Nara terbangun karena suhu AC yang terlalu rendah dan membuat ruangan menjadi sangat dingin. Saat ia ingin bangun ia baru sadar bahwa Rich memeluknya. Nara tersenyum saat mengingat kejadian semalam. Nara berbalik badan dan menatap wajah Rich yang sedang tertidur. Ia menatap dalam-dalam wajah suaminya itu lalu mencium lembut pipi Rich dan membuat Rich terbangun.
"Morning Honey" ucap Nara saat Rich membuka matanya.
Rich mengangguk. Ia mengucek matanya dan menguap. Nara terus menatap wajah Rich.
"Kenapa kamu menatapku?" Tanya Rich.
"Memangnya gak boleh?" Nara bertanya balik.
"Aneh aja" jawab Rich.
"Kamu mandi dulu setelah itu siapkan air hangat untuk ku. Aku ingin berendam di bathtub" pinta Rich.
"Kalau aku gak mau?" Tanya Nara.
"Bakalan aku cium" jawab Rich dengan wajah usil.
"Kalo gitu cium aja" balas Nara.
"Beneran nih?" Goda Rich.
"Ya enggak lah. Aku mau mandi dulu. Lagi pula kamu bau!" Ejek Nara yang bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi.
*** *** ***
"Nara, ada yang harus aku katakan!" Rich menghampiri Nara yang sedang membaca majalah.
"Ada apa?" Tanya Nara cuek dan masih terus membaca majalah.
"Masa aku kalah dengan majalah ini" Rich menutup majalah yang tengah di baca Nara.
"Ada apa Rich?" Tanya Nara.
"Kita harus pulang sekarang" jawab Rich.
"Pulang? Ke Spanyol?" Nara terkejut.
Rich mengangguk sebagai jawaban. "Daddy sakit. Tiba-tiba serangan jantung nya kambuh"
Nara mengangguk mengerti dan menyiapkan semua barang-barang mereka. Rich dan Nara lalu cek out dari hotel tersebut dan mengambil penerbangan pertama menuju Spanyol.
*** *** ***
Nara dan Rich tiba di Spanyol satu jam yang lalu. Setelah proses cek out, mereka menuju ke Collingwood Mansion dijemput oleh Dom. Tiba di rumah kedua orang tuanya, Rich dan Nara membuka jaket lalu memberikannya pada pelayan dan berlari menuju kamar kedua orang tuanya dengan khawatir.
"Mom, gimana keadaan Daddy?" Tanya Rich begitu tiba di kamar kedua orang tuanya.
Nara melihat sekeliling kamar. Ada Shelly, mommy, Sepupu sepupu Rich dan Dom, serta Adik laki-laki dan adik perempuan Daddy Rich.
"Apa yang terjadi di kantor?" Tanya Rich.
"Dia hanya terkejut karna kalah sektor oleh perusahaan Rival kita" jawab Uncle Ryan yang merupakan adik laki-laki Daddy Rich sekaligus Direktur Collingwood Group.
"Hanya karna itu? Terlalu Dramatis" Rich tertawa sinis.
"Jangan bicara gitu! Gak sopan!" Tegur Nara.
"Apa yang dikatakan dokter?" Tanya Rich lagi.
"Dia hanya kelelahan. Dokter menyarankan agar dia segera pensiun" jawab Uncle Ryan.
"Baguslah. Dim bisa menjadi Presdir sekarang" kata Rich.
"Aku gak mau" tolak Dom.
"Kenapa?" Rich mengerutkan keningnya.
"Daddy menginginkan kau menjadi Presdir" jelas Dom.
"Bukan hanya Daddy mu saja. Seluruh anggota keluarga menginginkan kamu menjadi Presdir" tambah Uncle Ryan.
Rich hanya terdiam mendengar perkataan mereka. Beberapa menit kemudian Daddy sadar dari pingsannya.
"Oh dad! Kenapa kau bisa selemah ini? Hanya karna kamu pingsan aku harus take off dari LA padahal kau tau aku sedang berlibur" gerutu Rich.
"Aku ingin kau menjadi Presdir, Rich!" Pinta Daddy.
"Kita sudah membahas ini kemarin Dad!" Kata Rich kesal.
"Aku mau pulang sekarang, ayo Nara!" Rich menarik tangan Nara dan keluar dari kamar orang tuanya lalu meninggalkan rumah.
*** *** ***
Rich dan Nara tiba di rumah mereka. Mereka membuka jaket lalu memberikannya pada pelayan. Mereka berjalan menuju kamar.
"Kenapa kamu bicara seperti itu tadi?" Tanya Nara.
Rich tidak menjawab. Dia membuka kemejanya dengan kaos ketat lalu berjalan ke sofa dan bersantai di sana.
"Terserah!" Kata Nara kesal.
Nara lalu mengganti pakaiannya. Ia memakai celana pendek dipadu dengan tank top.
"Kemari lah!" Panggil Rich saat Nara sudah selesai mengganti pakaiannya.
Nara berjalan kearah Rich. Rich menghidupkan TV. Nara bersandar setengah tidur pada Rich. Rich membelai lembut rambut Nara dan sesekali mengecup puncak kepala Nara.
"Turuti saja permintaan mereka" Nara mulai berbicara.
"Aku seorang Mafia dan mantan kriminal gak akan cocok untuk memimpin perusahaan besar itu. Bisnis ku saja yang sedang sedang saja berakhir hancur berantakan" jelas Rich.
"Kamu itu lulusan universitas terbaik di dunia. Aku yakin kamu pasti bisa. Jadikan kenangan buruk mu menjadi pengalaman" Nara mencoba memberikan pengertian.
"Aku lebih dibutuhkan di FBI. Aku lebih hebat memukul orang dari pada mempresentasikan sesuatu di depan banyak orang" Rich membela diri.
"FBI terlalu berbahaya! Aku yakin Brian juga menyuruh mu untuk mengurus perusahaan dan meninggalkan FBI" kata Nara.
Rich tak menjawab dan hanya fokus menonton TV. Ia mengelus-elus rambut Nara.
"Kita bicarakan ini nanti ya! Sekarang aku sedang lelah" Rich mengecup puncak kepala Nara.
"Tapi kan--!" Ucapan Nara terpotong karna Rich langsung menempelkan jari telunjuknya di bibir Nara.
"Aku mau istirahat. Kita bicarakan besok" kata Rich.
Nara hanya mencibir lalu kembali bersandar setengah tidur pada Rich.
"Love you Nara. Jangan pernah tinggalkan aku lagi" kata Rich.
"Love you too. Kamu yang ninggalin aku" balas Nara.
Rich tertawa mendengar ucapan Nara. Ia mengacak-acak rambut istrinya. Nara mendengus kesal karena itu. Mereka menonton TV sampai saat makan malam tiba. Selesai makan malam Rich melanjutkan menonton TV sedangkan Nara memutuskan untuk tidur lebih awal.
*** *** ***
Pagi harinya Rich dan Nara sarapan bersama. Selesai sarapan Nara langsung menuju ke kamar karna ponselnya berdering dan komandan memanggilnya. Rich memutuskan untuk berjalan ke taman rumahnya. Ia duduk santai dengan secangkir Coffe dan biscuit.
Kembali ke tempat Nara. Ia sudah mengganti pakaiannya dengan seragam harian FBI. Ia keluar kamar dan mencari keberadaan Rich.
"Dimana Tuan?" Tanya Nara.
"Tuan ada di taman, nyonya" jawab pelayan.
Nara mengangguk lalu berjalan ke taman. Dia melihat Rich sedang berbincang-bincang dengan perawat kuda Keluarga Collingwood yang bertugas di rumah mereka. Saat Nara menghampiri mereka, perawat kuda itu menyapa Nara lalu meminta izin untuk pergi merawat kuda lagi. Nara dan Rich mengangguk mengizinkan. Saat perawat kuda itu sudah pergi, Nara duduk di samping Rich.
"Mau kemana?" Tanya Rich.
"Komandan memanggil ku" jawab Nara.
"Benarkah? Untuk apa?" Tanya Rich lagi.
"Aku udah naik pangkat tau. Jadi aku juga sibuk" jawab Nara sombong.
"Memangnya apa pangkat mu sekarang?" Rich bertanya tak hentinya.
"Mayor kolonel" pamer Nara.
"Mayor kolonel aja bangga! Aku yang letnan kolonel aja biasa aja" ejek Rich.
"Siapa yang bilang kamu masih letkol?" Tanya Nara.
"Kalo bukan letkol, terus apa? Jenderal?" Rich tertawa mendengar pertanyaan Nara.
"Jenderal?! Bintang baru satu mana mungkin jadi jenderal!" Kini giliran Nara yang tertawa.
"Terus apa?" Tanya Rich penasaran.
"Kamu udah dipromosikan menjadi Kolonel" jawab Nara dengan nada heboh.
"Serius? Kok bisa?" Rich tak kalah heboh saat mendengar jawaban Nara.
"Komandan puas karna kamu berhasil membunuh Daniel Fernandez" jelas Nara.
"Dan aku harus kehilangan Saudara ku" tambah Rich dengan nada sedih.
"Jangan sedih lagi dong sayang. Aku berangkat ya!" Nara mencium pipi Rich.
"Take Care oke Baby!" Rich membalas mencium pipi Nara.
Nara mengangguk lalu berjalan ke garasi mobil. Rich melambaikan tangan ke arah Nara dan tersenyum.
"Sekarang aku harus memilih. Menjadi Kolonel dan akan menjadi Komandan FBI di Barcelona atau menjadi Presdir dan mengelola Perusahaan keluarga" Rich berbicara dengan dirinya sendiri.
Lama Rich berfikir tentang keputusan yang akan dipilihnya. Beberapa menit kemudian ponselnya berdering. Ia mengangkat panggilan yang ternyata dari Nara.
"Yes Darling! You miss me?" Goda Rich dengan tawa.
"Tolong ke kantor FBI memakai pakaian Dinas lengkap. Komandan ingin menemui mu!" Kata Nara.
"Tap--" ucapan Rich belum selesai tapi Nara sudah mengakhiri panggilan itu.
"Aku harus bagaimana? FBI terlalu berbahaya bagiku dan Nara. Tapi aku juga gak mau jadi Presdir. Oh Brian! Apa yang harus aku lakukan? " Gerutu Rich yang bingung harus memilih apa.
"Kolonel Richardo Collingwood dengan dua bintang di pundaknya atau Presdir Richardo Collingwood dengan gadget dan laptop di tangannya?" Rich kembali bertanya pada dirinya sendiri.
*** *** ***