Chereads / Wonderful you (eunkook) / Chapter 8 - What happened?

Chapter 8 - What happened?

"pilihan yang menentukan hidupku"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"sebenarnya siapakah kamu ravel?"

Author pov

Langit senja sudah menampakkan dirinya bahkan matahari sudah hampir meredupkan cahayanya tetapi seorang gadis dengan bingung masih menelusuri jalan sekolah itu.Dengan rasa lelah yang memenuhi tubuhnya ia pun terduduk lemas disalah satu kursi yang berada di sebuah ruangan yang ada di sekolah itu.

"ada apa ini? Kenapa ini bisa terjadi? Semua ini membuatku pusing" kata eunha dengan sedikit keringat yang mengalir.

"kenapa aku tidak ingat apapun? Apakah benar aku bersekolah disini?" tanya eunha dengan bingung di ruangan yang sunyi itu.

"itu mustahil! Kenapa kau tiba-tiba berbicara ngelantur eunbi?" kata eunha berbicara sendiri sembari memukul kepalanya dengan pelan.

Sesaat dia terdiam diruangan itu dengan keringat yang mengucur. Ruangan itu sangat sunyi dan eunha memutuskan untuk memejamkan matanya sembari menenangkan dirinya. Saat sedang sibuk memejamkan mata, eunha dikejutkan dengan suara dering dari sebuah ponsel tetapi anehnya itu berasal dari ponsel kuning dengan motif bunga matahari yang ia temukan di taman tadi.

"kenapa ini berdering? dan nada ponselnya sama dengan nada ponselku" kata eunha bingung sembari mengangkat panggilan di ponsel itu.

#

"halo" kata eunha dengan suara pelan.

"eunha, kamu dimana? sekarang sudah waktunya pulang" kata orang diseberang

"siapa ya?" tanya eunha dengan bingung

"huh?! eunha kau kenapa? aku ibumu" kata orang itu

'tidak mungkin... ibuku telah tiada" batin terkejut

"kau jangan bercanda" kata eunha lagi

"eunha, ada apa denganmu?" kata orang itu bingung

"kubilang jangan bercanda! Ini sama sekali tidak lucu!" kata eunha sedikit berteriak

"sayang, kenapa kau bersikap aneh?" kata orang itu khawatir

"sekarang kau dimana?" kata eunha dengan nada tidak percaya

"eunha--" kata orang itu

"kutanya kau sedang dimana sekarang" kata eunha sedikit mengeraskan suaranya.

"aku sedang berada di gerbang sekolah" kata orang itu.

#

Eunha pun akhirnya memutuskan secara sepihak panggilan itu dan segera berlari keluar dengan deraian air mata yang mengalir, kini tempat tujuannya adalah gerbang sekolah. Ia sangat ingin bertemu dengan wanita yang mengaku sebagai ibunya itu. Eunha terus berlari menuju tempat dimana gerbang sekolah itu sesekali ia bertanya pada salah satu murid yang sedang berjalan di lorong itu.

Dengan nafas tersengal-sengal eunha pun sampai di gerbang sekolah itu sedikit kebingungan berusaha mencari seseorang yang ingin ia lihat. Bahkan ia pun tidak percaya semua ini nyata, jika ia bisa bangkit dari kematian seharusnya ayah dan ibunya juga ada dikehidupan ini.

"eunha" suara seorang wanita paruh baya tepat dibelakang eunha yang kini sedang kebingungan mencarinya. Eunha yang menyadari panggilan itu meskipun ia tau bahwa itu bukanlah nama aslinya berusaha untuk berbalik, dan kini mata itu kembali membelalak terkejut saat melihat seseorang yang ia rindukan berdiri di hadapannya.

"ibu" kata eunha dengan air mata yang mengucur deras dipipinya, segera ia berlari dan memeluk wanita paruh baya itu dengan erat.

"astaga... kamu kenapa?" tanya sang ibu dengan nada bingung sembari menepuk bahu eunha yang bergetar karna menangis. Eunha terus menangis dalam pelukan wanita paruh baya itu yang sedang kebingungan.

"apakah ini nyata? aku menemukanmu...aku memelukmu" kata eunha masih dengan tangisnya sedangkan wanita paruh baya itu mengernyit heran dengan perkataan eunha.

"eunha...jeon eunha kau kenapa sayang?" panggil wanita paruh baya itu dengan nada khawatir. Saat nama itu kembali terpanggil eunha pun melepaskan pelukan itu dengan sekali hentakan.

"tidak...kau bukan ibuku...kau hanya mempunyai wajah yang mirip dengannya" kata eunha sembari menghapus sisa air matanya dan sedikit membuat jarak antara wanita paruh baya itu.

"eunha kau kenapa?" tanya wanita paruh baya itu dengan tatapan sedih kepada eunha sedangkan eunha tiba-tiba merasakan sakit kepala yang cukup hebat.

"akh! tolong jelaskan padaku apa yang terjadi! aku tidak mengerti ini semua! kumohon jelaskan padaku!" teriak eunha tiba-tiba sembari memegang kepalanya yang merasakan sakit luar biasa.

"eunha kau kenapa?" kata wanita paruh baya itu dengan sedikit khawatir, lalu sesaat ia melihat eunha yang sudah jatuh kelantai sembari memegangi kepalanya. Saat itu gerbang sudah sepi karna para murid pulang lebih awal.

"akh! sakit sekali! tolong jelaskan" teriak eunha sedikit dengan erangan kesakitan lalu dapat ia rasakan matanya yang terasa berat dan saat itu juga eunha pun tidak sadarkan diri. Tapi beruntungnya ada seorang laki-laki yang memeluknya dari belakang sembari menahan kepala nya agar tidak terbentur kelantai yang keras.

***

Eunha pov

'kakak! selamat ulang tahun' kata seorang gadis kecil yang tersenyum kepada seorang gadis yang lebih tinggi darinya.

"apa yang terjadi? apakah ini mimpi?" tanya ku saat melihat kejadian masa kecilku yang berada di depan mataku.

'apakah ini kue yang dibuat oleh ibu?' tanya gadis yang lebih tinggi kepada gadis kecil itu lalu dengan semangat ia menganggukkan kepalannya.

'terima kasih eunha...ayo kita makan kue nya' kata gadis yang lebih tinggi sembari mengelus puncak kepala milik sang gadis kecil.

"benar ini hanya mimpi karna dia bukanlah aku dan dia bukanlah kak sowon" kataku sembari menunjuk ke arah kedua gadis kecil yang sedang tertawa itu.

"tidak dia adalah kau dan kau adalah dirinya" kata seorang gadis yang tiba-tiba berdiri disebelahku dia sangatlah cantik,tetapi anehnya wajah kami hampir mirip. Lalu aku pun teringat dengan kejadian lelaki hoodie hitam yang memelukku tadi dia memanggilku falisa karna mungkin wajah ku mirip dengan nya.

"apakah kau falisa?" tanyaku berhati-hati pada gadis yang sedikit mirip denganku hanya perbedaanya terletak pada rambut kami aku memiliki rambut pendek sebahu sedangkan dia memiliki rambut hitam yang panjang.

"hahaha akhirnya kau mengenaliku, benar aku adalah falisa apakah boleh kupanggil kau jung eunbi?" kata gadis cantik dengan nama falisa itu sembari tersenyum manis tetapi aku merasa merinding saat melihat senyumnya seperti aku merasa senyum itu menyimpan maksud lain.

"bagaimana kau bisa tau nama asliku?" tanya ku karna yang memanggil nama asliku hanya lelaki berhoodie hitam itu. Apakah dia teman dari lelaki berhoodie hitam itu?

"tidak ada yang tidak aku ketahui didunia ini" kata falisa dengan senyum nya tetapi aku merasa senyuman itu sangat mengerikan.

"kau ini sebenarnya apa?" kataku sedikit ketakutan saat melihat senyumnya. Sedangkan falisa sudah menampilkan senyum lebarnya.

"kau juga tidak akan mengerti jika kujelaskan" kata falisa dengan senyum merendahkanku dan sedikit seram.

"apa yang kau mau dariku?" tanya ku dengan sedikit ketakutan melihat ke arahnya. sedangkan falisa kembali tersenyum dengan senyuman yang lembut dan bersahabat, sejenak aku pun merasa bingung dan sedikit tenang

"jangan takut aku hanya ingin berteman denganmu...sebelum kau tidak sadarkan diri tadi kau berteriak membutuhkan penjelasan bukan? dan aku disini untuk menjelaskannya padamu" terang falisa dengan senyuman bersahabatnya sedangkan aku pun sedikit ragu untuk memercayainya.

"baiklah aku memercayaimu" kataku dengan sedikit ragu sedangkan falisa tersenyum lembut padaku namun sesaat aku melihat senyum lain dibalik senyuman bersahabatnya.

"apakah kau lihat gadis kecil yang sedang tertawa itu?" tanya falisa pada ku sembari menunjuk ke arah gadis kecil yang memegang sebuah boneka itu.

"ya...dia sangatlah mirip denganku" kata ku sembari melihat ke arah falisa yang mulai menatap lembut ke arahku.

"karna dia adalah dirimu" kata falisa dengan senyuman bersahabatnya sedangkan aku masih tidak percaya.

"tidak mungkin! nama gadis kecil itu adalah eunha sedangkan namaku adalah eunbi!" teriak ku menyangkal ini semua sedangkan falisa tersenyum sinis padaku.

"lihatlah itu" kata falisa menunjuk ke arah anak kecil itu. Lalu sesaat kejadian itu kembali berputar tepat didepan mataku.

'kakak!...selamat ulang tahun' kata gadis kecil yang tersenyum kepada seorang gadis yang lebih tinggi darinya.

'terima kasih eunbi...tapi maaf kakak harus ikut paman bekerja dulu ya...kau makan saja kue yang dimeja itu' kata gadis yang lebih tinggi sembari mengelus puncak kepala milik sang gadis kecil.

'tapi kakak cobalah sedikit kue itu' kata gadis mungil itu menatap sang kakak

'tidak bisa eunbi, kakak sudah terlambat' kata gadis yang lebih tinggi sembari pergi meninggalkan gadis mungil itu.

Gadis kecil itu pun terduduk dan menangis dengan tersedu-sedu ia melihat pintu keluar dengan tatapan sedih dan melihat kembali kue yang ia buat sendiri dengan susah payah dibantu oleh beberapa tetangganya untuk membuat kakaknya senang.

'aku berharap ayah dan ibu berada disini' kata gadis kecil itu dengan tangis kepedihannya

'aku berharap kita bisa berkumpul seperti keluarga yang lain dan aku juga tidak ingin kak sowon kelelahan karna sibuk bekerja' kata gadis kecil itu dengan tangisnya dan ditemani dengan guyuran air hujan diluar.

Aku masih melihat masa lalu ku yang terus berputar dan berjalan tepat didepan mataku, yang kulakukan hanya bisa meneteskan air mata saat mengingatnya lalu aku kembali melihat ke arah falisa yang menatap kejadian itu dengan datar.

"sekarang kau tau perbedaannya bukan?... kau tinggal memilihnya menjadi eunbi atau eunha...itu adalah pilihanmu" kata falisa dengan wajah santainya menatap ke arahku.

"tetapi dunia ini tidaklah nyata--" kataku yang terpotong oleh decakan kesal milik falisa.

"ck! dunia ini nyata...anggap saja masa kelammu itu bagaikan mimpi buruk atau aku bisa menghapusnya jika kau mau" kata falisa dengan santainya ke arahku sedangkan aku kembali berpikir.

"lagipula dunia ini adalah dunia yang kau harapkan, kau bisa berkumpul seperti keluarga yang lain dan bisa bahagia" kata falisa lagi dengan senyumannya aku masih mencoba berpikir ulang.

"apakah kau mau kembali ke masa kelammu itu? Anggap saja nama eunbi tidak ada didunia ini" kata falisa dengan santainya dan aku tetap berpikir.

"oh..ayolah...kau ingin mengganti kehidupanmu? atau margamu? kenapa kau sangat susah untuk dibujuk" kata falisa dengan nada sedikit frustasi sedangkan aku berpikiran sebaliknya.

"bagaimana jika aku ingin tetap menjadi eunbi?" tanya ku dengan spontan dapat kulihat wajah falisa menjadi menyeramkan bahkan tawa bersahabatnya kini tidak ada lagi.

"maka bersiaplah untuk mati" kata falisa dengan wajah yang begitu seram dan menakutkan sedangkan aku pun bergidik ngeri saat melihatnya

"apakah aku tidak boleh mengubah namaku?" tanyaku lagi sedangkan falisa masih menatapku dengan tatapan menyeramkan.

"tidak! Sekarang pilihanmu hanya ada dua jika tidak ingin mati yaitu anggap eunbi adalah mimpi burukmu atau menghapusnya dari ingatanmu" kata falisa masih dengan nada menyeramkan sedangkan aku semakin ketakutan melihat wajahnya tetapi aku berusaha untuk menetralkan raut wajahku.

"jika aku menjadi eunha maka orang-orang akan menganggap ku aneh karna tadi aku berteriak sebelum pingsan" kataku mengingat kejadian sebelum aku tidak sadarkan diri.

"jangan khawatir, mereka tidak akan mengingatnya dan akan bersikap normal padamu" kata falisa masih dengan aura yang menyeramkan, sejenak aku berpikir ulang.

"baiklah aku akan jadi eunha tapi ubah margaku menjadi jung aku tidak mau bermarga jeon" kata ku mengalihkan pandangan ke arah lain sedangkan falisa sudah tersenyum lembut padaku.

"baiklah aku setuju....ternyata benar dugaanku kau sedikit berbeda" kata falisa dengan seringainya dan aku hanya menatapnya datar.

"sekarang pilihan kedua kau mau eunbi menjadi mimpi buruk atau terhapus dari ingatanmu?" tanya falisa dengan senyumannya sedangkan aku sedikit kesal dengan falisa,kini ketakutan itu sudah hilang sepenuhnya.

"itu terserah padamu saja..karna nanti saat aku bangun aku pasti tidak akan mengenal eunbi lagi" kata ku pada falisa yang tersenyum licik.

"baiklah...aku sudah memutuskan akan menghapus eunbi dari ingatanmu" kata falisa dengan senyum senangnya sedangkan aku hanya menatap datar dirinya.

"sebenarnya ini adalah dunia apa?" tanyaku masih bingung sedangkan falisa sedikit tersenyum.

"kau tidak perlu mengetahuinya cukup nikmati saja hidupmu... dan kuperingatkan padamu untuk tidak mencari tau apapun tentang dunia ini" kata falisa dengan senyum manisnya sedangkan aku menatap aneh dirinya.

"baiklah...jung eunha selamat menikmati kehidupan barumu" lanjut falisa sembari menutup mataku perlahan.

***

Author pov

Mata indah milik eunha perlahan mulai terbuka dan menampilkan sebuah ruangan yang samar dengan warna pink yang mendominasi. Sesaat ia mengerjapkan matanya pelan melihat ruangan sekitar yang tampak luas dengan wangi mawar yang menyeruak kedalam penciumannya.

'aku dimana?' batin eunha bingung dengan ruangan yang ia tempati.

CEKLEK...

"hm? kau sudah sadar rupanya" kata wanita paruh baya yang eunha temui tadi dengan membawa sebuah nampan berisikan semangkuk sup dan segelas air putih.

"ibu...aku dimana?" kata eunha sedikit memgang kepalanya karna masih merasakan sakit yang samar, sang ibu pun tersenyum lembut pada eunha.

"kau dirumah eunha, sekarang kau berada di kamarmu" kata wanita paruh baya itu dengan senyuman lembut sembari menatap eunha.

"kamarku?" tanya eunha dengan nada bingung kepada wanita paruh baya yang masih tersenyum lembut itu.

"iya...mungkin kau kelelahan, sebaiknya kau makan sup ini...ibu akan turun memanggil yang lainnya" kata wanita paruh baya itu dengan senyuman lembut dan segera pergi dari kamar milik eunha. Eunha masih menatap nanar makanan itu, ia masih berusaha mencerna apa yang terjadi sembari meletakkan nampan itu.

Sesaat eunha pun tertarik untuk sekedar merasakan hawa dingin malam hari yang menyejukkan. Ia pun berjalan menuju balkon yang berada dikamarnya dengan perlahan menapakkan kakinya pada lantai yang dingin. Eunha begitu takjub dengan keindahan yang terlihat dari balkon kamarnya, angin pun ikut menerbangkan rambut sebahunya bahkan ia tidak sadar jika kakinya kini mulai naik pada pagar pembatas balkon itu.

Dan bertepatan dengan itu seseorang membuka pintu kamar eunha sembari membelalakkan matanya. Seseorang itu berlari ke arah eunha dan berusaha untuk menjauhkannya dari balkon kamarnya eunha pun yang sadar sedikit berteriak saat seorang laki-laki mengangkat tubuhnya.

"eunha! apa yang kau lakukan?!" kata seorang laki-laki didepannya dan eunha pun membelalakkan matanya.

"kak seokjin?" tanya eunha dengan pandangan terkejut dan sedikit berbinar sedangkan laki-laki dengan nama seokjin itu sangat khawatir.

"iya ini aku...sekarang jawab pertanyaanku eunha, apa yang kau lakukan di balkon itu?!" kata seokjin dengan sedikit meninggikan suara sedangkan eunha sedikit tersentak dan menunduk ketakutan. Seokjin pun merasa bersalah pada adik iparnya itu karna telah membentaknya.

"maaf eunha, aku sangat khawatir tadi hingga tidak sadar membentakmu" kata seokjin menenangkan eunha sedangkan eunha menganggukkan kepalanya pertanda mengerti.

CEKLEK...

"sayang...kau lama sekali" kata seorang wanita yang membuka pintu dan terkejut saat melihat adiknya menahan tangis.

"eunha, kau kenapa?" tanya wanita itu dengan khawatir pada adiknya saat melihatnya menahan tangis dan segera memeluknya.

"sayang, kau mengejeknya lagi ya?" kata wanita itu dengan tatapan sengit ke arah seokjin sedangkan seokjin membelalakkan matanya.

"huh? apa sekarang kau sedang menyalahkanku?"kata seokjin dengan nada terkejutnya dan menatap istrinya dengan pandangan kesal.

"bukan seperti itu kejadiannya kak...aku tadi hampir jatuh dari balkon jika kak seokjin tidak menolongku" kata eunha dengan sedikit rasa bersalah menatap ke arah seokjin.

"apa kau merasa bersalah padaku sekarang kim sowon?" kata seokjin dengan wajah kesal nya sedangkan sowon tertawa saat melihat tingkah suaminya.

"tapi kakak, kenapa kau bisa ada disini? bagaimana dengan bisnis di busan?" tanya eunha kepada sowon bingung sedangkan sowon tersenyum lembut kepadanya.

"aku akan disini selama seminggu eunha....kau tidak perlu khawatir dengan bisnis ku karna itu sudah aman sekarang" kata sowon dengan nada lembut sedangkan eunha pun kembali bertanya pada nya.

"lalu kak seokjin?" tanya eunha melihat sekilas pada seokjin yang masih kesal sedangkan sowon tetap tersenyum lembut.

"dia akan menemaniku disini karna dia takut merindukanku nanti" kata sowon dengan menggoda seokjin.

"ayo turun makan eunha...kau pasti belum makan seharian bahkan sup mu pun sudah dingin" kata seokjin pada eunha sembari mengambil nampan dengan sup yang dingin itu sedangkan eunha hanya mengangguk.

"sayang, apa kau masih marah?" tanya sowon pada seokjin yang masih kesal dengan istrinya dan sowon pun membuat beberapa pose imut untuk membuat suaminya tersenyum sedangkan eunha tertawa melihatnya, mereka pun akhirnya menutup pintu kamar itu dan memutuskan untuk makan bersama.

Di dalam kamar eunha pintu balkon masih terbuka bahkan jendela pun belum tertutup rapat menyebabkan angin bertiup kencang menerpa kamar kosong itu. Ponsel eunha dengan gambar bunga matahari itu terus berdering.

Cling ...(pesan pertama)

"sadarlah, kau telah masuk kedalam perangkapnya!"

Cling...(pesan kedua)

"sadarlah, kau harus mengubah alurnya!"

Cling...(pesan ketiga)

"sadarlah, kau telah menjadi bidak caturnya"

Cling...(pesan ke empat)

"kumohon cepatlah sadar dan selamatkan aku!"

Cling...(pesan kelima)

"hanya kau yang bisa menyelamatkanku!"

Cling...(pesan ke enam)

"sadarlah jung eunbi! Kau bukanlah jung eunha! Aku akan menjadi kekuatanmu!"

Cling...(pesan ketujuh)

"kumohon sadarlah!"

Lalu setelah itu ponsel milik eunha kembali mati dan angin pun perlahan berhenti menerpa kamar milik eunha yang kosong itu.