Chereads / Wonderful you (eunkook) / Chapter 5 - Accident

Chapter 5 - Accident

"keanehan yang menjadi nyata?"

.

.

.

Warning! Mengandung adegan kekerasan!

.

.

.

.

.

"akh!"

Eunbi pov on

"aduh! sakit sekali" ucapku mengeluh kesakitan.

Ku lihat lututku yang tergores dan sepedaku yang tergeletak dengan naasnya. Saat mengingat kejadian aku hampir tertabrak, itu membuatku merinding dan parahnya saat aku terjatuh di sisi terowongan karna menabrak tembok terowongan, orang dengan mobil mewah itu tidak sekali pun melihat ke arahku dan tetap mengemudikan mobilnya. Membuatku kesal sendiri.

Jika kalian bertanya, bagaimana caranya aku bisa selamat?

***

Memory

Saat mobil itu melaju ke arahku, aku sempat kaget dan berpikir bahwa aku akan mati konyol di terowongan ini tapi aku pun secara reflek membelokkan sepedaku ke sisi terowongan dan naasnya aku membentur tembok terowongan itu. Saat itu aku berpikir bahwa aku baik-baik saja dan ingin cepat pulang tapi sialnya sepedaku rusak dan hanya dengan itu aku bisa pulang. Rasanya aku ingin menangis saja!

***

"aku harus bagaimana?!" ucapku merengek kebingungan. Ingin rasanya aku menangis dan berharap ada yang menolongku tapi sayang nya terowongan itu sangatlah sepi.

Suasana diterowongan ini sangat menakutkan,membuatku merinding. Aku pun memutuskan untuk berjalan perlahan dan membawa sepedaku, tapi saat di tengah perjalanan aku mendengar suara langkah kaki dan seketika senyumanku mengembang. Aku pun berbalik untuk melihat orang itu, dan ku dapati seorang pemuda dengan hoodie yang melekat dibadanya.

Aku berpikir bahwa diriku akan selamat. Tapi anehnya pemuda itu membawa sebuah pisau di tangannya dengan setetes cairan yang terus berjatuhan dari pisau itu, seketika senyumanku berganti dengan ketakutan. Aku pun berlari dengan membawa sepedaku tapi saat aku melihat ke belakang lelaki itu pun semakin mendekatiku.

Tanpa berpikir panjang aku pun lari secepat mungkin dan meninggalkan sepedaku yang tergeletak di terowongan itu. Aku pun terus berlari hingga rasanya kaki ini ingin putus karna kelelahan bercampur dengan ketakutan. Ku putuskan untuk berhenti lalu melihat ke belakang lagi dan lelaki itu sudah tidak ada di sana. Aku pun menghembuskan nafas lega dan berpikir bahwa lelaki itu sudah berbalik menjauh.Tapi seketika bulu di leherku pun meremang, merasakan hembusan nafas seseorang disana.

"mencariku cantik?" bisik seseorang dengan suara beratnya di telingaku

Seketika aku pun membalikkan badan. Tapi setelahnya aku merasakan perih dan sakit di area perutku seperti sesuatu telah menembus disana. Ku lihat wajah pemuda itu yang tertutup oleh masker berwarna hitam, aku merasakan sakit disekujur tubuhku, aku pun terkejut saat diriku memuntahkan sebuah cairan berwarna merah segar dengan bau anyir yang tercium.

Ku alihkan pandanganku ke arah perut dan kudapati sebuah pisau yang menembus tepat di perutku, air mata lolos begitu saja dari mataku rasanya sangat menyakitkan bahkan pemuda itu semakin menekan pisaunya untuk masuk lebih dalam ke area perutku, aku merasa perutku seperti terkoyak dan cairan berwarna merah itu kembali keluar dari mulutku. Pisau itu semakin menekan di dalam perutku, membuat air mataku semakin bersemangat untuk mengalir. Lalu kurasakan hembusan nafas di area leherku.

"selamat datang di duniaku sayang" bisiknya kembali ditelingaku.

Kurasakan pemuda itu menarik pisaunya dari perutku dengan ganas dan mataku yang mulai terasa berat, tubuhku pun terjatuh dilantai terowongan itu. Masih dengan separuh kesadaran aku pun memutar semua memori indah yang kumiliki bersama sang kakak, mengingat semua itu dan berharap semua ingatan itu akan terus melekat dipikiranku, tangisku semakin pecah saat mengingatnya.

'maafkan aku kakak... Aku tak bisa membuatmu bahagia... Aku adik yang tidak berguna yang hanya bisa menyusahkanmu... Bahkan untuk melihatmu terakhir kali pun aku tak bisa... Tolong bahagialah bersama kak seokjin...aku menyayangimu kak sowon' batinku yang menangis sebelum kesadaranku hilang sepenuhnya.

Apakah ini akhir dari kehidupanku?

Aku tidak ingin berakhir seperti ini.

Aku tidak ingin mati konyol disini.

Aku harus hidup demi kakakku.

Aku ingin mati dengan kehangatan.

Berilah aku satu kesempatan lagi.

Aku akan berubah.

Aku akan menjadi wanita yang tidak bergantung pada siapapun.

Kumohon berilah satu kesempatan lagi.

Berilah aku kesempatan hidup sekali lagi.

Kumohon!

Kumohon tolong aku!

Tolong aku!

Kumohon!!

"hey...bangunlah!"

Kudengar suara seorang gadis memanggilku. Suara itu sangat kecil dan terasa jauh, ku rasa mataku tidak berat seperti tadi ku coba untuk membuka mataku dengan perlahan. Dan suara itu pun semakin mendekat dan perlahan membesar.

"hey...bangunlah! kenapa kau tiduran disini?" kata seorang gadis cantik didepanku. Sepertinya gadis itu seumuran denganku.

"apa kau baik-baik saja?" tanya nya menatapku dengan khawatir.

"hm, maaf tapi aku sedang berada dimana?" tanyaku sembari memegang kepalaku karna kurasakan pusing di kepalaku.

"ya? kamu sedang berada di sekolah BTS, tapi bukankah kau murid disini?" katanya lembut berusaha untuk tidak membuatku tertekan.

"apa? tolong tunggu sebentar, biarkan aku berpikir dengan jernih terlebih dahulu" kataku pada gadis cantik itu masih dengan posisi awalku.

Seketika aku pun membelalak kaget dan segera melihat atau meraba perut rataku. Aku masih ingat jika perutku tertusuk oleh pisau dan kemana bekas tusukan itu?

Ku lihat kembali gadis cantik didepanku ini lalu kembali melihat ke perutku dengan pandangan bingung, seketika senyum ku mengembang dengan pandangan ke arah gadis asing yang cantik itu.

"aku baik-baik saja!" kataku dengan senyuman yang mengembang. Saat itu aku melihat ke arah perutku yang terbalut oleh sebuah seragam.

Tunggu! Perutku terbalut seragam?

Berarti tubuhku pun telah memakai sebuah seragam?

Terakhir kali aku memakai pakaian casual dengan warna coklat yang mendominasi tapi sekarang kenapa aku memakai seragam?

'apa ini?' batinku bertanya kebingungan

Tapi ini bukan seragam ku dan juga bukan dari sekolahku. Nama sekolahan ini pun aku tak mengenalnya. Saat gadis didepanku menyebutkan sekolahan BTS aku pun mengernyit heran...memangnya ada nama sekolah seperti itu?

"hey, apa kau benar baik-baik saja? dari tadi tingkahmu sangatlah aneh" katanya memanggilku masih dengan nada lembut. Aku pun melihat ke arahnya, gadis itu sangatlah cantik dengan pipi chubby nya.

"aku baik, memang kenapa?" tanyaku pada gadis cantik itu yang terus menatap ke arahku.

"baguslah, tapi apa benar kau murid disini?" tanya gadis cantik itu dengan senyumannya tetapi masih terlihat raut wajah heran.

"ah! iya...mungkin" kataku dengan suara yang semakin mengecil.

"kenapa kau tertidur disini? Apakah kau tidak ada kelas?" tanya gadis cantik itu dengan bingunya, sepertinya ia hanya mendengar jawaban 'iya' dariku tanpa mengetahui lanjutannya.

Begitu tau aku sedang terduduk di rerumputan taman ini aku pun langsung berdiri dan duduk di bangku taman tersebut.

"aku bukannya tertidur, hanya saja tadi agak pusing jadi mungkin aku pingsan disini" kataku mengarang jawaban yang mungkin akan terlihat sebagai alasan.

"oh begitu, tapi kau baik-baik saja kan sekarang?" kata gadis cantik itu sembari menepuk pipi ku.

"aish.. aku baik-baik saja... Kamu sudah menanyakannya tadi" ucapku sembari menjauh kan tangannya yang menyubit pipiku. Sungguh itu menyakitkan, itu lah sebabnya aku tidak pernah membiarkan orang menyubit pipi chubby ku.

"hehe maaf... tapi kamu sangat imut," katanya sambil tertawa manis

"kenapa kamu minta maaf?" tanyaku kepada gadis cantik itu yang kebingungan

"ya? ah, tidak jadi" kata gadis cantik itu sedikit canggung padaku.

"hm tapi, apa kamu tidak masuk kelas?" tanyanya kepadaku tiba-tiba.

'apa dia mengusirku?' batinku berkata dengan herannya

"hm, mungkin nanti...kamu sendiri?...tidak masuk kelas?" tanyaku pada gadis cantik itu.

"hehe nanti saja..." jawabnya sembari tersenyum canggung.

Keheningan menyelimuti kami berdua, hanya ada suara terpaan angin yang mengibarkan rambut indah kami. Kami hanya saling diam dengan pikiran masing-masing terkadang saling melirik.

"ah... sepertinya kita belum berkenalan, aku yerin. Kamu?" kata gadis manis bernama yerin sembari menjulurkan tangan untuk memecah keheningan ini.

"ah! aku--"ucapku terhenti sembari menerima uluran tangannya.

Ini aneh

Sungguh aneh

Aku tidak bisa mengucapkan namaku!

Bahkan menyebutnya pun tak bisa!

Kenapa bisa begini?!

"jika kamu tidak ingin berkenalan yah tidak masalah bagiku" katanya berusaha menarik kembali uluran tangannya tapi aku mencegahnya tetap menggenggam tangannya. Dia pun merasa bingung denganku.

Seketika angin berhembus sangat kencang dan membuat mataku menjadi perih, mungkin debu baru saja masuk ke mata ku. Aku masih menggenggam tangannya berusaha agar dia tidak pergi karna aku masih membutuhkan penjelasan darinya. Ku putuskan untuk mengedipkan mataku.

Kedipan pertama (yerin masih ada)

Kedipan kedua (aku masih menggenggam tangannya)

srek!

Kedipan ketiga (yerin menghilang dari pandanganku)

huh?!

Gadis itu menghilang?

Yerin menghilang!

Aku pun melihat dan menelusuri taman itu tapi aku tidak menemukan keberadaan yerin disana bahkan di taman itu hanya ada aku saja. Aku yakin jika aku menggenggam tangan yerin sangat erat tapi kenapa bisa dia terlepas dan menghilang?

Ini tidak masuk akal!

Ini sungguh tidak masuk akal!

Aku memutuskan untuk mencari ponselku, mungkin jika aku telepon kak sowon dia akan menjemputku pulang.

Tapi anehnya ponsel itu tidak ku temukan dan bahkan aku menemukan sebuah ponsel di sebelahku, ponsel dengan warna kuning dan motif bunga matahari.

Aku pun mulai bertanya tanya apakah ponsel ini milik yerin?

Ku putuskan untuk membawanya dan segera pergi dari taman itu. Aku menyusuri setiap sudut dari sekolahan itu, aku mengakui jika BTS SCHOOL ini mempunyai daya tarik tersendiri karna semuanya terlihat mewah dan aku yakin jika kualitas sekolahan ini sangatlah bagus.

Tapi jika ada sekolahan elit seperti ini kenapa aku tidak tau? Bahkan nama sekolahan ini pun aku tidak pernah mendengarnya. Saat sibuk mengagumi sekolahan elit ini, tidak sengaja aku mendengar suara jeritan dan anehnya suara itu semakin terdengar jelas. Suara merintih meminta tolong bahkan jika didengar suara itu sangatlah pilu, suara yang sanggup membuatku gemetar. Karna tak hanya teriakan yang ku dengar melainkan juga suara cambukkan yang teramat keras.

Tanpa berpikir panjang aku pun mendekati suara jeritan itu berasal. Aku bingung kenapa tubuhku tidak berjalan sesuai dengan otakku? Aku sangat tidak ingin ke asal suara itu tapi kaki ku berkata lain.

'kumohon berhentilah kaki ku....aku benar-benar tidak ingin kesana' batinku ketakutan dan sedikit panik.

Suara cambukan dan jeritan itu semakin terdengar jelas, kenapa lorong disekolah ini menjadi sangat mencekam atau hanya perasaanku saja? Entahlah pikiran dan otakku kini sedang berjalan tidak selaras. Keringat terus mengalir di pelipis ku, kakiku terus bergetar tetapi masih melangkah. Ku lihat kakiku yang berhenti disebuah ruangan gelap dengan suasana yang sunyi.

Sunyi?

Bukankah tadi ada suara jeritan?

Karna penasaran aku pun membuka pintu itu dengan perlahan dan melihat di dalamnya melalui celah pintu yang terbuka. Saat melihat didalam ruangan itu mata ku seketika membelalak terkejut. Bagaimana tidak terkejut jika ada seorang gadis yang sedang dipenuhi luka cambuk duduk diam diruangan itu masih dengan nafas yang terengah-engah. Kedua tangannya pun diikat di salah satu benda yang ada di tempat itu.

"ku biarkan kau bernafas sebentar....aku pun juga lelah" kata seseorang dari dalam ruangan itu. Dari suara beratnya ku pastikan dia seorang pemuda.

"tolong biarkan aku pergi" lirih gadis dengan luka itu yang sedang duduk dilantai.

"dan membiarkan semua orang tau? Kau bisa merusak dunia yang di buat penulis!" kata pemuda itu dengan dingin menatap ke arah gadis tapi dengan menekankan beberapa katanya.

"aku berjanji tidak akan mengatakannya" kata gadis itu masih dengan suara yang lirih dan sedikit gemetar.

"ck! Apa yang kau katakan? Aku sudah memberikan kesempatan itu padamu tetapi apa yang kau perbuat? Kau berusaha untuk mengacaukan semuanya dan menentang penulis dengan membuat takdirmu sendiri!" teriak pemuda itu sembari melemparkan salah satu kursi yang menumpuk disana.

Aku pun terperanjat kaget saat mendengar bentakan itu lalu setelahnya aku mengernyit bingung. Saat ini beberapa pertanyaan memutar di kepalaku membuatnya berdenyut nyeri jika memikirkannya.

Apa yang maksudnya dengan penulis?

Ada apa dengan dunia ini?

Aku berusaha tidak terlalu memikirkannya dan ku lihat sang gadis sedang duduk disana dengan sekujur tubuh yang bergetar hebat.

"kumohon berilah aku kesempatan untuk hidup" kata sang gadis dengan suara yang bergetar.

"tidak! Kau akan tetap mati di tanganku im nayeon! Aku sudah memberikanmu hidup yang ke dua kalinya tapi apa yang kau perbuat? Kau berusaha menentangnya dan ingin merubah takdirmu sendiri!" kata pemuda dengan hoodie itu yang semakin mendekat ke arah sang gadis bernama im nayeon.

"lagipula peranmu tidak cukup penting di novel ini... jadi tidak masalah jika aku sedikit mengoyak perutmu itu dan menusukkan sesuatu ke jantungmu" lanjut pemuda itu dengan nada dinginnya. Ku lihat pemuda itu semakin mendekati nayeon yang sedang meringkuk ketakutan.

"kumohon, berikan aku satu kesempatan lagi" kata nayeon semakin beringsut kebelakang dengan pemuda itu yang maju perlahan.

Ku lihat pemuda itu yang mengeluarkan sebuah pedang berwarna hijau menyala. Aku pun membelalak terkejut karna pedang itu sangatlah tajam.

"kumohon! Biarkan aku hidup hiks...hiks" kata nayeon dengan suara tangis yang tersedu-sedu sembari berteriak.

"kumohon...hiks...tolong.. Hiks..aku...berikan kesempatan lagi!" teriaknya semakin keras saat mengetahui pemuda itu yang semakin mendekat.

"bagaimana jika kita menikmati detik-detik kematianmu ini? Mungkin dengan merobek kulit indahmu dulu atau memotong lidahmu dulu" kata pemuda itu dengan gembira.

"kau gila! Kau laki-laki brengsek! Biarkan aku hidup! hiks..." teriak nayeon frustasi dengan air mata yang terus mengalir

"hust...hust...jangan menangis...Ini ide yang bagus...jadi jangan menolaknya ya?" kata pemuda itu sembari mengusap air mata nayeon.

"kau psikopat! Kau gila! Dunia ini tidaklah nyata! brengsek! Akan ku pastikan setelah kematianku duniamu ini akan hancur!" teriak nayeon frustasi dengan keadaan ini. Ingin ku menolongnya dan menjauhkan pemuda itu dari nayeon tapi lagi-lagi otak dan tubuhku tidak berjalan se arah.

"haha lucu sekali...Tidak ada yang bisa keluar dari dunia ini! Dan tidak akan ada jalan keluarnya!" kata pemuda itu dengan penekanan

"ck! Kita lihat saja nanti...dan saat itu terjadi kau akan hancur bersama dengan duniamu ini bahkan penulismu itu akan pergi meninggalkanmu!" kata nayeon dengan nada menghina

'sepertinya dia tidak takut pada kematian' batinku berbicara saat melihat keberanian nayeon

"mulutmu ini sudah banyak bicara rupanya..." kata pemuda itu menyentuh bibir nayeon dan sedikit menggoreskan pedangnya di mulut nayeon.

"shh akh!" jerit nayeon saat merasakan darah mengalir dari bibirnya.

"apa yang harus kupotong dulu ya? Lidah atau mulutmu ini?" tanya pemuda itu sembari menggoreskan pedanganya pada pipi nayeon sehingga pipi itu pun mengeluarkan cairan berwarna merah segar.

"ck! Bunuh saja aku langsung kenapa harus repot-repot memotongnya?" kata nayeon dengan nada yang meninggi.

'pantas saja ia berani karna kematian telah menunggunya didepan' batinku berbicara saat nayeon berkata pada pemuda itu dengan suara meninggi.

"kau benar juga, akan aku lihat sampai dimana wajah angkuhmu ini bertahan" kata pemuda itu dengan suara beratnya dan seringai yang sedikit kelihatan dibalik hoodie hitamnya.

Ok pertumpahan darah akan terjadi disini dan parahnya harus mengoyak tubuh si korban, aku sudah tidak tahan lagi rasanya ingin mual saat melihat pemuda itu yang mencambuk dan menghunuskan pedang di saat yang bersamaan membuat darah im nayeon berserakan dimana-mana bahkan bau anyir dari darah itu semakin kuat.

Belum lagi dengan teriakan im nayeon yang memekakkan telinga, membuatku pusing dan mual disaat yang bersamaan. Aku hanya berharap kaki ini akan membawaku pergi dari tempat terkutuk ini.

Ku tetap melihat im nayeon yang menjerit kesakitan dengan pedang yang terus menerus menghunus ke arah perutnya dan punggung yang memar karna cambukkan yang masih berkelanjutan. Tetapi perlahan cambukkan itu pun berhenti, itu membuatku lega karna setidaknya suara dan penderitaan nayeon berkurang.

"akh!" jerit nayeon tiba-tiba.

Salah jika aku berkata penderitaan nayeon berkurang karna pemuda itu menarik pedangnya dari perut nayeon dengan ganas dan menusukannya ke segala tempat ditubuh nayeon. Teriakannya semakin keras hingga memekakkan telinga. Dan penderitaan itu diakhiri dengan memenggal kepala gadis dengan nama im nayeon itu, membuat darahnya mengalir dengan deras.

Dan disaat bersamaan aku pun merasakan kepalaku yang pusing dengan mata yang terasa berat, dan terjatuh pingsan di tempat itu juga.

"apa yang terjadi disini?"

"apa yang tidak ku kuketahui?"

"ada apa dengan sekolah ini?"

Dimana sebenarnya aku?"

Dan

"siapa aku?"