Di tengah tawa yang renyah, mereka, Hanan, Ryan, Hani, Bella, dan Anne, yang sebelumnya mengobrol di luar villa bergabung.
Ketika semua orang telah berkumpul di meja makan, Harraz langsung berinisiatif mencari spot terbaik untuk meletakkan kamera dan mengabadikan moment sebelum makan.
"Asam pedas sedap, rasa nasi lemak macam lain, tapi sedap", ucap Aunty Meera.
"Ikan panggang dan udang, lagi sedap", jawab Uncle Mikail.
"Tapi menu crab yang paling best", ucap Harraz yang juga mendapat persetujuan Ryan.
"Cita rasa melayu berpadu Aceh, lain tapi sedap", ucap Om Sofyan.
Semua menyukai menu yang telah kami persiapkan. Masakan ini menjadi istimewa karena Om Sofyan dan Uncle Mikail yang langsung turun tangan menyiapkan hampir semua menu dinner. Mereka berdua puas dengan hasil masakan mereka sendiri.
"So Ara, berapa poin untuk dinner malam ni ?", tanya Uncle Mikail tiba-tiba.
Sejenak aku memainkan jari di keningku seolah sedang memikirkan nilai yang sesuai untuk hasil masakan mereka malam ini.
"Perfect 10", ucapku sambil menunjukkan dua ibu jari.
"Tapi Harraz rasa, perfect 10 paling sesuai untuk head chef Sofia", pujinya.
"Setuju, tak ada bantahan langsung", jawab Uncle Mikail didukung Om Sofyan.
Pada saat yang sama, Hani langsung menutup mulut Harraz dengan menyuapinya makanan dengan sesedok penuh hingga Harraz benar-benar tidak bisa bicara sebelum menelan semua makanan itu.
Mereka berdua tersenyum puas karena kerja keras mereka mendapat apresiasi yang baik. Benar kata pepatah, tidak ada usaha dan kerja keras yang mengkhianati hasil.
Jika hasil belum sesuai dengan harapan maka terdapat dua kemungkinan. Pertama, usaha manusia yang belum maksimal atau doa yang terbatas. Kedua, hasil terbaik sengaja ditunda pengabulannya untuk menguji ketangguhan dan keyakinan manusia terhadap pengabulan harapannya.