Selamat membaca
°•°•°
"Serius besok, Lin?" tanyaku sekali lagi, perihal prosesi pernikahannya.
Dari seberang Alin meyakinkanku dengan setengah kesal, terdengar dari nadanya yang menyentak dan diiringi hembusan kasar. Dia juga menyuruhku untuk cek ke kalender. Kalau perlu tembok kamarku dicat gambar kalender dan wajib diperbarui tiap tahun, katanya.
Haha, sifat hiperbolanya kumat. "Oke-oke, makasih infonya, alieeen... daaa...!" Panggilannya berakhir.
Jari-jari di dua tangan menggaruk kulit kepala yang sebetulnya tidak digigit kutu atau menjauhi sampo seminggu. Aku cuma heran, kenapa aku bisa lupa dengan tanggal terindah sahabatku sendiri. "Astaga! aku pakek baju apa?!"
Sebelum aku naik ke lantai dua rumahku, suara pagar dibuka terdengar. Tak lama disusul bunyi mesin mobil yang menyeru tajam. Tanpa terpaksa, aku kembali ke pintu yang ada di belakangku sebelum balik badan. "Siapa yang ke sini malem-malem? Nggak mungkin Sean balik lagi."