Rumah kelihatan sepi seakan tidak berpenghuni, bahkan tidak ada orang di meja makan. Aku hanya duduk menunggu di meja makan, tidak ada yang datang.
Sebelum akhirnya Tante Lusi menghampiriku dan menyerahkan sebuah bingkisan dari Switzerland.
"Terimakasih", seruku.
Tante Lusi langsung ke restoran tanpa sarapan. Aku tidak melihat Ryan pagi ini, Om Sofyan juga tidak; mereka ke rumah sakit lebih cepat.
Usai ditinggal Tante Lusi, aku pergi ke rumah Hanan.
"Assalamu'alaikum", sapaku saat berada di depan Hanan yang menunggu di teras depan sambil memainkan handphone.
Dia tidak menyadari kehadiranku karena sibuk menatap layar handphone-nya, sehingga nampak kaget begitu menyadari kehadiranku.
"Wa..'alaikumsalam", jawabnya dengan wajah kaget.
"Jom, breakfast", lanjutnya.
Aku mengangguk dan berjalan mendekati pintu masuk. Dia mencegatku sebelum mencapai pintu.
Aku meliriknya keheranan, kali ini apa lagi yang salah; karena kesalahpahaman sering terjadi saat orang apatis bertemu jiwa melankolis.
"Kenapa lagi, tadi katanya mau makan ?", tanyaku.
"Kita breakfast dekat luar", ucapnya, lalu berjalan menuju mobil.
_________________