Selamat membaca :)
°•°•°
Menolak takdir memang tidak bisa. Seperti sekarang yang tengah dialami Dea dan sekeluarga. Terutama Kezia yang masih pingsan di dalam ruang perawatan. Kini sudah didampingi Debora dan anaknya.
"Sayang, Dea... kamu udah kabari Diya, Sayang?"
"Oh iya, Mi... belum." Dea berdecak sambil mencari ponsel di dalam tas selempang putihnya. "Untung Mami ngingetin Dea."
Debora mengangguk cepat. "Mami tau, kamu pasti kepikiran Mama kamu, Sayang."
Mengangguk perlahan serta menjawab pelan juga, "iya Mi."
Lagipula siapa yang tidak akan kepikiran kalau orang tuanya sakit dan masuk ke ruangan putih seperti sekarang ini. "Kalo gitu, Dea ijin telfon Diya dulu ya, Mi... Dea keluar dulu," pamit Dea bangkit dari kursi. Undur diri dari sana setelah menerima persetujuan mertua.
Sampai di luar, jalan sedikit menjauh dari pintu untuk mendial nomor telepon Nadiya menggunakan via WhatsApp. Kebetulan sekali, sambungannya berdering. Beruntung handphone itu aktif.