Makan malam diselingi obrolan ringan yang manis mencuri waktu. Tanpa terasa malam mulai larut, mereka meninggalkan restoran. Sedangkan, kami hanya melihat mobil yang mereka tumpangi berlalu, kemudian menyusul setelahnya.
Perjalanan pulang terasa lebih cepat, atau mungkin saja Ryan menyetir dengan kecepatan lebih tinggi.
"Ara, bangun!", ucapnya sambil menepuk kedua tangannya.
"Hah, cepatnya, baru juga tidur 5 menit", ucapku yang baru menyadari mobilnya sudah terparkir di depan rumah.
"Lima menit apanya, Ara tidur lebih dari setengah jam", ucapnya sambil tertawa kecil.
Dia benar, dia sama sekali tidak berkata bohong. Jarum jam menunjukkan pukul 11.55.
Sejenak aku menertawakan diri sendiri yang begitu mudah tertidur dalam perjalanan atau di manapun. Tanpa penjelasan apapun, aku terlahir seperti ini.
"Kenapa ?", tanyanya yang heran melihatku tertawa sendiri.
"It's like a strange habbit. Ara tidur di bawah meja, di tumpukan kain, dan di manapun, tapi anehnya gak pernah tidur di kelas", ucapku.
"Nah, itu tau, my nerd girl", ucapnya sambil menjentikkan jarinya di keningku.
"Apa ? Nerd girl ? Gak ada istilah lain yang lebih enak didengar?", protesku.
"That one's really suited yours ", sahutnya.
"Find another one that sounds like a music to my ears, ok? ", ucapku sebelum meninggalkannya yang tengah tersenyum.