Chereads / Keajaiban untuk Hati / Chapter 73 - Berpacu dengan Waktu

Chapter 73 - Berpacu dengan Waktu

Kami meluncur ke rumah sakit  untuk check up dan treatment..

Aku harus berpacu dengan waktu membantu proses penyembuhannya.

Berdasarkan keterangan dokter, tidak terjadi cidera serius. Kemungkinan besar dia bisa pulih seperti sedia kala dalam waktu dekat.

Selepas pertemuan dengan dokter, aku mengantarnya kembali ke rumah..

Aku juga berencana pulang sehingga Tante Lusi tidak menyadari kepergianku; gagal karena tidak diizinkan, aku terpaksa bertahan di rumahnya.

"Soal Aunty Lusi, Ara tak payah risau sebab Ibu dah call Aunty bagi tau yang sebenar", ucapnya yang membuatku terkejut.

Menurutnya, Tante Lusi tidak mempermasalahkan jika aku harus merawat Hanan. Tetap saja, aku masih kesal sekaligus marah.

Tindakan gegabah dan keterlibatannya dalam permasalahanku tanpa bertanya terlebih dahulu bisa saja mengacaukan hidupku.

Ryan saja tidak mengatakan apapun pada Tante Lusi dan memberiku kesempatan; menemukan waktu yang tepat, menceritakan semuanya tanpa menimbulkan kesalahpahaman sehingga tidak akan ada yang terpojokkan dalam situasi ini.

Aku menarik nafas panjang, mencoba meraih kesabaran dari tempat yang sangat jauh; memejamkan mata sesaat, mencari ketenangan agar mampu melewati lebih banyak hari bersamanya.

"Semua akan baik-baik saja", batinku.

Meski ingin pergi dan melarikan diri, aku tidak punya kesempatan. Jika pun kesempatan itu ada, aku tidak akan melakukannya walau sangat ingin membebaskan diri karena menepati janji dan menerima konsekuensi penuh atas tindakanku adalah pilihanku.

"Ara nak apa-apa tak ?", tanyanya mencoba mencairkan suasana.

"Tak kan Ara diamkan saya macam ni. Ara nak apa, saya boleh belikan".

"Tidak semua keinginan itu bisa dibeli", jawabku frustasi.

Kuakui, uang memiliki nilai tukar yang tinggi dan memungkinkan untuk membeli fatamorgana dunia dan sandiwaranya.

Meski begitu, tidak semua hal bisa dibeli dengan uang; beberapa hal krusial bahkan tidak dapat dimiliki oleh seorang raja dan pangeran yang hidup dalam kemewahan dan kekayaan berlimpah.

Uang tidak akan pernah bisa mengembalikan waktu, cinta, kebahagiaan, kesehatan, dan orang-orang yang telah pergi.

Setelah mendengar perkataannya, aku semakin muak. Arogansi tidak akan pernah terpisah dari kesehariannya.

Mungkin hal itu yang mendasari alasanku tidak pernah senang dengan kehadirannya, tidak bersyukur atas setiap pertemuan serba kebetulan dengannya.

Tapi, janji tetap harus ditepati, sehingga aku bisa pergi dengan tenang dari hidupnya.

"Jangan salah sangka, I'm not that worst", ucapnya saat tiba di rumah.

"Jangan khawatir, saya bukan orang yang ingkar janji", jawabku.

"Lain kali jangan buat lagi! Saya tak suka", ucapnya karena aku membuka pintu untuknya.

"As you wish", jawabku sebelum mengambil dokumen yang dibawanya.

Ada reaksi kesal dari wajahnya karena perlakuanku. Seharusnya tidak perlu kesal karena ini yang diinginkannya. Melihat seseorang mengabdikan diri untuknya, mengelu-elukannya.

"Ara, please!", ucapnya yang terdengar frustrasi.

🍁🍁🍁