"Sayang, jangan abaikan aku. Aku hanya ingin berada di sampingmu. Jangan usir aku." kata Fisa memohon.
Juna menghela nafas. Sikap Fisa kadang memang menyebalkan, tapi dia tidak pernah benar-benar marah kepada Juna. Bahkan disaat Juna yang bersalah. Hati Juna melunak. Juna membalikkan badan, kini ia berhadapan dengan Fisa. Menatap gadis itu dengan rasa kasihan. Sisa air mata Fisa masih ada di pipinya. Juna mengusapnya dengan lembut.
"Maafkan aku. Maaf karena menjawab telepon untukmu. Ponselmu terus berdering. Aku-"
"It's Okay, Aku memaafkanmu. Tapi berjanjilah untuk tidak melakukannya lagi."
"Aku mengerti, Aku hanya-"
"Bagaimana kalau kita sarapan? Aku sudah lapar. Kau pasti tidak ingin melihatku kurus dan wajahku menjadi jelek." Juna mengalihkan perhatian Fisa. Dia sengaja menghindar agar Fisa tidak menuntut penjelasan darinya.
"Baiklah. Kita cari sarapan dulu."