kalau kamu benci, bisa jadi kamu sakit hati karena Kak Al berani bohong. Kalau sakit hati, berarti tandanya ... kamu mulai ... eh!" Nasya geleng-geleng kepala sekuat tenaga. "Aku enggak mungkin suka sama Kak Al."
Sedetik kemudian kepalanya mengangguk. Sambil berjalan dia menatap lurus ke depan. Mulut yang terbuka itu mengatakan, "aku cuma enggak suka dibohongi."
Ya, Nasya belum jatuh cinta pada Alrino. Kepercayaan untuk laki-laki itu belum terbentuk dengan sempurna. Masih banyak pertimbangan di dalam benak Nasya.