"kenyataan yang akan membawaku pada pilihan tersulitku"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
{\__/}
( ^_^)
/>๐
Author pov
Ruangan dengan nuansa klasik itu terasa sedikit sunyi karna tak ada seorang pun yang membuka suaranya. Kini semua mata tertuju pada eunha yang hanya diam menatap ke bawah karna ia merasa sedikit tertekan dengan tatapan jimin yang menajam.
Yerin dapat merasakan bahwa temannya kini mulai ketakutan karna cara pandang dari jimin, ia pun menenangkan eunha dengan menggenggam tangannya.
"bisakah kau menjelaskannya eunha?" tanya yerin dengan nada melembut sedangkan jimin mulai merasa sikapnya pada eunha sedikit keterlaluan sehingga membuatnya merasa tidak nyaman.
"apakah aku menakutimu eunha? maaf ya" kata jimin dengan senyuman ke arah eunha, dan eunha pun sedikit merasa nyaman dengan sikap jimin.
"jadi..dengan siapa kau berbicara tadi?" tanya jimin lagi tentunya dengan senyum manisnya dan tetap menatap ke arah eunha. Saat eunha ingin mengatakannya suara itu kembali berdengung di telinganya.
"jangan eunha...kumohon jangan katakan keberadaanku pada siapapun" kata suara gadis itu
"aku akan menjelaskannya padamu nanti...kumohon jangan beritahukan keberadaanku" kata suara itu lagi dan dengan terpaksa eunha harus menurutinya jika ia ingin mengetahui lebih banyak.
"maaf kak jimin...bisakah aku memilih untuk tetap diam?" tanya eunha pada jimin sembari tersenyum sedangkan jimin yang mendengarnya pun ikut tersenyum lembut pada eunha.
"ah, tidak apa eunha.. aku mengerti" kata jimin dengan tersenyum sedangkan eunha merasa sedikit tidak enak pada jimin.
"baiklah, apa kau bisa ceritakan padaku.. bagaimana awalnya kau bisa 'sadar'?" tanya jimin dengan sedikit serius sedangkan eunha kembali menganggukkan kepalanya.
Eunha pun mulai menceritakan awal mula kejadian aneh ini terjadi ,tentunya dengan menghilangkan beberapa cerita yang bersangkutan dengan suara gadis misterius yang ia dengar. Yerin dan jimin hanya mempercayai cerita dari eunha tanpa ada rasa curiga sedikitpun, saat cerita dari eunha sudah selesai kini ia mulai meminta penjelasan.
"baiklah, sekarang bisa kalian jelaskan apa yang terjadi disini?" tanya eunha dengan sedikit penasaran dan bingung ke arah jimin.
"eunha...apa kau sudah benar-benar sadar? "tanya yerin lagi dengan nada khawatir dan sedikit curiga.
"apa maksudmu yerin? tentu saja aku sadar sedari tadi" kata eunha membantah pertanyaan dari yerin
"jung eunha" panggil jimin pada eunha dan eunha yang merasa terpanggil pun mulai mengalihkan pandangannya ke arah jimin.
"mungkin kau tidak akan mempercayainya tapi kenyataan ini tidak bisa diubah sedikitpun" kata jimin dengan pandangan lurus menatap ke arah meja didepannya.
"apa maksudmu kak jimin?" tanya eunha mulai bingung dan merasa sedikit merinding karna melihat ekspresi dari jimin.
"sebenarnya kita terperangkap di dunia novel" kata yerin dengan santainya menatap ke arah eunha sedangkan eunha mulai merasa sahabatnya menjadi gila.
"itu benar eunha, kita hidup didalam sebuah buku novel" kata jimin dengan penuh keseriusan saat melihat isi dari tatapan eunha yang mulai mengganggap aneh.
"sepertinya kalian mulai menjadi gila karna terlalu banyak membaca" kata eunha yang tiba-tiba berdiri dan ingin pergi dari sana lalu suara itu kembali muncul.
"aku tau ini sedikit gila eunha...tapi berusahalah untuk mendengarkan penjelasan mereka" kata suara itu.
"apa kau tidak penasaran kenapa hanya kau yang bisa mendengarku?" kata suara itu lagi
Eunha pun kembali berpikir dan akhirnya ia memutuskan untuk mendengarkan penjelasan dari jimin dan juga yerin.
"baiklah aku akan mendengarkan" kata eunha sembari duduk kembali di tempatnya dan itu membuat yerin bernapas lega. Jimin pun mulai menjelaskan kejadiaan aneh yang terus berlangsung.
"dunia yang kita tempati saat ini adalah sebuah novel remaja dan kita dikendalikan penulis untuk membuat karyanya menjadi sesuai dengan yang ia inginkan" kata jimin dengan nada tegas kepada eunha
"semua ini sangat tidak masuk akal!" kata eunha dengan nada sedikit frustasi sedangkan yerin berusaha untuk menggenggam tangan eunha.
"tunggu sebentar...jika ini dunia novel apakah aku tokoh utama dalam novel ini?" gumam eunha dengan mata berbinar.
"hei sadarlah sedikit...apakah ada tokoh utama yang diterlantarkan oleh penulis seperti dirimu?" kata suara gadis itu dengan merendahkan.
"hei apa maksudmu dengan diterlantarkan?!" gumam eunha dengan kesal sembari menekankan beberapa kata.
"kau saja disini selama berapa jam? dan bahkan penulis sendiri tidak mengetahui kau ada di panggung atau tidak" kata gadis itu
Eunha pun kembali berpikir dan berusaha untuk percaya dengan ini semua. Lalu jimin pun mulai memulai pembicaraan saat melihat eunha yang sedang berpikir keras.
"eunha, apakah kau mendengar suara buku dibalik tadi dan saat itu kau tidak bisa menggerakkan tubuhmu?" tanya jimin pada eunha yang masih diam berpikir sedangkan yerin masih menatap ke arah eunha.
"iya..aku mendengarnya samar tetapi bagaimana aku bisa percaya dengan perkataanmu?" kata eunha dengan sedikit curiga pada jimin.
"jika kau tidak percaya denganku...aku bisa menunjukkan kenyataannya padamu tetapi itu sangat beresiko" kata jimin pada eunha yang sedikit berpikir keras sedangkan yerin menatap khawatir pada sahabatnya.
"apakah benar kau bisa dipercaya kak jimin?" tanya eunha lagi dengan rasa sedikit curiga pada jimin dan yerin masih menatap khawatir sahabatnya.
"kau bisa membuktikannya sendiri" kata jimin tak acuh sembari bersedekap dan menatap eunha dengan sedikit senyuman.
"eunha, apa kau tidak penasaran dengan lukisan hidup itu?" tanya suara itu
"ah benar..aku hampir melupakannya" gumam eunha dengan pelan
"lalu bagaimana caramu menjelaskan tentang lukisan-lukisan hidup yang berada di segala tempat ini?" tanya eunha dengan rasa penasaran yang meluap-luap sembari melirik ke sekitar.
"itu juga bisa kau ketahui sendiri lewat portalku yang akan menghubungkanmu dengan kenyataan sebenarnya meskipun itu sangat beresiko" kata jimin dengan pandangan serius menatap eunha.
"jangan eunha...kau bisa dalam bahaya" kata yerin dengan khawatir menatap ke arah eunha yang masih berpikir.
"apakah aku harus menerimanya?" tanya eunha sedikit menatap ke arah sebelah bangkunya yang kosong meminta persetujuan dari suara itu tentunya dengan sedikit berbisik.
"mungkin kau bisa mencobanya jika itu membawamu pada kebenarannya" kata suara itu.
'ya, aku mungkin bisa mencobanya' batin eunha berpikir.
"baiklah, apa resikonya?"tanya eunha pada jimin sedangkan jimin sedikit tersenyum melihat keberanian dari eunha.
"eunha!" kata yerin dengan menggenggam tangan eunha sedangkan eunha pun masih menatap jimin dengan pandangan serius.
"kau mungkin tidak akan bisa kembali" kata jimin dengan senyum kecutnya karna ia pikir eunha akan menolak seperti yang lain. Eunha pun kembali berpikir saat mendengar jawaban dari jimin.
"itu memang cukup beresiko eunha" kata suara itu.
'tapi jika aku menolak untuk melewati portal itu maka aku akan terus terkurung dalam imajinasi penulis' batin eunha berpikir keras.
'mana yang harus kupilih? hidup seperti orang bodoh yang akan menjadi boneka sang penulis atau mati dengan mengetahui jati diri?' batin eunha berpikir dengan sangat keras.
Eunha pun akhirnya memilih keputusaanya dan berusaha untuk memantapkan hatinya. Dengan wajah serius dan pandangan menajam ia menatap ke arah jimin.
"berapa peluang untuk aku bisa kembali?" tanya eunha pada jimin dengan serius sedangkan jimin sedikit terkejut atas perkataan eunha.
"peluangmu kembali hanya 0,5%" kata jimin masih dengan pandangan serius ke arah eunha yang masih sibuk berpikir.
"pikirkanlah lagi eunha...tidak ada yang pernah kembali setelah melewati portal itu" kata yerin dengan pandangan khawatir menatap eunha.
"ah!..ada satu orang yang kembali dengan selamat" kata jimin sedikit mengingat kejadian dengan seseorang yang beberapa kali ia temui.
"siapa?" tanya eunha dengan serius dan pandangan menajam ke arah jimin yang masih berusaha mengingat.
"dia seorang gadis bernama im nayeon" kata jimin dengan pandangan berusaha mengingat kembali.
"lalu sekarang dimana dia?" tanya yerin menatap ke arah jimin yang masih berusaha mengingatnya ulang. Lalu seketika jimin tersenyum pahit dan itu membuat yerin kembali khawatir.
"beberapa hari kemudian dia...mati mengenaskan dengan beberapa tubuh yang terkoyak" kata jimin lagi dengan wajah menunduk lesu sedangkan yerin sangat khawatir pada eunha.
"kasian sekali hidupnya" kata suara gadis itu.
"tidak eunha...kau tidak boleh kesana" kata yerin dengan tatapan khawatirnya dan sangat panik sedangkan eunha masih berpikir.
"kau tidak boleh melewati portal itu eunha!" lanjut yerin masih dengan tatapan khawatir pada sahabatnya dan sedikit meninggikan suara.
"jika dipikir lagi itu sedikit berbahaya eunha" kata suara gadis itu
"apakah kau bisa ikut denganku?" tanya eunha kepada suara yeoja itu dengan berbisik sembari menunduk ke bawah.
"aku selalu mengikutimu eunha, kemana pun kau pergi" kata suara itu
"apa kau percaya pada keputusanku?" tanya eunha dengan nada sedikit bergetar tentunya dengan suara berbisik.
"aku akan selalu percaya padamu eunha" kata suara itu lagi.
Setelah mendengar itu eunha sedikit merasa lega dan mengeluarkan senyum lembutnya, ia tau bahwa semua kenyataan ini akan menyakitkan tapi ia akan tetap berusaha untuk mencari tau apapun yang terjadi meskipun itu harus membahayakan nyawanya.
"baiklah, aku memutuskan untuk melewati portal itu apapun resikonya! bawalah aku ke tempat dimana aku bisa melihat jati diriku, kak jimin"kata eunha dengan pandangan serius ke arah jimin.
"eunha" kata yerin dengan air mata yang mulai berderai dan eunha yang menyadari itu langsung memeluknya untuk menenangkan yerin. Lalu melepaskan pelukan itu saat merasa yerin mulai tenang dan kembali tersenyum lembut pada yerin.
"meskipun kenyataan itu berbanding terbalik dengan kehidupanmu saat ini kau tetap akan pergi? jika kau tidak pergi aku bisa memberitahu kehidupanmu yang dulu tanpa mengambil resiko" kata jimin lagi berusaha membujuk eunha yang masih teguh pada keputusannya.
"aku tetap akan pergi! itu adalah keputusanku" kata eunha dengan nada tegas menatap ke arah jimin sedangkan jimin tersenyum dengan penuh kepahitan.
"apakah kau tidak akan menyesal setelah melewati portal itu? mungkin setelah melewati portal itu dirimu tidak akan sama lagi... apakah kau akan menerimanya?" tanya jimin dengan nada berusaha membujuk.
"aku tidak akan menyesal pada keputusanku! Dan kak jimin bisakah kita memulainya saja aku sedikit merasa kesal dengan ucapanmu" kata eunha dengan rasa kesal dan nada ketus pada jimin yang kembali tersenyum penuh dengan kesedihan
"kau sama sepertinya" kata jimin dengan senyuman kepedihannya sedangkan eunha dapat mendengar suara itu mulai muncul.
"regis...ternyata kau masih mengingatku" kata suara itu dengan nada seraknya
Dan itu membuat eunha sedikit penasaran dengan perilaku jimin dan juga suara yang ia dengar menjadi sedikit serak tanda bahwa ia telah menumpahkan air matanya.
"bisakah kau menjelaskan sedikit apa yang kau maksud itu?" tanya eunha pada jimin yang ingin menumpahkan air matanya.
"ah maaf aku terlalu emosional tadi...kita bisa langsung mulai prosesnya saja" kata jimin yang bersiap untuk berdiri dari tempat duduknya dan mencoba mengalihkan pembicaraan.
"aku tidak akan memulainya sebelum kau menjelaskannya" kata eunha dengan tegas sembari menatap ke arah jimin.
"eunha" kata suara itu
"eunha...kau kenapa?" tanya yerin dengan bingung kepada eunha karna sahabatnya itu tiba-tiba bersikap keras kepala.
"baiklah aku akan menjelaskannya" kata jimin sembari kembali duduk di tempatnya sedangkan eunha masih menatap jimin dengan pandangan serius.
"eunha, wajahmu itu sangat mirip dengan teman masa kecilku, dia seorang gadis yang sangat cantik dan juga ceria tetapi agak sedikit keras kepala....dia juga adalah gadis yang paling kucintai" kata jimin serius menatap ke arah eunha dengan pandangan teduh sedangkan eunha sedikit merasa aneh.
"tapi tetap saja kalian adalah dua orang yang berbeda" lanjut jimin bergumam.
"mirip denganku? bolehkah aku tau namanya kak jimin?" tanya eunha lagi pada jimin yang menatap eunha dengan pandangan yang teduh.
"falisa earlane" kata jimin singkat menyebutkan sebuah nama sedangkan eunha yang mengerti pun mengangguk seketika.
"lalu apa yang terjadi padanya?" tanya eunha masih dengan rasa penasarannya sedangkan suara gadis itu tidak terdengar lagi.
"aku pun juga tidak mengetahuinya, karna dia menghilang bagaikan tidak pernah ada" kata jimin dengan wajah sendu nya sedangkan eunha mengernyit dan melihat ke sebelahnya.
"baiklah, aku akan menyiapkan sesuatu untuk kau minum dulu sebelum pergi" kata jimin lagi yang mulai beranjak dari tempat duduknya sedangkan eunha hanya menganggukkan kepalanya dengan senyuman dan sedikit berpikir.
"apa yang terjadi padamu?" tanya eunha dengan bisikan pada sebelahnya yang hanya diam tanpa mengeluarkan suara apapun. Eunha pun kembali terdiam dan berpikir saat menyadari tak ada respon dari teman bicaranya.
Saat sibuk berpikir dengan beberapa fakta yang ia terima hari ini, ia lalu menyadari sesuatu yang tampak berbeda dari biasanya yaitu sahabatnya yang tiba-tiba menjadi pendiam. Dan itu membuatnya menjadi agak merinding dan merasa aneh dengan sikap yerin.
"yerin, kenapa kau jadi pendiam? tidak seperti biasanya" tanya eunha pada yerin dengan pandangan yang aneh sedangkan yerin pun menatap eunha dengan pandangan lesu dan sedikit datar.
"kenapa kau mendesaknya untuk memberi tahumu? padahal aku sangat menyukainya" kata yerin dengan pandangan lesu
"hah? apa maksudmu?" tanya eunha lagi dengan bingungnya dan tak lama kemudian eunha pun mengerti maksud dari sahabatnya itu.
"tidak mungkin....kau menyukai park jimin?!" teriak eunha dengan histeris sedangkan yerin yang merasa malu dengan sikap eunha langsung membekap mulutnya.
"bisakah kau mengecilkan volume mu itu? aku sedikit menyesal mempunyai teman sepertimu!" kata yerin dengan menekankan setiap katanya dan mata melotot ke arah eunha sedangkan eunha hanya menyengir merasa tak bersalah dengan sikapnya.
"lalu bagaimana sekarang? kau akan melepasnya atau memperjuangkannya?" tanya eunha dengan sedikit antusias sedangkan yerin pun menjadi lesu dibuatnya.
"aku akan melepasnya" kata yerin dengan lesu sedangkan eunha sedikit kecewa dengan jawaban yerin.
"kenapa melepasnya? bukankah jimin sangat tampan?"tanya eunha pada yerin lagi sedangkan yerin pun menatap datar ke arah eunha.
"bukankah kau mengetahui prinsipku?" kata yerin dengan datar ke arah eunha sedangkan eunha pun kembali mengingat.
"ah iya...kau hanya memperjuangkan laki-laki yang menyukaimu" kata eunha dengan pandangan ke arah yerin yang menunduk lesu.
"apa kau tidak ingin memperjuangkan orang yang kau sukai?"tanya eunha kepada yerin dan yerin menjawabnya dengan gelengan keras. Eunha yang mengerti itu hanya bisa menganggukkan kepala tanda mengerti.
"eunha...temanmu sangatlah baik sebisa mungkin jagalah dia" kata suara itu lagi
"aku tau dan aku akan menjaganya" kata eunha dengan penuh semangat sembari memelankan suaranya.
"bolehkah aku bertanya tentang dirimu?"tanya eunha pada suara itu sedangkan suara itu kembali terdiam.
"kenapa kau terdiam? apakah aku tidak boleh menanyakannya?" tanya eunha lagi pada tempat kosong disampingnya.
"bukan begitu eunha...aku takut setelah kau melihat kenyataan dan masa lalumu kau akan berubah padaku" kata suara itu dengan lesu.
"apa maksudmu berubah? apa benar kau adalah falisa earlane?" tanya eunha lagi dengan pandangan bingung.
"iya benar aku adalah falisa earlane...tapi aku bukanlah 'dia'! Aku sangat berbeda dengannya! percayalah padaku eunha" kata suara itu dengan nada panik.
"hei tenanglah...aku akan mempercayaimu" kata eunha dengan suara berusaha menenangkan sedangkan yerin mulai bingung dengan sikap aneh eunha.
'apa maksudnya dengan 'dia'?' batin eunha bingung.
Lalu tak lama kemudian jimin segera datang dengan nampan di tangannya dan ada beberapa cemilan kecil dan juga beberapa cangkir teh.
"ini teh dan beberapa cemilannya" kata jimin dengan membawa beberapa cangkir teh dan camilan.
"terima kasih kak jimin" kata eunha dengan senyumannya sedangkan yerin pun juga mengucapkan hal yang sama pada jimin.
Eunha dan yerin kini mulai menikmati rasa manis dari teh yang membasahi tenggorokannya tak lupa mereka menyicipi beberapa cemilan manis yang ada di hadapan mereka. Lalu Yerin dan jimin memulai pembicaraan mereka tentang dunia yang mereka ketahui ini sedangkan eunha memilih untuk sibuk memakan beberapa cemilan yang tersedia.
"pasti rasanya sangat lezat...bisakah kau membaginya eunha?" kata suara itu tiba-tiba dengan sedikit berharap.
"hei...kau saja tidak terlihat oleh ku lalu bagaimana aku bisa membaginya?" kata eunha dengan sedikit berbisik dan mulai mengambil cangkir tehnya.
"ah benar juga...tapi aku sangat menginginkannya" kata suara itu dengan sedikit kesal.
"bukankah kau bisa memakan beberapa persembahan kuil di dekat sini? makanan yang mereka siapkan juga sangat manis dan enak" kata eunha sembari meminum tehnya.
"kau pikir aku ini apa huh?! aku ini bukan hantu ataupun arwah!" kata suara itu dengan kesalnya.
"lalu kau ini apa?" tanya eunha bingung sembari meletakkan cangkir tehnya yang sudah kosong.
"aish! akan susah menjelaskannya padamu lebih baik untuk melihat masa lalumu dulu baru membahas diriku" kata suara itu masih dengan nada sedikit kesal.
Eunha pun hanya menganggukkan kepalanya karna sekarang ia harus fokus pada kenyataan yang akan ia terima. Dan itu menurutnya tidak akan mudah karna banyak kenangan yang ia lalui disini tetapi jika benar dunia ini adalah sebuah buku novel remaja maka ia akan berusaha menerimanya meskipun itu sedikit berat.
"eunha...apakah kau sudah selesai?" tanya jimin pada eunha saat melihat cangkir teh milik eunha yang sudah kosong.
"aku sudah selesai kak jimin..apakah bisa kita mulai?" tanya eunha dengan sedikit senyuman yang terpatri di wajahnya. Sedangkan jimin pun mengangguk tanda menyetujui, mereka akhirnya beranjak dari tempat duduk masing-masing lalu jimin pun menuntun mereka ke suatu tempat.
Kini sebuah tempat dengan sedikit pencahayaan yang mereka datangi, bau lembap pun terasa di indera penciuman mereka bahkan banyaknya debu menambah kesan suram di ruangan itu. Ruangan itu hanya terisi oleh lukisan-lukisan mitologi kuno yang sedikit menyeramkan. Tetapi anehnya semua lukisan itu tidak bergerak sama sekali dan terkesan seperti lukisan biasa.
"kak jimin kenapa kita kesini?" tanya yerin yang sedikit merasa tidak nyaman dengan ruangan itu.
"apakah tidak nyaman? maaf ya" kata jimin dengan sedikit rasa menyesal sedangkan eunha pun langsung menyanggahnya.
"tidak apa kak jimin...tapi untuk apa kita kesini?" tanya eunha melihat ke sekitar ruangan yang penuh dengan lukisan.
"disinilah tempat portalmu berada" kata jimin dengan senyuman sedangkan yerin pun segera memandang ke sekitar ruangan itu tetapi ia tidak menemukannya.
"tapi dimanakah portal itu berada?" tanya yerin yang masih berusaha mencarinya ke segala tempat di ruangan itu. Jimin pun tersenyum pada pertanyaan yang dilontarkan oleh yerin sedangkan eunha menatap bingung ke arah jimin.