Selamat membaca :)
°•°•°
"Tunggu, Cantik!" teriak Al seraya menjauhkan diri dari sofa. Menatap punggung berbalut tas ransel merah Nasya yang hampir berlalu dari pintu rumah.
Nasya berlari, tak tanggung-tanggung, dia lari kencang seperti mengejar maling. Bukan seperti sang mami, Nasya memang memiliki kaki yang kuat karena sering lari sejak kecil. Sean yang mengajari.
Meskipun sudah dirasa cepat, tetap saja, sampai di depan rumah Al, tangannya berhasil dicekal. Tertangkap dengan napas ngos-ngosan dan raut wajah yang masih sama. Nasya pun membuang muka ketika mata mereka bertemu.
"Aku anter kamu pulang."
"Enggak perlu. Aku bisa pulang tanpa bantuan Kakak."
Al geleng-geleng kepala sembari menarik bibir seksinya yang sedikit tebal di bagian bawah. Masih dengan memandangi ekspresi Nasya, dia berujar, "oke aku salah. Aku minta maaf."
"Aku mau pulang," ungkap Nasya yang tidak nyambung sama sekali.