Chereads / Keajaiban untuk Hati / Chapter 72 - CEO of the Company

Chapter 72 - CEO of the Company

Jarak tempuh ke kantornya dari restoran Tante Lusi hanya sekitar 10 menit..

Aku menyusulnya menuju lift yang bergerak naik menuju lantai 8. Aku sedikit tidak nyaman berada di sampingnya karena kehadiran Hanan terlalu menarik perhatian.

Banyak mata yang memandang penuh tanya, beberapa orang berkasak-kusuk setelah menyapanya.

"Morning, En. Hanan", sapa salah satu karyawan yang melewatinya.

Hal yang sama juga dilakukan oleh karyawan lain. Hanan menerima cinta, perhatian, dan keramahan dari semua pegawai.

Menurutku, itu agak berlebihan karena dia bertindak sesuka hati; datang ke kantor tanpa rasa bersalah setelah berhari-hari meninggalkan pekerjaan.

Aku sempat berpikir dia adalah karyawan teladan yang banyak berkontribusi bagi perusahaan sehingga layak mendapat pemakluman.

Sebenarnya, alasan di balik perlakuan istimewa itu adalah jabatan dan status sosialnya sebagai CEO dan anak dari pemilik perusahaan.

______________

Sementara dia sibuk bergelut di meja dan beberapa berkas, aku menunggu sambil mengamatinya hingga bosan. Tidak lama personal assistant-nya masuk membawakan makanan.

"Kenalkan ini Harraz, my handsome PA", ucapnya.

Hanan menambahkan jika aku ingin mengetahui apapun tentangnya atau Ryan, cukup bertanya pada Harraz sambil mengedipkan mata padanya; Harraz hanya menanggapi dengan senyuman.

Menakjubkan, seorang Mr. Bossy yang biasa mengelompokkan orang berdasarkan status sosialnya bisa seakrab ini dengan asisten pribadi; Hanan yang kukenal tidak seperti ini.

"Saya dengan boss memang rapat dari kecik", ucap Harraz yang seperti bisa membaca pikiranku sebelum meninggalkan ruangan.

Aku mengangguk ringan dan menunjukkan sesimpul senyum.

Sesudah memastikan bayangannya menghilang dari balik pintu, aku langsung meraih makanan yang baru saja dibawa olehnya. Sopan atau tidak, terserah saja; aku akan memikirkannya nanti.

"Lapar sangat keh ?", tanyanya.

Aku hanya mengangguk dan tidak memedulikannya lagi; fokus menikmati sarapan pagi yang tertunda.

Tiba-tiba dia menanyakan pendapatku tentang Harraz. Pertanyaan di luar dugaan terlontar begitu saja dari mulutnya. Pertanyaan itu tentu menunjukkan bahwa Harraz adalah karyawan istimewa yang sangat disukainya.

"Harraz, handsome, humble, and nice", jawabku.

Harraz memang lebih tampan daripada Hanan. Dia memiliki mata yang besar, hidung mancung dan mungil, wajah kecil dan dagu lancip.

Tidak hanya itu, dia memiliki tinggi sekitar 180-an sama seperti Hanan. Meski tidak memiliki lesung pipi, belahan dagu samar membuatnya terlihat indah dipandang.

Sebenarnya dia tidak cocok disebut tampan, tapi pretty boy.

"Selesai sarapan, kita ke rumah sakit untuk check up", ucapku padanya yang sedang menikmati sarapan.

"As you wish", sahutnya.

Usai sarapan, dia meminta waktu 10 menit untuk membereskan beberapa berkas yang harus dibawa pulang.

"Lepas ni, saya ikut saja arahan Cik Ara Sofia", ucapnya lalu tersenyum sesaat setelah aku bangkit dari tempat duduk.