Chereads / Keajaiban untuk Hati / Chapter 93 - 0.01%

Chapter 93 - 0.01%

Kebohongan dan kejujurannya tidak mempengaruhi atau mengusik apapun dalam hidupku. Aku tidak merasa dirugikan, tapi apa keuntungan yang didapatkannya dari membohongiku ?

Seharusnya aku tidak memikirkan semua ini sejauh itu. Tidak ada gunanya memikirkan sesuatu yang tidak perlu dipertanyakan. Hal itu seperti membuang energi percuma dan tidak bijak dalam mengendalikan pikiran.

"Silahkan duduk", ucap Harraz sambil tersenyum ramah.

Aku ikut tersenyum, lalu menarik kursi untuk Hanan juga diriku sendiri. Meski agak membingungkan berada di antara mereka, aku mencoba bersikap biasa saja. Aku tidak ingin memikirkan sesuatu yang bukan urusanku.

Usai sarapan, aku masih harus bersabar menemaninya yang disibukkan dengan semua pekerjaan. Kehadiranku di dekatnya tidak mengubah keadaan, dia tetap bergelut dengan laptop. Anehnya, dia tetap menahanku dalam dunianya yang membosankan itu.

Pertanggungjawaban yang aku janjikan tidak seperti ini. Aku hanya akan mengunjunginya di pagi hari, lalu pulang. Kemudian, kembali ketika menjelang waktu makan siang.

Selebihnya, menemani Hanan check up ke rumah sakit atau membantunya latihan berjalan sampai sembuh. Aku sama sekali tidak berjanji untuk menontonnya melakukan pekerjaan yang memuakkan.

Jika dipikirkan secara logis, jelas sekali aku menuruti keinginannya tanpa alasan. Semua ini menyimpang dari akal sehat dan menyalahi aturan.

Sikapku mulai membingungkan, bagaimana bisa aku tetap diam dan tidak membantah apapun. Aku masih duduk mematung memperhatikannya, mencoba mencari jawaban atas kekesalanku.

Tapi aku tidak menemukan apapun dari wajahnya, selain rasa jenuh yang menderaku.

Tiba-tiba Harraz ikut bergabung dan memecah kebisuan antara aku dan Hanan. Kedatangannya memecah ruang hampa yang membuat seseorang tidak dapat mendengar apapun. Lalu, keadaan menjadi lebih baik dan mulai ada kehidupan setelah kehadirannya.

"Tak pergi office ?", tanyanya begitu melihat Harraz duduk di sebelahku.

"Boss ada dekat rumah, PA pun sama", jawabnya menimpali.

Harraz lebih santai dan mudah mencairkan suasana. Sedangkan kakaknya terlalu kaku dan menjadi sangat serius ketika menekuni suatu pekerjaan.

Bukan berarti Harraz adalah pemalas dalam urusan pekerjaan. Dia hanya mengerti cara menikmati hidup dan tidak melupakan kebahagiaan.

Berbeda dengan kakaknya yang seperti lupa cara untuk tertawa lepas, apalagi merasakan perasaan bahagia.

Sejenak aku kembali mempertanyakan logika Bella dan semua perempuan yang menggilainya. Bagaimana mereka bisa tertarik padanya, lalu mencintainya.

Logika dan akal sehatku tidak mampu menjangkau perasaan aneh mereka. Bagiku dia sama seperti kebanyakan lelaki pada umumnya, sama sekali tidak menarik.

Dia lebih menyerupai homo mechanicus alias manusia mesin yang terlalu maniak dengan pekerjaan dan kurang menikmati hidup.

Harraz mengambil album foto masa kecil Hanan dan menunjukkannya padaku. Dia imut dan menggemaskan, tapi sekarang tumbuh sangat menyebalkan.

"Jangan tenung lama sangat, Ara boleh jatuh cinta", ucapnya lalu kembali fokus pada laptopnya.

Aku mengernyitkan alis sebagai isyarat bahwa semua perkataannya hanya nonsense belaka. Aku bukan Bella yang terlalu mencintainya dan hampir tidak mungkin aku akan jatuh cinta padanya.

Probabilitasnya hanya 0.01%, artinya 99.99% aku tidak akan jatuh cinta pada manusia menyebalkan sepertinya.

"Along jangan nak mengada, lagi ramai orang handsome dekat luar", ucap Hani yang baru bergabung, lalu mengasingkanku dari kedua kakaknya.