Putra sudah tiba di rumah pagi hari sebelum Naya berangkat ke kantor. Putra membersihkan diri lalu membangunkan Naya, sekaligus Putra melihat luka di bibir Naya. Putra tidak sabar.
Putra melihat Naya masih tertidur pulas dj atas tempat tidurnya. Begitu damai melihat Naya tertidur. Sungguh beruntung Putra, ia bisa melihat Naya kapanpun dia mau. Memandangnya dari dekat seperti ini rasanya cukup untuk mengobati rasa rindunya semalam.
Aku harus melihat bibirnya, memastikan apa lukanya serius. Kenapa juga dia harus punya bekas luka disitu? Sungguh membuatku tidak tenang, aku jadi berpikir macam-macam.
"Bangunlah, sudah pagi."
Naya tersentak, ia terduduk di atas tempat tidur. Naya reflek menarik selimut untuk menutupi wajahnya, hanya menyisakan bagian mata saja yang terlihat.
"Kenapa ditutupi? Malu ya? Apa kamu terkejut karena aku sudah ada di hadapanmu sekarang?" Putra memainkan sebelah alis matanya.