Chereads / Bukan Istri Tapi Estri / Chapter 26 - #026: Berdamai Dengan Masa Lalu

Chapter 26 - #026: Berdamai Dengan Masa Lalu

"Itu nggak mungkin, As. Sarah bahkan nggak nganggep gue laki-laki, dia cuma nganggap gue sebagai tong sampahnya aja," kata Endra memperjelas posisinya.

"Tapi gimana pun juga lo tetep laki-laki, Ndra. Dengan Bu Sarah ngijinin lo tinggal di rumahnya dengan alasan apa pun, itu udah jadi jalan mulus buat lo bisa masuk ke dalam hatinya." Asti memberikan jeda untuk dirinya mengambil napas. "Gue tau lo orang yang baik. Lo orang yang sabar banget ngadepin Bu Sarah walaupun dia udah memperlakukan lo dengan buruk. Karena itu gue percaya sama lo." Asti menatap Endra dengan pancaran penuh arti. "Gue pengen banget lihat Bu Sarah bahagia, Ndra. Bisa menjalani hidupnya seperti orang-orang yang sudah berumah tangga. Dan cuma lo yang bisa ngelakuin itu. Meskipun gue tau akan sangat sulit buat bikin Bu Sarah bersedia membuka hatinya. Tapi, gue yakin, asalkan itu lo, lo pasti bisa membuat keinginan itu terwujud."

Endra terdiam. Dia tidak tahu apa yang sekarang sedang dirasakannya. Hatinya tiba-tiba saja merasa galau. Mendengar semua cerita Asti, entah kenapa Endra sangat mudah menerimanya. Karena memang Endra melihatnya sendiri, betapa Sarah memang bisa bersikap sangat baik pada perempuan. Endra jadi ingat, bukan hanya Yanti, tapi juga pada ibunya. Sepertinya, Sarah memang memiliki masa lalu yang buruk tentang laki-laki. Yang membuat perempuan itu akhirnya jadi sangat membenci laki-laki. Dan berimbas pada dirinya yang diperlakukan dengan tidak manusiawi.

Tapi jika memang benar itu yang terjadi, bahwa kesadisan Sarah dan perlakuan buruk yang didapat Endra selama ini adalah hasil dari masa lalu buruk Sarah, maka Endra juga tidak akan ragu lagi untuk memberikan janji pada Asti, bahwa dirinya akan berusaha untuk masuk ke dalam kehidupan Sarah yang tidak diketahui banyak orang itu. Dan berjuang mendapatkan hatinya.

Baiklah. Endra sudah bertekad. Dia akan mencoba melakukan apa yang Asti katakan. Bukan karena ingin membuat Sarah jatuh cinta padanya, -karena itu terlalu mustahil mengingat bagaimana Sarah memperlakukannya-, tapi karena Endra ingin tahu sisi lain dari Sarah yang belum diketahuinya.

Jika memang Sarah memiliki masa lalu yang buruk tentang laki-laki, Endra ingin membantu Sarah untuk bisa berdamai dengan masa lalunya itu. Karena Endra tahu, jika seseorang tidak bisa menghapus masa lalu buruknya, maka kemana pun dia melangkah, perasaan tidak tenang itu akan selalu menghantui hati dan pikirannya. Meskipun jika dilihat dari luar, orang itu terlihat baik-baik saja.

Setelah cukup lama mengobrol dengan Asti, dan melakukan ini-itu, Endra turun ke lantai bawah untuk menuju ruangan Sarah. Di tangannya juga sudah ada skedul harian Sarah yang didapatnya dari Asti.

Tok tok tok.

Endra tidak pernah lupa untuk mengetuk pintu lebih dulu saat akan masuk ke ruangan Sarah. Perempuan itu akan sangat murka jika Endra tidak melakukannya.

"Masuk!" perintah Sarah dari dalam ruangan.

Endra membuka pintu dengan perlahan.

Setelah dirinya berada di ruangan Sarah, Endra terdiam melihat bagaimana Sarah sedang duduk dengan tenang sembari mengerjakan sesuatu di depan laptop. Endra tidak langsung melangkahkan kakinya. Dia terpaku.

Setelah satu bulan lebih dirinya menjadi budak Sarah dan membenci perempuan itu. Endra mulai sadar tentang satu hal penting yang sudah dilupakannya sejak Sarah menyerahkan surat perjanjian dulu. Tentang perasaannya pada Sarah sebelum dirinya dibutakan oleh rasa benci. Tentang kecantikan Sarah yang memang tidak perlu ia bandingkan lagi. Tentang apa yang--

"Ngapain lo diem di situ?!" omel Sarah yang menyadari Endra tak jua mendatanginya. "Buruan bacain skedul gue hari ini!" perintah Sarah dengan nada ketus.

Endra membuang napas panjangnya dengan sabar. Baiklah, dia akan menganggap ini ujian yang harus dilewatinya.

Endra melangkahkan kakinya memasuki ruangan Sarah. Setelah tubuhnya berada di depan meja Sarah, Endra lantas membacakan kertas yang tadi dibawanya.

"Jam 10.30 mengecek salah satu cabang toko yang ada di ujung kota. Jam 13.30 janji temu dengan Bu Rianty membahas kerja sama penggunaan material untuk produk fashion selanjutnya. Dan jam 16.00 meeting internal di lantai dua." Endra sudah membacakan serangkaian skedul Sarah di hari ini.

"Lo udah telepon kepala toko di cabang yang mau gue datengi?" tanya Sarah tanpa mengindahkan tatapannya dari layar laptop.

"Sudah," jawab Endra cepat.

"Kalau gitu, kita berangkat dari sini jam setengah sepuluh."

Endra melirik jam tangannya. Masih ada waktu dua puluh menit lagi sebelum jam setengah sepuluh.

"Apa ada yang harus di bawa dari sini, Bu?" tanya Endra kemudian, barangkali ada berkas maupun produk fashion yang harus di kirim ke sana. Endra harus menyiapkannya lebih dulu.

"Nggak ada. Gue cuma pengen lihat keadaan toko aja."

Endra mengangguk-angguk mengerti. Dia lantas memperhatikan bagaimana kedua bola mata Sarah bergerak mengikuti apa yang dikerjakannya. Betapa seriusnya Sarah saat sedang bekerja. Meski sedari tadi dirinya tidak diijinkan untuk duduk, dan hanya terus berdiri di depan meja Sarah, tapi baru kali ini Endra begitu menikmatinya.

Sepertinya, ucapan Asti sudah menjadi racun yang membuat rasa muak dan bencinya pada Sarah menguap pergi.

Endra jadi tersenyum. Rupanya ekpresi Sarah saat sedang serius terlihat lucu. Ada kernyitan di dahi Sarah saat perempuan itu tampak berpikir lebih serius. Pancaran mata yang menyipit kemudian mengembang saat tatapan di layar laptop tampak mengganggunya.

"Ngapain lo masih di sini, hah?" Sarah baru sadar akan keberadaan Endra yang masih berada di depannya.

"Barangkali Bu Sarah butuh sesuatu, jadi saya standby di sini."

"Emang lo nggak ada kerjaan lain? Semua pegawai nggak ada yang perlu bantuan elo?"

"Nggak ada. Sebelum saya ke sini saya udah pastiin kalau semua pegawai tidak ada yang perlu bantuan saya."

"Kebersihan kantor dan toilet, lo udah pastiin juga?"

Endra mengangguk.

"Awas kalau sampe gue lihat masih ada yang kotor," ancamnya galak.

Endra mengangguk lagi. Dia sudah sangat paham karakter Sarah yang satu ini. Jadi sebelum menemui Sarah, Endra sempatkan dulu menemui para pegawai untuk meminta mereka mengatakan kalau pekerjaannya tidak ada yang perlu dibantu. Untungnya Endra sudah klop dengan para pegawai dan mau diajak kompromi, hingga membuatnya langsung melenggang bebas untuk menemui Sarah.

"Kalau gitu, cepat siapin mobil sekarang," perintah Sarah akhirnya.

"Masih ada lima belas menit lagi sebelum jam setengah sepuluh," sahut Endra dengan nada santai.

"Terus kenapa?"

"Palingan saya butuh waktu kurang dari lima menit untuk menyiapkan mobil." Endra mengakhirinya dengan senyuman.

"Biarin. Pokoknya gue mau lo pergi sekarang juga. Sana pergi!"

Endra terdiam sesaat, lantas mengeluarkan hapenya. "Oya, Bu. Tadi pagi, Ibu saya ngirimin foto saat resepsi loh."

"Hah?"

"Bu Sarah udah lihat belum?" Endra tiba-tiba bergerak memutari meja Sarah dan mulai mendekati Sarah sambil menscroll layar hapenya.

"Heh, lo ngapain ke sini!" teriak Sarah marah menyadari Endra semakin bergerak mendekat.

Endra menghentikan langkahnya sebelum bisa memperlihatkan layar hapenya pada Sarah. "Barangkali Bu Sarah mau lihat," jawab Endra masih dengan nada santainya.

"Gue juga dikirimin. Tapi udah langsung gue hapus."