Chapter 7 - •6• (Teka-teki)

__________________________________________

"Don't touch my shoes!" Kata gadis yang tidak lain adalah annabeth. Ia mengucapkan kalimat itu, seolah-olah ia membuat suaranya menjadi berat hingga, terdengar seperti suara iblis yang berbicara. Ia kemudian berlari kearah Evellyn lalu menindihnya dan langsung mengarahkan tangannya untuk mencekik evellyn dengan keras.

"I'm really gonna kill you!" Ucapnya dnegan beserta suaranya yang terdengar mengerikan, yang diarahkan kepada evellyn.

__________________________________________

Next Story

__________________________________________

Annabeth mencekik evellyn tanpa ampun. Evellyn terus berusaha untuk melepaskan cengkraman annabeth di lehernya dengan usaha yang keras.

Walau begitu, Lidya, Jack dan dokter itu pun, juga berusaha untuk menghentikan kelakuan annabeth yang tidak wajar itu. Akan tetapi, apa yang mereka lakukan sia-sia. Bahkan saat dokter itu ingin membantu evellyn, ia malah di tendang dengan keras, hingga ia terhempas dan terbentur ke dinding sehingga membuat hidungnya mengeluarkan darah.

"Lepaskan dia annabeth!" Ujar lidya teriak.

"Ja--jack, ambil air suci di dalam tasku" ucap evellyn terbata-bata akibat rasa sakit dan sulitnya ia bernapas. Tanpa babibu lagi, jack pun berlari mengambil air suci yang berada di dalam tas ibunya itu.

Disaat jack yang sedang mengambil air suci, annabeth terus berbicara tidak jelas.

"AEKMER KAEDAP DADMEN MALSABME KANA UKA!" katanya teriak-teriak dengan suara yang menyeramkan. Annabeth terus mengulang-ulang kata-kata itu. Orang-orang disekitarnya makin takut dengan ulah annabeth.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, disaat annabeth yang terus mengeluarkan kalimat yang tidak jelas, jackpun datang dan langsung menuangkan cairan suci itu ke tangannya kemudian dengan cepat ia mencipratkan air itu ketubuh annabeth. Annabeth menghentikan ucapannya yang tidak jelas itu, dengan teriakan panjang dan seketika jatuh terkapar lemah disertai kondisi seperti kejang-kejang dengan mulut yang mengeluarkan busa.

***

Annabeth sudah tidak berada di rumah sakit. Karena, ibunya tidak ingin annabeth berbuat kekacauan seperti kemarin.

Namun,ada Evellyn yang saat ini masih berada dirumah sakit, untuk mengambil hasil pemeriksaan kondisi annabeth, yang terjadi dengannya kemarin.

"Dokter, apa yang terjadi?" Tanya evellyn.

"Ummm--, ini sangat aneh." Ujar dokter itu, sembari membolak-balikan kertas hasil medis annabeth.

"Aneh?"

"Iya nyonya. Dari analisis saya, annabeth sama sekali tidak memiliki penyakit. Ini sebenarnya sangat mustahil, jika kembali mengingat hal yang terjadi dengannya kemarin" ucap dokter itu.

Evellyn yang sedari tadi mendengar ucapan dokter itu, hanya bisa terdiam.

'Kring,kring,kring'

Suara telepon genggam miliknya kini beredering. Tertera disana nama Lidya. Iapun mengangkat teleponnya.

"Lidya?, ada apa?"

"Evellyn, tolong! Ada yang tidak beres dengan annabeth!" Ucap wanita itu dari seberang dengan nada yang jelas sangat ketakutan.

"Tenangkan dulu dirimu Lidya. Ceritakan apa yang terjadi"

"Aku tidak bisa menceritakannya disini. Aku mohon, tolong segeralah datang kerumahku" ucap lidya dan langsung mematikan teleponnya.

Evellyn kemudian langsung mengambil hasil pemeriksaan milik annabeth, dan pamit kepada dokter itu.

***

Evellyn berlari kecil masuk ke dalam rumah lidya. Ia disambut oleh tangisan lidya yang terisak-isak. Evellynpun menghampiri lidya dan bertanya kepadanya.

"Lidya, what happend?"

"A...Annabeth--" ucapnya sembari menunjuk kamarnya.

Annabeth sejak kemarin, saat pulang dari rumah sakit, ia memang sudah tidak diperbolehkan oleh lidya menginap di kamarnya sendiri. Lidya berpikir bahwa semua hal buruk bisa saja terjadi jika dia berada di lantai atas kamarnya.

Lanjut cerita, tanpa basa basi lagi, evellyn segera menuju ke kamar, tempat annabeth tinggal.

Evellyn melangkahkan kakinya sangat cepat, hingga tibalah dimana ia dipertemukan dengan kelakuan annabeth yang tidak wajar.

Terlihat annebeth yang sedang berusaha melepaskan seluruh pakaiannya, namun karena kedua tangannya diikat, ia tidak bisa melakukan pergerakan apapun. Evellyn tidak mengerti untuk apa dia melakukan hal itu.

"Annabeth? What are you doing?!" Teriak evellyn dari ambang pintu. Namun, disaat annabeth menjawab, evellyn bahkan makin tidak percaya apa yang sedang terjadi saat ini.

"Aku bukan annabeth!" Kata-kata itu keluar mengerang serak, seakan-akan ada yang ingin keluar dari tenggorokannya. Evellyn kemudian, melangkahkan langkahnya mengarah makin dekat dengan annabeth. Setelah ia merasa sudah berada di tempat yang tepat, evellyn lalu menanyakan suatu hal kepada annabeth.

"Apa yang kau mau?"

"AKU MENGINGINKANNYA!"

"Mengingkan apa?"

"MEREKA MEMBOLAK BALIKAN FAKTA!"

"Apa sebenarnya yang kau Maksud?" Pertanyaan dari evellyn tersebut sama sekali tidak dijawab Annabeth.

Hal yang yang selanjutnya terjadi, membuat evellyn benar-benar makin tidak percaya. Annabeth tiba-tiba muntah, dengan mengeluarkan cacing-cacing dan ulat-ulat kecil dengan cairan berwarna hitam disertai raut wajah annaneth berubah menjadi bingung. Ia memperhatikan pakaiannya dan benda-benda yang telah keluar dari dalam dirinya. Ia seketika menangis dan kemudian bertanya.

"Siapa se--benarnya diriku ini?" Tanyanya dengan isak tangis. Evellyn berjalan mendekati annabeth dan langsung memeluknya erat.

Selang beberapa jam, kini annabeth mulai tenang dan tertidur. Disisi lain, ada Evellyn dan lidya yang sedang mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut.

"Apa yang akan dilakukan selanjutnya evellyn?" Tanya lidya sambil melihat evellyn mondar-mandir.

"Sebenarnya yang ingin kulakukan adalah pengusiran. Namun kita masih belum tahu, apa tujuan iblis itu--" jawab evellyn.

"Aku yakin iblis itu sudah memberikan kita petunjuk, namun apa?" Lanjutnya lagi. Evellyn kembali berpikir keras, ia mencari-cari apa petunjuk yang sudah diberikan iblis itu kepadanya.

"Evellyn! Sepertinya aku tau apa petunjuk itu--" ujar lidya yang membuyarkan pikiran evellyn.

"Apa itu?"

"Apa kau ingat yang dia katakan kemarin dirumah sakit? Perkataan aneh itu?" Evellyn awalnya bingung. Setelah mencerna perkataan lidya barusan, dalam waktu yang singkat, ia langsung mengerti.

"Tolong ambilkan aku kertas dan pena!" Segera, lidya pergi untuk mengambil secarik kertas dan pena. Setelah mengambil kedua benda tersebut, Evellyn pun langsung menuliskan apa yang sebelumnya sempat dikatakan oleh annabeth dirumah sakit kemarin, menggunakan bahasa yang aneh.

"Aekmer kaedap dadmen malsabme kana uka--" ucapnya pelan, sambil menulis satu persatu kata-kata tersebut.

"Apa itu yang kemarin diucapkan annabeth? Tapi bahasa darimana itu?" Tanya lidya, setelah membaca tulisan yang telah ditulis evellyn sebelumnya.

"Iya. Memang ini yang kemarin diucapkan annabeth. Tapi aku yakin, pasti ada arti yang tersembunyi dibalik kata-kata ini" ujarnya sembari memperhatikan jelas tulisan yang ditulisnya.

Mereka berdua memperhatikan secara seksama tulisan tersebut. Mereka benar-benar berpikir keras untuk dapat mengetahui apa arti dari kalimat itu. Untuk beberapa waktu, mereka diisi dengan keheningan, dalam upaya mencari tahu arti kalimat tersebut hingga pada akhirnya evellyn mengeluarkan suaranya.

"Sepertinya, aku tahu sesuatu" Evellyn kemudian menulis kembali diatas kertas yang sama. Setelah beberapa saat menulis, ia akhirnya selesai dengan tulisannya. Ia menulis

'Aku Akan Membalas Dendam Kepada Mereka'

Evellyn terkejut. Begitu pula dengan lidya. Mereka berdua sama sekali tidak menyangka arti yang tersirat dibalik kalimat itu.

"Apa maksudnya? Balas dendam apa? Dan untuk siapa?" Evellyn berkata penuh antusias akan penasarannya kepada hal itu. Teka-teki tersebut disisihkan oleh Lidya ketika suara hentakan pintu yang berusaha didobarak menyeruak sampai di telinga evellyn dan lidya.

Evellyn dan lidya berlari kearah suara itu yang tidak lain berasal dari kamar tempat annabeth kini berada. Ia tercengang saat membuka pintu kamar tersebut. Annabeth berada disudut ruangan, dengan menarik-narik rambutnya sendiri hingga beberapa bagian dikepalanya menjadi gundul atau tidak memiliki rambut lagi. Bahkan tidak hanya rambutnya saja yang gundul, kepalanyapun banyak memiliki luka-luka besar akibat dirinya yang secara brutal menarik-narik rambutnya sendiri.

Lidya lari kearah annabeth sambil menangis akibat tak kuasa melihat hal buruk yang ditimbulkan oleh annabeth kepada dirinya sendiri.

Sebelum sampai ditempat annabeth, lidya dihentikan oleh suara yang aneh.

"Berhenti disana!" Kalimat yang keluar dari mulut annabeth tersebut bukanlah suara sesungguhnya yang dimiliki annabeth.

"Itu suara iblis.." ucap evellyn.

Kaki Lidya terasa melemas, hingga membuatnya terjatuh. Evellyn segera membantu tubuh lidya untuk bangkit dan berkata "No Lidya! Kamu.tidak boleh seperti ini, bangkitlah. Kita harus membantu annabeth" mendengar kalimat itu, lidya perlahan mulai kembali mengembalikan tenaga dan keberaniannya. Setelah bangkit, merekapun memberanikan diri untuk mendekati annabeth. Melihat evellyn dan lidya yang semakin mendekat, annabethpun kemudian berteriak untuk menghentikan mereka.

"Berhenti! Aku sudah katakan untuk berhenti, maka kalian harus berhenti!", lidya dan evellyn mengabaikan ucapannya.

Semakin dekat, dan semakin dekat sudah jarak diantara mereka. Namun hal yang aneh kembali terjadi. Setelah tadi iblis itu berusaha untuk menghentikan pergerakan Lidya dan evellyn, iblis itu kemudian malah tertawa dan kemudian berucap namun tetap menggunakan tubuh annabeth.

"HAHAHAHAHA!! Ingin mendekat? Baiklah, mari mendekat wahai evellyn seorang paranormal sampah dan Lidya Allison si tukang bully"

Lidya menghentikan langkahnya. Ia merasa bagaikan ribuan jarum menusuk jantungnya ketika tiba-tiba kembali terlintas di benaknya kehidupan masa lalunya.

"Ka...kau.? Siapa kau sebenarnya?! Darimana kau tahu tentangku?"

"Kau tidak ingat? Aku pikir, akulah korban yang tidak mungkin akan kau lupakan" ucapnya membuat lidya makin tegang di tempatnya.

"Cla..claire?"

____________________________________________