Aku masih di tempat Rannu ketika telepon Arion berdering di tengah keheningan kami menemani Rannu. Ferdy juga belum berniat balik ke kantor. Sepertinya ia masih senang menikmati suasana duduk di atas tikar, di bawah pohon yang daunnya kadang bergerak mengikuti embusan angin, di tengah cuaca yang cukup sejuk sembari melihat kesibukan Rannu dengan rajutannya. Ketika aku menerima telepon dari Arion, Ferdy malah meringis. Entah apa yang terlintas di benaknya dengan ekspresinya seperti itu. Tetapi aku yakin, ia masih belum menerima kenyataan tentang hubunganku dengan Arion. Ia masih terus berprasangka pada Arion. Memang akan sangat sulit mengembalikan kepercayaan dari perbuatan di masa lalu.
"Ya, Mas?" sahutku begitu panggilan telepon kuterima.